Asmaul Husna: Al Batin




Al Batin - Maha Tersembunyi

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْأَاخِرُ وَالظّٰهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
"Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 3)
Allahﷻ adalah yang tetap ada,  diri dan realita-Nya sama sekali tidak diketahui oleh kita.  Pengetahuan manusia mengenai Allahﷻ adalah bahwa Allahﷻ tidak bisa digambarkan.
Sesuatu yang tak tampak bagi manusia adalah sebuah pertanda jua akan ada-Nya Dia.
عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهِۦٓ أَحَدًا
"Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu."
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 26)
Allahﷻ adalah aspek dari semua zat.  Melampaui ruang dan tempat,  rupa dan realita,  yang  ada pada awal dan pada yang akhir,  melampaui waktu. Demikian pula keberkahan dari-nya,  turun secara lahir maupun batin.
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُۥ ظٰهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجٰدِلُ فِى اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتٰبٍ مُّنِيرٍ
"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan."
(QS. Luqman 31: Ayat 20)
Pengetahuan manusia di dunia bisa saja mendalami yang lahir dan batin.  Sayang,  adakalanya pengetahuan itu tidak digunakan untuk mempersiapkan hari akhir.
يَعْلَمُونَ ظٰهِرًا مِّنَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْأَاخِرَةِ هُمْ غٰفِلُونَ
"Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 7)
Keikhlasan adalah salah satu kunci sukses amal sholeh
Alhamdulillah

Asmaul Husna: A-z Zahir




Az Zahir-Maha Nampak
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْأَاخِرُ وَالظّٰهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
"Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 3)
Allahﷻ Yang Maha Terang,  Maha Nyata.  Allahﷻ nembuat dirinya nampak jelas,  terang atau nyata,  tidak kasat mata. Allahﷻ menampakkan kenyataan diri-Nya,  keberadaan-Nya di alam Raya.  Semua menunjukkan betapa keberadaan-Nya sungguh Maha Kuasa. bahkan pada penciptaan manusia sendiri terdapat keberadaan-Nya.
سَنُرِيهِمْ ءَايٰتِنَا فِى الْأَافَاقِ وَفِىٓ أَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 53)
Keberadaan Allahﷻ itu demikian jelasnya sehingga sangat mudah saja dirasakan oleh mereka yang memiliki jiwa yang bersih.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,"
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 30)
Az Zahir bisa juga Allahﷻ sebagai Sang Pemenang atau Yang Mengunggulkan.
هُوَ الَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِالْهُدٰى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 33)
Moralitas mendasarkan dirinya dengan terang atas kepercayaan kepada Allahﷻ.
Alhamdulillah

Hadist Qudsi Penyejuk Jiwa




Dari Abu Dzar Al-Ghifari r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda bahwa Allah ﷻ berfirman:

يَا عِبَادِيْ إِنِيْ حَرَّمَتْ الظُلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَاتَظَالَمُوْا
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan Aku jadikan kezhaliman di antara kalian sebagai sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kalian saling berbuat zhalim.”

يَاعِبَادِيْ كُلُّكُمْ ضَالٌ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُوْنِيْ أَهْدِكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua dalam keadaan tersesat kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku, niscaya Aku akan beri kalian hidayah.”

يَاعِبَادِيْ كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِيْ أُطْعِمْكُمْ
“ Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar, kecuali orang yang telah Aku beri mareka makan, maka mintalah makan kepada-Ku, Niscaya Aku akan beri kalian makan.”

يَاعِبَادِيْ كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِيْ أُكْسِكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua telanjang, kecuali orang yang telah Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya aku akan beri kamu pakaian.”

يَاعِبَادِيْ إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُنُوْبَ جَمِيْعًا فَاسْتَغْفِرُوْنِيْ أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan pada siang dan malam hari, sedangkan Aku lah yang mengampuni semua dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.”

يَاعِبَادِيْ إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا ضُرِّيْ فَتَضَرُّوْنِيْ وَلَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِيْ فَتَنْفَعُوْنِيْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukan kemudharatan yang bisa memberikan kemudharat kepada-Ku, dan sekali-kali kalian tidak akan mampu melakukan manfaat yang bisa memberikan manfaat kepada-Ku.”

