Kisah Sahabat Rasulullah SAW 32: Zaid ibnul Khattab



Pada suatu hari Rasulullah ﷺ tengah duduk bersama sejumlah muslimin. Lalu Beliau ﷺ berkata: "Sesungguhnya di antara kalian ada seorang laki-laki, gerahamnya di dalam neraka, lebih besar dari gunung Uhud."

Semua yang duduk di situ terkejut dan cemas. Mereka takut jangan-jangan dirinya adalah orang yang dimaksudkan Rasulullah ﷺ tersebut. Seiring waktu, ternyata yang dimaksud adalah Rajjal bin Unfuwah. Ia murtad lalu bergabung dengan Musailamah al Kaddzab si nabi palsu.

Rajjal masuk Islam saat Rasulullah ﷺ masih hidup. Setelah itu ia kembali ke kaumnya dan tak kembali ke Madinah. Sampai suatu saat di masa kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq, orang melaporkan mengenai penduduk Yamamah yang bergabung dengan nabi palsu , Musailamah. Rajjal mengusulkan dirinya agar diutus ke sana untuk mengembalikan Islam.

Sayangnya saat tiba di sana, dilihatnya jumlah mereka banyak, Rajjal berkhianat. Ia bergabung dengan gerombolan Al-Kaddzab, seorang pembohong, kemudian bergabung dengan Musailamah.

Rajjal merupakan bahaya bagi kaum Islam daripada Musailamah sendiri. Ia menyebarluaskan kebohongan, mengatas-namakan sabda Rasulullah ﷺ. Maka semakin bertambahlah pengikut Musailamah.

Berita mengenai perbuatan khianat Rajjal inj sampai ke Madinah. Semua orang marah terhadap murtadnya Rajjal dan kedustaannya. Orang yang paling marah di antara kaum muslimin itu adalah Zaid ibnul Khattab.

Saudara Umar bin Khattab

Zaid ibnul Khattab adalah saudara Umar bin Khattab. Ia lebih tua dari khalifah Umar dan lebih dahulu masuk Islam.

Zaid adalah seorang pahlawan yang suka bekerja dalam diam. Ia tak pernah tertinggal dalam setiap perang bersama Rasulullah ﷺ.

Saat perang Uhud, saat peperangan tengah berkecamuk, Umar bin Khattab memintanya mengenakan baju besi miliknya, namun Zaid menolak dan tetap meneruskan berperang.

Saat mendengar ada seorang pengkhianat bernama Rajjal, ia sangat ingin menghabisinya. Apalagi mengetahui bahwa Rajjal melakukan semua itu demi memuaskan nafsu dirinya sendiri akan harta kekayaan.

Berperang di Yamamah

Zaid kemudian turut berperang bersama Khalid bin Walid. Khalid memimpin pasukan Islam di Yamamah untuk menumpas Musailamah dan para pengikutnya. Khalid menghimpun tentara Islam lalu dibagi-baginya tugas untuk menempati beberapa kedudukan. Semetara itu, panji Islam diserahkan kepada Zaid bin Khattab.

Bani Hanifah, pengikut Musailamah, berperang dengan berani dan mati-matian. Awal yang buruk bagi Khalid bin Walid dan tentara Islam dalam peperangan ini karena banyak pasukan muslim yang gugur.

Namun, melihat kemunduran semangat tempur pasukan muslim, tanpa rasa gentar, Zaid ibnul Khattab justru menjadi juru semangat. Ia menaiki sebuah bukit lalu menyerukan semangat.

"Wahai saudara-saudaraku, tabahkanlah hati kalian, gempur musuh, serang mereka habis-habisan! Demi Allah, aku tidak akan bicara lagi sebelum mereka dibinasakan Allah atau aku menemui-Nya dan menyampaikan alasan-alasanku kepada hadirat-Nya! "

Zaid kemudian turun dari bukit tanpa mengucapkan sepatah kata. Perang Yamamah terus berkecamuk. Zaid menembus pasukan Musailamah yang selalu berusaha melindungi Rajjal. Berkali-kali, ia hampir berhasil mendekati Rajjal, kemudian mundur lagi. Sampai akhirnya takdir Allah memberinya kemampuan untuk menebaskan pedangnya di leher Rajjal si penghianat.

Perihal kematian Rajjal pun cepat menyebar di kalangan pasukan Musailamah dan pengikutnya. Hal ini menjadi bola api yang membuat ketakutan amat sangat bagi pengikut Musailamah dan bala tentaranya dipimpin Muhkam bin Thufail.

Ketakutan ini tidak lain lantaran Musailamah senang memberikan janji-janji kemenangan kepada pengikutnya. Ia berjanji bahwa dirinya, Rajjal bin Unfuwah serta Muhkam bin Tufail akan memberikan kemenangan yang besar. Namun, Zaid ibnul Khattab telah menghancurkan segala harapan itu.

Perang terus berkecamuk. Usai menebas Rajjal, Zaid ibnul Khattab tetap menebaskan pedangnya. Ia adalah pahlawan tanpa suara, seperti janjinya. Ia akan diam sampai kemenangan perang Yamamah diraihnya atau ia tiada sebagai seorang syuhada.

Sampai akhirnya dua hal yang diinginkan Zaid tercapailah. Ia syahid di perang Yamamah, sebelum akhirnya pasukan muslimin memenangkan peperangan melawan nabi palsu Musailamah.

Kerinduan Umar bin Khattab

Bala tentara Islam kembali ke Madinah setelah perang Yamamah. Khalifah Abu Bakar dan sahabatnya Umar bin Khattab menyambut kedatangan mereka. Maka dicarilah oleh Umar sosok tinggi saudaranya itu. Namun tak ditemuinya.

Seorang dari pasukan yang pulang menyampaikan kabar tentang syahidnya Zaid ibnul Khattab kepada Umar. Lalu berkatalah Umar bin Khattab:

"Rahmat Allah bagi Zaid...
Ia mendahuluiku dengan dua kebaikan...
Ia masuk Islam lebih dahulu...
Dan ia syahid lebih dahulu pula... "

Suatu hari saat rindu pada saudaranya, Umar bin Khattab berkata, "Bila angin kerinduan berhembus tercium olehku harumnya Zaid."

Setiap angin kemenangan Islam berhembus, semenjak peristiwa Yamamah, akan tercium selalu oleh Islam bau wanginya Zaid, pengorbanan Zaid, kepahlawanan dan kebesaran Zaid. Keluarga al Khattab telah diberi berkah di hari mereka masuk Islam, kala mereka berjihad dan mencari syahid serta di hari mereka dibangkitkan kelak.

Salam untukmu Zaid ibnul Khattab. Salam untukmu para syuhada.

Alhamdulillah

Kisah lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar