Asmaul Husna: As-Sabur



As-Sabur- Maha Penyabar

Allah ﷻ adalah Sang Maha Penyabar. Siapakah yang lebih sabar dari Dia yang dipersekutukan oleh hamba-Nya sendiri, namun Dia masih memberikan kasih sayang dan rezeki?

فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا
"Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir. Berilah mereka kesempatan untuk sementara waktu."
(QS. At-Tariq 86: Ayat 17)

Allah ﷻadalah Sang Maha Penyabar. Allah ﷻ bersabar kepada mereka yang tidak mempercayai dan tidak taat. Allah ﷻ tidaklah tergesa-gesa dan tidak langsung menghukum mereka, namun memberi waktu agar manusia kembali berpaling kepada -Nya.

Siapakah yang bisa lebih sabar daripada Allah ﷻ? Dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan, Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ»

"Tiada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap perlakuan yang menyakitkan: sesungguhnya mereka menganggap Allah beranak, padahal Dialah yang memberi mereka rezeki dan kesejahteraan."

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعيدَني كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ".

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Anak Adam telah mendustakan Aku — padahal Allah tidak pernah berdusta— dan anak Adam mencaci maki Aku —padahal tidak layak baginya mencaci maki Dia—. Adapun pendustaannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Dia tidak akan mengembalikanku hidup kembali. Sebagaimana Dia menciptakanku pada permulaan —padahal penciptaan pertama itu tidaklah lebih mudah bagi-Ku dari pada mengembalikannya—. Dan adapun caci makinya kepada-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Padahal Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada yang setara dengan-Ku." (HR Bukhari)

Allah ﷻ memerintahkan muslimin untuk bersabar saat menghadapi takdir.

اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
"... Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah 2:153)

Kesabaran-Nya tak berbatas. Begitu pula pahala yang akan diberikan atas orang-orang yang bersabar, begitu besar tanpa batas.

اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"... Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar 39: 10)


Kekerasan hati adalah buah dari ketidaksabaran.

Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 33: Khabbab bin Arats



Khabbab bari saja tiba di rumah kala beberapa orang Quraisy sudah menunggunya. Mereka ingin mengambil pedang pesanan buatan Khabbab.
"Sudah selesaikah pedang-pedang kami itu,  hai Khabbab?" tanya orang-orang Quraisy itu.

Saat ditanya,  Khabbab tengah memikirkan hal lain. Wajahnya menampakkan keceriaan.  "Sungguh keadaannya amat menakjubkan," demikian kata Khabbab.

Orang-orang itu pun bertanya-tanya,  "Hai Khabbab,  keadaan mana yang kau maksudkan? Kami menanyakan pedang pesanan kami, apakah sudah selesai dibuat?"

"Apakah tuan-tuan sudah melihatnya?  Apakah tuan-tuan sudah pernah mendengar ucapannya?" kata Khabbab.

Mereka yang ditanya saling bertatapan. "Apakah kamu sudah melihatnya Khabbab?" tanya mereka.

Khabbab balik bertanya,  "Siapa maksudmu?" Khabbab mulai merasa ketidaksenangan dari para tamunya dan merasa mereka mulai menebak siapa orang yang ia maksudkan.

"Siapa maksudmu?  Yang saya tanya adalah orang yang kamu katakan itu!" kata salah seorang dari mereka dengan nada mulai meninggi.

Khabbab menjawab,  "Benar,  saya telah melihat dan mendengarnya.  Saya saksikan kebenaran terpancar daripadanya dan cahaya bersinar-sinar dari tutur katanya."

Seorang dari pria Quraisy itu rupanya telah bisa mengira siapa gerangan yang dimaksud. Khabbab tak mungkin lagi menyembunyikan maksud perkataannya.  "Siapa dia orang yang kau katakan itu hai budak Ummi Anmar?!"

Khabbab akhirnya menjawab,  "Siapa lagi hai Arab sahabatku,  siapa lagi di antara kaum anda yang daripadanya terpancar kebenaran dan dari tutur katanya bersinar-sinar cahaya selain ia seorang."

Salah seorang dari pria Quraisy itu bangkit.  Ia marah dan berseru, "Rupanya yang kau maksud itu adalah Muhammad!"

Khabbab menjawab,  "Memang,  ia adalah utusan Allah kepada kita,  untuk membebaskan kita dari kegelapan menuju terang benderang."

Seketika itu juga para pria Quraisy itu bangkit, menghujaninya dengan pukulan dan tendangan,  sampai Khabbab tak sadarkan diri.

Demikianlah Khabbab bin Arats. Luka-luka bekas pukulan dan tendangan membuat bajunya berbercak darah. Namun,  itu hanyalah awal dari penganiayaan yang akan dialaminya.

Kecintaan Khabbab yang mulai tumbuh kepada nabi akhir jaman membuat besi-besi yang semula hendak dijadikan pedang di rumahnya,  dirubah oleh kafir Quraisy menjadi belenggu dan rantai besi.  Mereka memasukkan rantai itu ke dalam api sehingga panas,  lalu mereka lilitkan ke tubuh Khabbab dan pada kedua tangan serta kakinya.

Berkata Sya'bi,  "Khabbab menunjukkan ketabahannya,  sehingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya sehingga terbakarlah dagingnya.

Sampai suatu ketika Khabbab pergi menemui Rasulullah ﷺ menceritakan perihal dirinya. Khabbab berkisah:

"Kami pergi mengadu kepada Rasulullah ﷺ yang ketika itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya di bawah naungan Ka'bah.  Permohonan kami kepadanya,  "Wahai Rasulullah,  tidakkah Anda hendak memohonkan kepada Allah pertolongan bagi kami?"

Rasulullah ﷺ pun duduk,  mukanya jadi memerah,  lalu bersabda, "Dulu sebelum kalian ada seorang laki-laki yang disiksa,  tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil gergaji untuk menggergaji kepalanya,  tetapi siksaan demikian tidak sedikitpun dapat memalingkannya dari agamanya.  Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi,  juga tidak menggoyahkan keimanannya. Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut hingga setiap pengembara yang bepergian dari Shana ke Hadramaut,  tiada takut kecuali oleh Allah Azza wa Jalla walaupun serigala ada di antara hewan gembalaannya tetapi saudara-saudara terburu-buru."

Khabbab pun kembali dengan keteguhan yang lebih kuat. Sehingga pada suatu hari ia kembali disiksa oleh bekas majikannya,  Ummi Anmar.  Wanita itu mengambil besi panas yang menyala lalu ditempelkan ke ubun-ubun Khabbab.  Pemuda itu tetap menahannya.

Saat didapati perlakuan yang diterima Khabbab,  Rasulullah ﷺ kemudian memohon kepada Allah Subhanahu wa Taala.  "Ya Allah,  limpahkanlah pertolonganmu kepada Khabbab."

Selang berapa hari kemudian Ummi Anmar menerima hukuman langsung dari Allah.  Ia diserang semacam penyakit panas mengerikan sehingga dirinya berteriak-teriak melolong seperti anjing.

Pengajar Al Quran

Khabbab telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala karena waktunya ia gunakan untuk mengajarkan Al Quran.  Saat Islam masih didakwahkan secara sembunyi,  Khabbab akan mendatangi teman-temannya yang seiman secara diam-diam untuk menyampaikan kembali ayat Al Quran.

Abdullah bin Masud pun bertanya kepadanya perihal Al Quran. Rasulullah ﷺ pernah menyabdakan bahwa barangsiapa ingin belajar Al Quran,  maka bisa meniru bacaan Khabbab atau biasa dipanggil Ibnu Ummi Abdin.

Khabbab juga mengajarkan Al Quran kepada Fatimah binti Khattab dan suaminya Said bin Zaid.  Fatimah merupakan adik dari Khalifah Umar bin Khattab.

Suatu hari saat mengajarkan Al Quran kepada mereka,  datanglah Umar bin Khattab.  Khabbab sempat bersembunyi. Umar berseru,  "Tunjukkan kepadaku dimana Muhammad!"

Khabbab pun keluar dari persembunyiannya.  Ia berkata,  "Wahai Umar,  Demi Allah,  saya berharap kiranya kamulah yang telah dipilih oleh Allah dalam memperkenankan permohonan Nabi-Nya karena kemarin saya mendengar Beliau ﷺ  memohon,  "Ya Allah kuatkanlah agama Islam dengan salah seorang di antara dua lelaki yang lebih Engkau sukai, Abul Hakam bin Hisyam dan Umar bin Khattab.

Umar bertanya kembali,  "Dimana saya menemuinya sekarang ini, hai Khabbab?"
"Di Shafa, di rumah Arqam bin Abil Arqam," jawab Khabbab.  Maka pergilah Umar ke sana dan menyatakan keislamannya.

Harta yang Tak Tertutupi

Khabbab tak pernah absen dalam semua pasang surut kaum muslimin di awal Islam bersama Rasulullah ﷺ. Ia selalu turut dalam berbagai peperangan,  suka dan duka.

Ketika Islam telah dipimpin kekhalifahan Umar dan Ustman,  ia memperoleh uang yang cukup dari pemerintahan.  Maka dibangunnyalah sebuah rumah di Kufah.  Rumah ini diperuntukkan bukan hanya bagi dirinya,  tapi juga kaum muslim yang memerlukan.

Khabbab tak pernah tidur nyenyak.  Ia teringat akan Rasulullah ﷺ dan sahabat yang lain yang telah lebih dahulu menemui-nya sebelum pintu dunia benar-benar dibukakan bagi kaum muslimin.  Juga,  sebelum harta kekayaannya diserahkan kepada mereka.

Suatu hari Khabbab jatuh sakit keras. Maka ia dijenguk beberapa orang muslimin.  Khabbab ditanya,  "Senangkah hati Anda wahai Abu Abdillah karena Anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat Anda?"

Sambil menangis Khabbab menjawab,  "Sungguh saya tidak merasa kesal atau kecewa tetapi tuan-tuan telah mengingatkan saya kepada para sahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka,  sebelum mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga.  Sedangkan kita masih hidup dan beroleh kekayaan dunia hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah."

Setelah berkata demikian,  ia menunjukkan suatu tempat di rumah sederhananya dimana ia menyimpan harta kekayaannya. Ia berkata:

"Demi Allah tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang,  dan tak pernah saya halangi terhadap yang meminta."

Setelah itu,  Khabbab menoleh kepada sehelai kain kafan yang telah disediakan untuk dirinya sendiri. Sambil menitikkan air mata, ia berkata:

"Lihatlah ini kain kafanku.  Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah ﷺ ketika gugur sebagai salah seorang syuhada hanyalah burdah berwarna abu-abu yang ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya,  sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya."

Pada tahun 37 Hijriah Khabbab berpulang. Si pembuat pedang dari kalangan miskin, mereka yang pertama kali memeluk Islam.  Penyebar Al Quran yang penuh kemuliaan.  Sebagaimana Rasulullah ﷺ pernah diperintahkan oleh Allah untuk memuliakan mereka yang memuliakan Al Quran.

"Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim.
Demikianlah, Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah? (Allah berfirman), Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?
Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu). Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Al Quran Al An'am 52-54

Suatu kali saat Imam Ali karamallahu wajhah kembali dari perang Shiffin,  ia melihat sebuah makam. Ia bertanya, "Makam siapa ini?" Seorang menjawab,  "Makam Khabbab."

Imam Ali merenung sejenak lalu katanya:
"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Khabbab,  yang dengan ikhlas menganut Islam dengan penuh semangat. Mengikuti hijrah semata-mata karena taat, seluruh hidupnya dibaktikan dalam perjuangan membasmi maksiat."

Salam untukmu Khabbab bin Arats,  semoga Allah meridhoimu.