يَاعِبَادِيْ لَوْ أَنَّ اَوَّلَكُمْ و آخِرَكُمْ وَ إِنْسَكُمْ وَ جِنَّكُمْ كاَنُوْا عَلَى اْتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِيْ مُلْكِيْ شَيْئًا
“Wahai hamba-hamba-Ku, jikalau kalian yang terdahulu dan yang terakhir dari manusia dan jin semuanya memiliki (hati sebagaimana) hati orang yang paling taqwa, maka hal itu tidak akan menambah (keagungan) sedikitpun di dalam kerajaan-Ku.”

يَاعِبَادِيْ لَوْ أَنَّ اَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَ إِنْسَكُمْ وَ جِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَفْجَر قَلْب رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مُكْلِيْ شَيْئَا
“Wahai hamba-hamba-Ku, jikalau kalian yang terdahulu dan yang terakhir dari manusia dan jin semuanya memiliki (hati sebagaimana) hati orang yang paling durhaka, maka hal itu tidak akan mengurangi (kemuliaan) sedikitpun di dalam kerajaan-Ku.”

يَاعِبَادِيْ لَوْ أَنَّ اَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَ إِنْسَكُمْ وَ جِنَّكُمْ قَامُوْا فِيْ صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسْأَلُوْنِيْ فَأَعْطَيْتُهُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِيْ إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ المَخِيْطُ إذَا أُدْخلَ البَحْرَ
“Wahai hamba-hamba-Ku, jikalau kalian yang terdahulu dan yang terakhir dari manusia dan jin semuanya berada di suatu lapangan, kemudian mereka meminta kepada-Ku, lalu Aku memberi kepada setiap orang sesuai dengan permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi (sedikit pun) kekayaan yang ada pada-Ku, kecuali seperti halnya air yang menempel pada sebuah jarum ketika jarum tersebut dimasukkan ke dalam lautan.”

يَا عِبَادِيْ إنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمِدْ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya amal kalian itulah yang akan Aku hisab, kemudian Aku memberi balasannya secara sempurna. Maka barang siapa menemukan balasan yang baik, hendaknya dia memuji Allah; dan barang siapa menemukan balasan yang buruk, maka janganlah sekali-kali mencela, kecuali terhadap dirinya sendiri.”
(Riwayat Muslim)

Alhamdulillah

Kisah Pria Penuh Dosa yang Ingin Menjadi Abu



Ada sebuah kisah yang terdapat dalam hadist Qudsi mengenai permintaan seorang pria yang ingin sekali menjadi abu saja setelah ia mati .

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

Seorang laki-laki telah berbuat melampau batas atas dirinya sendiri, maka ketika ajalnya akan datang, dia berwasiat kepada anaknya:
"Ketika aku telah mati, bakarlah jasadku, kemudian hancurkanlah sampai halus, selanjutnya sebarkanlah abu jasadku di udara, di laut, karena, demi Allah seandainya Allah menetapkan kepadaku untuk mengadzabku, Dia akan mengadzabku dengan adzab yang belum pernah ditimpakan kepada seorangpun."
Maka mereka melakukan apa yang diwasiatkan. Kemudian Allah berfirman kepada bumi, Kumpulkanlah apa yang telah kamu ambil, maka ketika lelaki itu berdiri (dibangkitkan kembali), selanjutnya Allah berfirman, “Apa yang mendorongmu untuk melakukan perbuatan tersebut?”
Lelaki itu menjawab, “karena aku takut (خشي) kepada-Mu wahai Tuhanku, (dalam kalimat lain: karenat aku takut kepada-Mu dengan menggunakan خائف )”.
Maka Allah pun mengampuni laki-laki tersebut disebabkan rasa takut kepada Allah.

Hadist Qudsi no 32
Diriwayatkan oleh Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari, an-Nasa'i dan Ibn Majah.

Demikianlah kisahnya .

