Orang yang Takut Petir

Allah SWT menggambarkan orang-orang munafik sebagai orang yang tuli, bisu dan buta. Mereka takut mendengar petir lantaran mereka takut mati.

QS Al Baqarah 18-20

Bismillahi Rahmaani Rahiim
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (18)
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. (19)
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (20)

Asbabun nuzul

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa dua orang munafik Madinah lari dari Rasulullah SAW kepada kaum musyrikin. Saat di jalan mereka ditimpa hujan yang diiringi kilat dan petir yang dahsyat.
Setiap kali ada petir, mereka menutup telinganya dengan jari karena takut memekakkan telinganya dan mati karenanya. Apabila kilat bersinar mereka berjalan dan apabila tak ada kilat mereka tidak dapat melihat. Mereka kembali ke jalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka dan keesokan harinya mereka menghadap kepada Rasulullah SAW menyerahkan diri masuk Islam dengan sebaik-baiknya.

Allah mengumpamakan kejadian dua orang munafiq ini sebagai kaum munafiq lainnya yang ada di Madinah. Kaum munafik di Madinah, apabila menghindari majelis Rasulullah SAW, mereka menutup telinga dengan jarinya karena takut terkena oleh sabda Rasulullah SAW tentang hal ihwal mereka sehingga terbongkarlah rahasianya, atau mereka jadi tunduk karena terpikat hatinya.

Perbandingan antara dua orang munafiq yang lari dari petir dengan kaum munafiq Madinah ialah:

Pertama, saat terjadi kilat dan petir. Dua orang munafiq menutup telinganya karena takut mendengar petir yang memekakkan bersama kilat saat mereka berjalan. Sedangkan kaum munafiq Madinah menutup telinga karena takut terkena sabda Rasul. Saat banyak harta, anak buat dan mendapat ghanimah atau rampasan perang atau kemenangan, mereka ikut serta dengan kaum muslimin dan berkata, “Nyatalah sekarang benarnya agama Muhammad itu,” dan mereka merasa tentram.

Kedua, saat tak ada kilat dan petir. Dua orang munafiq yang lari tadi jika tak ada kilat akan berhenti dan terdiam. Sedang kaum munafiqin Madinah apabila habis hartanya, anak buahnya dan terkena musibah mereka berkata, “Inilah akibat agama Muhammad.” Mereka kembali murtad dan kufur.

Nauzubillahi mindzalik, semoga kita bukan termasuk golongan yang demikian.

Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar