Orang Jahiliyah yang Menguping



Buta dan tuli, demikian Allah menggambarkan orang-orang yang tak bisa menerima kebenaran, walaupun kebenaran itu di hadapan muka mereka, dapat dilihat dan dapat didengar.  

QS Al An'aam 6:33
Bismillahi Rahmaani Rahiim
"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah."

Shodaqollahul'adziim

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebutkan riwayat dari Ali, bahwa Abu Jahal  pernah berkata kepada Nabi SAW, “Sesungguhnya kami tidak menuduh dirimu pendusta, tetapi kamu hanya mendustakan apa yang kamu sampaikan itu.” Maka Allah SWT menurunkan firmannya:  “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”

Ibnu Hatim mengatakan dari Abu Yazid bahwa Nabi SAW bersua dengan Abu Jahal, lalu berjabat tangan dengannya. Setelah itu ada seorang lelaki berkata kepada  Abu Jahal, “Kalau tidak salah aku pernah melihatmu berjabat tangan dengan nabi ini (nabi Muhammad SAW).” Abu Jahal menjawab, “Demi Allah sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia adalah seorang nabi, tetapi bilakah bagi kami kalangan Bani Abdu Manaf mau mengikutinya?” Abu Yazid kemudian membaca ayat Quran 6:33.

Demikianlah kelakuan Abu Jahal. Walaupun mengetahui kebenarannya, ia tetap mengingkarinya. Suatu hari Abu Jahal datang mendengar bacaan Al Quran yang dibacakan Nabi SAW di malam hari. Selain dirinya, datang pula Abu Sufyan ibnu Harb dan Al Akhnas ibnu Syuraif yang turut menguping bacaan Al Quran Nabi SAW. Namun mereka sama-sama tidak mengetahui keberadaan yang lain. Mereka mendengarkan sampai subuh.

Ketika hari telah subuh, mereka bubar, namun dalam perjalanan pulang mereka saling bertemu di tengah jalan. Maka, masing-masing mereka berkata kepada yang lainnya, “Apakah yang kamu dapatkan?” Lalu masing-masing dari mereka mengemukakan pendapat masing-masing dari apa yang telah mereka dengar mengenai bacaan Al Quran Nabi SAW.

Setelah saling berbagi pendapat, mereka saling berjanji bahwa tidak akan mendengarkannya lagi. Mereka khawatir sekiranya perbuatan menguping bacaan Al Quran itu akan diketahui para pemuda Quraisy sehingga berdampak buruk terhadap pengaruh mereka. Mereka takut seandainya para pemuda Quraisy akan tertarik kepada syiar Islam Nabi SAW.

Pada malam keduanya ternyata mereka kembali lagi datang untuk menguping. Masing-masing mereka mengira, bahwa temannya tidak akan datang sesuai perjanjian sebelumnya. Lagi-lagi  mereka bertemu di tengah jalan saat pulang. Maka mereka pun saling mencela. Orang-orang itu pun berjanji lagi tidak akan menguping bacaan Nabi SAW.

Pada malam ketiga, ternyata mereka datang lagi sehingga mereka bersua lagi ditengah jalan ketika pulang. Mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Pada pagi harinya, Al Akhnas ibnu Syuaiq mengambil tongkatnya lalu pergi ke rumah Abu Sufyan lalu ia bertanya sesampainya di sana. “Hai Abu Hanzalah (Abu Sufyan), ceritakanlah kepadaku kesan yang kamu simpulkan setelah mendengar bacaan Muhammad itu.”

Abu Sufyan menjawab, “Hai Abu Salabah, demi Allah, sesungguhnya aku telah mendengar banyak hal yang kuketahui dan kuketahui pula makna yang dimaksud darinya, tetapi aku telah mendengar pula banyak hal yang tidak ku mengerti maknanya dan apa yang dimaksud olehnya.”

Al Akhnas berkata mengiyakan. “Aku pun berani bersumpah seperti kamu bahwa aku mempunyai pemahaman yang sama denganmu.”

Al Akhnas lalu pergi ke rumah Abu Jahal. Ia masuk ke dalam rumahnya lalu berkata, “Hai Abul Hakam (Abu Jahal), bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang telah kamu dengar dari Muhammad?”

Abu Jahal  menjawab, “Sama seperti yang kamu dengar.” Abu Jahal melanjutkan perkataannya, “Kami bersaing dengan Bani Abdu Manaf dalam hal kedudukan yang terhormat, mereka memberi makan, maka kami pun memberi makan, mereka membantu mengadakan angkutan, maka kami pun berbuat hal yang sama, dan mereka memberi maka kami pun memberi pula sehingga manakala kami berlutut di atas kendaraan dalam keadaan lemah dan tersandera, mereka mengatakan bahwa dari kalangan kami ada seorang nabi yang selalu didatangi oleh wahyu dari langit. Maka bilamana kami menjumpai  ini, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadanya selama-lamanya dan tidak akan percaya kepadanya.” Maka Al Akhnas bangkit dan meninggalkannya.

Saat perang  Badar, Al Akhnas ibnu Syuraiq berkata kepada Bani Zahrah. “Hai Bani Zahrah, sesungguhnya Muhammad adalah lelaki saudara perempuan kalian. Maka kalian adalah yang lebih berhak untuk melindungi anak saudara perempuan kalian karena sesungguhnya jika dia memang seorang nabi, janganlah kalian memerangi hari ini. Dan, jika dusta, maka kalian adalah orang yang paling berhak untuk menghentikan anak saudara perempuan kalian. Berhentilah kalian, sebelum aku bersua lebih dahulu dengan Abul Hakam (Abu Jahal). Jika Muhammad menang, kalian tetap kembali dengan selamat, dan jika Muhammad dikalahkan, maka sesungguhnya kaum kalian belum pernah berbuat sesuatu pun kepada kalian.” Sejak saat itu, ia diberi nama Al Akhnas, sebelumnya bernama Ubay.

Al Akhnas kemudian menjumpai Abu Jahal. Ia mengajak Abu Jahal menjauh dari keramaian orang sehingga pembicaraan mereka berdua tak terdengar. Al Akhnas berkata, “Hai Abul Hakam, ceritakanlah kepadaku tentang Muhammad, apakah dia benar atau dusta karena sesungguhnya di tempat ini sekarang tidak ada seorang Quraisy pun selain aku dan kamu yang dapat mendengar pembicaraan kita.”

Abu Jahal menjawab, “Celakalah kamu, demi Allah, sesungguhnya Muhammad memang orang benar, Muhammad sama sekali tidak pernah dusta. Tetapi apabila Abi Qusai memborong semua jabatan, yaitu liwa, siqayah, hijabah dan kenabian, maka apa lagi yang tersisa buat kaum Quraisy lainnya?”

Demikianlah kelakuan orang Jahiliyah seperti Abu Jahal. Walau mengetahui kebenarannya, demi kekuasaan, harta dan kedudukan, ia tak mau mengakui kenabian Muhammad SAW dan mendustakan ayat-ayat Allah, sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmanNya, “Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, tetapi orang-orang zalim itu mengingkari  ayat-ayat Allah.”

Allahu a’lam.

Alhamdulillah
#quran

Asmaul Husna: Ar Rahman



Ar Rahman – Sang Maha Pengasih

Allah yang Maha Pengasih. Dia mengasihi semua makhlukNya. Dia Maha Pemurah akan kasih sayang-Nya. Rahman  juga berasal dari rahma atau ampunan. Allah adalah pemberi berkah dan yang menangkal segala kejahatan. Melalui doa dan kerendahan diri  kita berharap kasih sayang-Nya.

قُلۡ هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ

“Katakanlah, Dia adalah Allah yang Maha Pengasih…” QS Al Mulk 67:29

Kasih sayang Allah diberikan kepada semua makhluk ciptaanNya. Tak terkecuali manusia, apakah manusia itu percaya kepadaNya atau tidak. Allah menyediakan segalanya bagi mereka dan memberi kesehatan, serta apa yang mereka minta.

نُصِيبُ بِرَحۡمَتِنَا مَن نَّشَآءُ‌ۖ وَلَا نُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 

“…Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” QS Yusuf 12:56


ٱلرَّحۡمَـٰنُ (١) عَلَّمَ ٱلۡقُرۡءَانَ (٢) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ (٣) عَلَّمَهُ ٱلۡبَيَانَ (٤) ٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ بِحُسۡبَانٍ۬ (٥) وَٱلنَّجۡمُ وَٱلشَّجَرُ يَسۡجُدَانِ (٦) وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلۡمِيزَانَ (٧) أَلَّا تَطۡغَوۡاْ فِى ٱلۡمِيزَانِ (٨) وَأَقِيمُواْ ٱلۡوَزۡنَ بِٱلۡقِسۡطِ وَلَا تُخۡسِرُواْ ٱلۡمِيزَانَ (٩) وَٱلۡأَرۡضَ وَضَعَهَا لِلۡأَنَامِ (١٠) فِيہَا فَـٰكِهَةٌ۬ وَٱلنَّخۡلُ ذَاتُ ٱلۡأَكۡمَامِ (١١) وَٱلۡحَبُّ ذُو ٱلۡعَصۡفِ وَٱلرَّيۡحَانُ (١٢) فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٣)

“(Allah) Yang Maha Pemurah, (1) Yang telah mengajarkan Al Qur’an. (2) Dia menciptakan manusia, (3) Mengajarnya pandai berbicara. (4) Matahari dan bulan [beredar] menurut perhitungan. (5) Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (6) Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca [keadilan]. (7) Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. (8)Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (9) Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk [Nya]. (10) Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. (11) Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. (12) Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (13)” QS Rahman 55:1-13

Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam bersabda: "Allah telah menjadikan rahmat (kasih sayang) itu 100 bagian, dan Allah menahan di sisi-Nya pemberian terhadap 99 rahmat (pada hari kiamat). Dan Allah hanya menurunkan satu bagian rahmat ke bumi. Dari rahmat yang satu itu, para makhluk saling mengasihi, hingga binatang ternak pun mengangkat kakinya karena takut anaknya terinjak. (HR Muslim)

KepadaNya kita berdoa pada setiap langkah kehidupan kita dengan mengucapkan

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” QS 1:1


Mulailah dengan belajar mengasihi semua makhluk ciptaan Allah. 

Alhamdulillah

Kisah Para Pemikul Dosa




Orang-orang lalai pada hari kiamat dengan berbuat dosa dan keburukan akan ditemani dengan amal jeleknya itu di kubur sampai hari kiamat. Dosanya akan menungganginya sampai Allah membuat perhitungan kepadanya.

Bismillahi Rahmaani Rahiim
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.” Qs Al An’am 6:31

Shodaqallahul’adziim

Orang-orang yang mendustakan hari kiamat dikabarkan Allah dalam ayat ini akan mengalami kekecewaan dan penyesalan. Mereka kecewa karena mengalami kiamat secara tiba-tiba dan menyesal karena lalai terhadap amal shaleh dan telah melakukan perbuatan jahat.

Pada hari pertemuan dengan Allah, mereka berkata tentang penyesalannya sambil memikul dosa-dosa di punggungnya.

Ibnu Katsir mengambil perkataan Ibnu Abu Hatim dari Abu Marzuq dalam kitab tafsirnya menceritakan perihal orang yang memikul dosa ini.

Orang kafir atau orang durhaka ketika keluar dari kuburnya disambut oleh seorang yang rupanya sangat buruk dan baunya sangat busuk.

Lalu (orang yang menyambut) ditanya, “Siapakah kamu?” Ia menjawab, “Apakah kamu tidak mengenalku?”

Si kafir menjawab, “Tidak demi Allah, hanya Allah telah memburukkan mukamu dan membusukkan baumu.”

Lalu yang ditanya menjawab, “Aku adalah amal perbuatanmu, seperti inilah keadaanmu sewaktu di dunia, yaitu buruk dan busuk. Sekarang kemarilah kamu, aku akan menaikimu sebagai pembalasan selama engkau menaikiku sewaktu di dunia.”

Asbat telah meriwayatkan dari As Saddi yang mengatakan, bahwa tiada seorang zalim pun yang dimasukkan ke dalam kuburnya melainkan didatangi oleh seorang lelaki yang buruk wajahnya, hitam lagi busuk baunya dan memakai pakaian yang sangat kotor, lelaki itu masuk ke dalam kubur bersamanya.

Apabila si zalim melihatnya, ia bertanya, “Mengapa wajahmu sangat buruk?”
Dijawab, “Demikian pula perbuatanmu dahulu, buruk seperti aku.” Ia bertanya, “Mengapa baumu sangat busuk?” Dijawab, “Demikian pula amal perbuatanmu dahulu, busuk seperti aku.”

Ia bertanya, “Mengapa pakaianmu kotor?” Dijawab, “Sesungguhnya amal perbuatanmu dahulu kotor.”

Ia bertanya, “Siapakah kamu sebenarnya?” Dijawab, “Amal perbuatanmu.”

Lalu ia bersamanya di dalam kuburnya. Apabila ia dibangkitkan pada hari kiamat, maka amalnya itu berkata kepadanya, “Sesungguhnya dahulu ketika di dunia akulah yang yang menggendongmu dengan semua kelezatan dan nafsu syahwat, sekarang gantian engkaulah yang menggendongku.” Maka amalnya itu menaiki punggungnya, lalu orang tersebut digiring oleh amalnya hingga masuk ke dalam neraka.

Tak pernah ada kata terlambat untuk bertobat dan tidak mengulangi lagi dosa-dosa kita.


Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Rashid


Saat tengah berputus asa, pemuda-pemuda yang berlindung dari kejahatan di dalam gua seperti terdapat dalam surat Al Kahfi berdoa.

إِذۡ أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةً۬ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدً۬ا
“Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini".” QS Al Kahfi 18:10

Pemuda-pemuda tersebut meminta petunjuk, meminta bimbingan. Allah sempurna dalam pertimbangan benar, hebat dalam kearifan, rancanganNya selalu tepat. Dialah yang Maha Esa yang memandu ke arah pertimbangan-pertimbangan benar. Dia telah menunjukkan kepada kita jalan yang benar dalam ajaran-ajaran para nabi-Nya, sedemikian jelasnya sehingga sifat manusia akan siap mengikutinya.

قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَىِّ‌ۚ
“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
 QS Al Baqarah 2:256

Patisari semua bimbingan-Nya yang sempurna adalah kitab suci Al Quran.

يَہۡدِىٓ إِلَى ٱلرُّشۡدِ 

“(Al Quran yang) memberi  petunjuk kepada jalan yang benar…” 
QS Al Jin 72:2

Hanya ada satu jalan yang benar, meskipun jalan yang salah itu banyak. Begitu seseorang meninggalkan jalan yang benar, dia terlantar sendiri dengan sarana-sarananya yang terbatas, dan akhirnya akan benar-benar tersesat.

مَن يَہۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِ‌ۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُ ۥ وَلِيًّ۬ا مُّرۡشِدً۬ا
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” 
Qs Al Kahfi 18:17

Dari Ali ra bahwa Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam bersabda: "Bacalah

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

Allahuma ini asalukal huda wasaddaad. 

(Ya Allah aku memohon kepadaMu petunjuk dan kebenaran).
 HR Muslim

Ucapkan apa saja yang baik dan buanglah yang jahat.

Alhamdulillah