Alhamdulillah

Apakah yang Dimaksud Ibarat Puasa Setahun Penuh?



Pernahkah Anda mendengar orang yang melakukan puasa dan puasanya itu ibaratnya telah dilakukan selama satu tahun penuh ? Berikut ini perhitungan puasa satu tahun itu menurut Quran dan hadist .

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

مَنْ جَآءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا  ۖ  وَمَنْ جَآءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰىٓ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
"Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 160)

Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ، وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan maka itu satu bulan yang dilipatgandakan pahalanya seperti sepuluh bulan, dan puasa enam hari setelah idul fitri (dilipatgandakan sepuluh kali menjadi 60 hari atau 2 bulan) maka dengan itu menjadi sempurna satu tahun.” (HR. Ahmad)

Jadi seorang itu ibaratnya puasa satu tahun penuh manakala ia setelah berpuasa Ramadhan melakukan puasa sunnah ayawal .

Jika puasa Ramadhan 30 hari , pahalanya dikali 10 bulan atau  300 hari.  Jika ia melakukan puasa sunnah syawal 6 hari , pahalanya dikali 10 sama dengan 60 hari atau 2 bulanbulan. Jadi puasa Ramadan mendapat pahala 10 bulan ditambah pahala 2 bulan puasa sunnah Syawal sama dengan puasa 12 bulan , atau setahun . Demikian .

Alhamdulillah

Kisah Pemuda Penghuni Surga yang Tak Memiliki Dengki




Ada seorang pemuda yang saat ia lewat , Rasulullah mengatakan bahwa ia adalah calon penghuni surga . Hal itu membuat seorang sahabat , Abdullah bin Umar penasaran . Maka ia pun mencari tahu tentang ha ihwal pemuda itu .

Abdullah bin Umar berkisah,  selama tiga hari ia bersama seorang pemuda.  Pemuda itu diperhatikannya tidak  melakukan qiyamul lail (shalat malam) sedikitpun. Pemuda itu hanyalah bertakbir dan berzikir setiap kali dia terjaga dan menggeliat di atas tempat tidurnya sampai dia bangun untuk shalat shubuh.

Abdullah berkata, ‘Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik. Setelah tiga hari berlalu dan hampir saja aku meremehkan amalannya, aku berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, sebenarnya tidak pernah ada pertengkaran antara aku dengan bapakku, dan tidak pula aku menjauhinya. Sebenarnya, aku hanya mendengar Rasulullah berkata tentang engkau tiga kali, ‘Akan muncul di hadapan kalian saat ini seorang laki-laki calon penghuni surga.’ Dan ternyata engkaulah yang muncul sebanyak tiga kali itu. Karena itu, aku jadi ingin tinggal bersamamu agar aku bisa melihat apa yang engkau lakukan untuk kemudian aku tiru. Akan tetapi, aku tidak melihat engkau melakukan amalan yang besar. Lantas, amalan apa sebenarnya yang bisa menyampaikan engkau kepada kedudukan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah?"

Orang tersebut berkata, "Aku tidak melakukan kecuali apa yang kamu lihat."

Maka Abdullah bin Umar pun berlalu.  Namun,  tak berapa lama pemuda itu memanggilnya,  lalu berkata, ‘Sebenarnyalah aku memang tidak melakukan apa-apa selain yang engkau lihat. Hanya saja, selama ini aku tidak pernah merasa dongkol dan dendam kepada seorang pun dari kaum muslimin, serta tidak pernah menyimpan rasa hasad terhadap seorang pun terhadap kebaikan yang telah Allah berikan kepadanya."

Maka Abdullah berkata, ‘Inilah amalan yang membuatmu sampai pada derajat tinggi, dan inilah yang tidak mampu kami lakukan.'” (HR. Ahmad)

Abdullah bin Umar bertanya, “Ya Rasulullah! siapakah orang yang terbaik itu?"

Maka Beliau ﷺ bersabda,  "Yaitu orang mukmin yang bersih hatinya." Maka ditanyakan lagi,  "Apakah artinya orang yang bersih hatinya itu wahai Rasulullah?" Beliau ﷺ menjawab, "Ialah orang yang takwa, bersih tidak ada kepalsuan padanya, tak ada kedurhakaan, pengkhianatan, dendam dan kedengkian”. (HR. Ibnu Majah)

Alhamdulillah

Beratnya Sakit Rasulullah ﷺ

 

Saat sakit,  Rasulullah ﷺ merasakan kesakitan dua kali lipat dari orang biasa.

🌿 Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu berkata,

دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يوعك، فوضعت يدي عليه فوجدت حره بين يدي فوق اللحاف، فقلت: يا رسول الله، ما أشدها عليك! قال: إنا كذلك يضاعف لنا البلاء ويضاعف لنا الأجر، قلت: يا رسول الله، أي الناس أشد بلاءً؟ قال: الأنبياء، قلت: يا رسول الله، ثم من؟ قال: ثم الصالحون، إن كان أحدهم ليبتلى بالفقر حتى ما يجد أحدهم إلا العباءة يحويها، وإن كان أحدهم ليفرح بالبلاء كما يفرح أحدكم بالرخاء

“Aku pernah mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang sakit. Kemudian Aku letakkan tanganku di atas selimut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku dapati panasnya.
Aku berkata, ‘wahai Rasulullah, betapa beratnya demam ini!’

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‘Sesungguhnya kami para nabi, diberi ujian yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipat gandakan.’


Abu Said pun bertanya, ‘wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab;

‘Para nabi, kemudian orang shaleh. Sungguh ada di antara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia gunakan. Sungguh para nabi dan orang shaleh itu, lebih bangga dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki.'


 🌿 Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku pernah menjenguk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sakit, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit yang parah.’ Maka aku berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا؟ قَالَ: «أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ» قُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، ذَلِكَ كَذَلِك

“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘iya benar, aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat)’, aku berkata, ‘oleh karena itukah anda mendapatkan pahala dua kali lipat.’ Beliau menjawab, ‘Benar, karena hal itu’. “

 🌿 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para nabi adalah yang paling berat ujiannya dan yang paling sabar.

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya berkata, aku berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Kata beliau: “Para Nabi, kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai dengan kadar dien (keimanannya). Apabila diennya kokoh, maka berat pula ujian yang dirasakannya; kalau dien-nya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar dien-nya. Dan seseorang akan senantiasa ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”

Demikian.  Sungguh berat penderitaan Nabi Muhammad ﷺ. Beliau berjuang demi tegaknya Islam.  Shalawat dan salam kepada Baginda Muhammad ﷺ.

Alhamdulillah

Perumpamaan Tiga Jenis Batu dalam Al Quran



Batu ibarat hati, ada yang keras, ada memancarkan mata air, ada yang terbelah dan ada yang menggelinding jatuh.

Al Quran Al Baqarah 74
Bismillaahi Rahmaani Rahiim

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِّنۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِىَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهٰرُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَآءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Shodaqollahul'adziim

Batu seringkali digunakan sebagai permisalan sebuah hati. Hati yang keras sekeras batu dimiliki mereka yang tidak beriman, ditandai dengan sifat dan perilaku yang buruk.

Sedangkan air digunakan untuk membuat permisalan akan iman. Air adalah lambang kesucian atau mensucikan. Air juga dijadikan permisalan akan wahyu. Wahyu Allahﷻ yang diturunkan kepada manusia ibarat air hujan dari langit yang menjadi sumber kehidupan di bumi. Wahyu yang diturunkan Allahﷻ dalam Al Quran adalah sumber kehidupan bagi hati.

Penjelasan ini pernah diungkapkan Nouman Ali Khan. Ia mengambil batu sebagai perumpamaan hati dan air sebagai perumpamaan iman seseorang dalam rangka memahami Al Quran Al Baqarah 74.

Sungguh disayangkan jika manusia memiliki hati sekeras batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal sebagaimana Allahﷻ gambarkan dalam ayat tersebut, batu saja ada yang bisa hancur dan tidak selamanya keras. Tiga jenis batu tersebut yaitu:

1. Memancarkan air

وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهٰرُ
"Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya"

Iman dalam hati orang ini begitu besar sehingga ibarat mata air yang memancar dari sela-sela batu. Imannya menjadi keberkahan bagi dirinya dan orang lain karena begitu mudahnya ia menerima agama.

Salah satu contoh seorang yang memiliki karakter demikian adalah Abu Bakar Asshiddiqie radhiyallahu. Beliau begitu lembut hatinya, sehingga apabila Al Quran turun langsung mengalir dalam hatinya, bibirnya mengulangi dan air matanya menetes. Ibarat air yang memancar dari sela batu yang terbuka, demikianlah keimanan dalam hati Beliau.

2. Retak atau Terbelah

وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَآءُ
"Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya."

Batu seperti ini baru bisa mengalirkan air manakala retak atau dibelah terlebih dahulu. Ibaratnya, seseorang baru akan tersentuh keimanannya manakala hatinya mengalami keguncangan atau saat seseorang mengalami peristiwa yang dahsyat terlebih dahulu.

Penggambaran hati ibarat batu yang terbelah ini cocok dengan kisah saat Umar bin Khattab memeluk Islam. Beliau adalah seorang yang tidak sesering Abu Bakar dalam merenungkan tentang agama. Kegelisahan hati yang membuatnya terguncang adalah saat adiknya sendiri lebih dahulu memeluk Islam. Ia bahkan pernah ingin menemui dan membunuh Nabi Muhammad karena marahnya. Tapi keguncangan hatinya itu malah menjadikan keimanan tumbuh dalam dirinya sehingga memeluk Islam.

Hati yang ibarat batu dibelah ini perlu dipahami oleh mereka terutama yang aktif berdakwah. Tidak semua hati begitu mudahnya menerima nasehat. Adakalanya diperlukan lebih banyak waktu dan kesabaran untuk membuka hati ini.

3. Meluncur Jatuh

وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
"Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah."

Kita mengenal tiga kata dalam memahami derajat atau keadaan hati mereka yang memeluk agama Islam. Tiga kata itu adalah Ihsan, Iman dan Islam. Batu yang memancarkan air ibarat hati orang yang ihsan. Batu yang terbelah ibarat hati orang beriman. Sedangkan batu yang meluncur jatuh ibarat hati mereka yang telah mengakui dirinya Islam namun keimanan belum bertumbuh dalam hatinya.

Orang yang telah mengaku beragama Islam belum tentu serta merta terisi keimanan dalam hatinya. Hal ini berkaitan pula dengan firman Allah:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ ءَامَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلٰكِنْ قُولُوٓا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمٰنُ فِى قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ أَعْمٰلِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Orang-orang Arab Badui berkata, Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka), Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk (Islam), karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Quran Al-Hujurat 14

Batu yang meluncur jatuh dan takut kepada Allah ibarat hati mereka yang telah mengakui dirinya memeluk Islam namun keimanan belum bertumbuh dalam hatinya. Namun, bagi orang-orang yang mengakui Allah dan Rasul-Nya, maka mereka tetap memperoleh rahmat Allah karena tidak ada kesyirikan dalam hatinya.

Demikianlah perumpaan tiga jenis batu dalam Al Quran. Ada pula yang menafsirkan air dan batu ini sebagai hati yang banyak menangis. Menangis karena ingat dan takut kepada Allahﷻ.

Adapun orang yang hatinya sekeras bahkan lebih keras dari batu adalah mereka yang kafir atau ahli kitab yang mengubah isi kitab Allah agar mereka tidak dituntut di hari pembalasan. Hati mereka ibarat batu, bahkan lebih keras lagi. Kedustaan mereka membuat Allahﷻ menghilangkan keimanan dalam hati mereka.

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةُ الْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي".
Janganlah kalian banyak bicara selain dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara selain dzikir kepada Allah mengakibatkan hati menjadi keras. Sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah orang yang berhati keras." (HR Tirmidzi)

Semoga Allah yang Maha pembolak-balik hati mengarahkan hati kita kepada-Nya agar hati kita tidak sekeras batu.

Alhamdulillah