Alhamdulillah
Kisah lainnya: 
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Asmaul Husna: Al Muhsi



Al Muhsi - Maha Menghitung


 وَاَحْصٰى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا
"... dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu."
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 28)

Allah mencatat segala-galanya yang ada di dalam alam semesta,  jumlah mereka,  gerakan mereka,  dan perubahan-perubaban yang terjadi pada mereka.  Daun-daun pepohonan,  butir-butir pasir dan semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi dan lebih rendah,  apa yang ada sekarang dan apa yang sudah lenyap, semuanya dihitung dan dicatat. 

وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ كِتٰبًا 
"Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu Kitab (buku catatan amalan manusia)."
(QS. An-Naba' 78: Ayat 29)

Lebih penting lagi adalah catatan-catatan yang disimpan Allah mengenai perbuatan kita,  bahkan setiap kali kita bernafas pun dicatatnya.  Catatan yang jelas mengenai kehidupan kita disimpan untuk dihadapkan kepada kita pada hari kiamat. Tidak ada yang ditinggalkan dan tidak ada yang salah catat.  Para penentang Allah akan takut akan catatan ini.

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَ يَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَـتَـنَا مَالِ هٰذَا الْـكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّاۤ اَحْصٰٮهَا   ۚ  وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا   ۗ  وَ لَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
"Dan diletakkanlah Kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, Betapa celaka Kami, Kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya, dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 49)

Bagian tubuh manusia akan menjadi saksi.

يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ  اَلْسِنَـتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"pada hari, (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. An-Nur 24: Ayat 24)

Perhitungankanlah perbuatan yang bermanfaat bagi manusia.

Alhamdulillah

Qana'ah dan Surga



Inilah janji Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada mereka yang qana'ah. Menerima ketetapan Allah dengan puas dan ikhlas, menjalani kehidupan dengan kesabaran serta selalu bersyukur, yang akan dibalas dengan surga abadi.

Al Quran Surat An Nahl 96-97
Bismillaahi Rahmaani Rahiim

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍ ۗ
وَلَـنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْۤا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
مَنْ عَمِلَ صَالِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَـنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ
وَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.
Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Shodaqollahul'adziim

Pada ayat di atas disebutkan حَيٰوةً طَيِّبَةً atau kehidupan yang baik, ada yang menafsirkan sebagai rezeki yang halal, kebahagiaan, kesanggupan untuk melakukan ibadah kepada Allah, dan juga dimaksudkan sebagai kehidupan bagi hamba yang bersifat qana'ah. Merasa puas dengan segala ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافًا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ".
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan kepadanya." (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda:

"انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ - قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ - عَلَيْكُمْ -"

”Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda:

"لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ"

”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari)

Nabi Muhammad ﷺ seringkali membaca:

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina
Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf (dijauhkan dari hal-hal yang diharamkan) dan ghina (selalu merasa cukup). (HR Muslim)

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Mughni



Al Mughni- Maha Mengayakan


وَأَنَّهُ ۥ هُوَ أَغْنٰى وَأَقْنٰى
"dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan."
QS. An-Najm 53: 48

Allah ﷻ adalah yang Maha Mengayakan, memberikan kita kekayaan kebendaan dan membebaskan kita dari kekurangan.

وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنٰى
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan."
QS. Ad-Duha 93: 8

Kekayaan tidaklah boleh menjadi sesuatu yang membuat manusia tidak mentaati Allah. Manusia seringkali mengira segala kekayaannya adalah jerih upayanya sendiri.


وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦٓ إِنْ شَآءَ ۚ
"Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki."
QS. At-Taubah 9:28

Lebih jauh dari sifat kebendaan, kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.

Dari Abu Dzar radhiyallahu‘anhu berkata,

قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas). HR. Ibnu Hibban, Shahih Muslim)

Iman menjadikan manusia puas dengan harta duniawi yang secukupnya tanpa berhasrat untuk mendapat lebih banyak lagi. Kebahagiaan diperoleh melalui hal spiritual yang lebih tinggi berupa kasih sayang Allah ﷻ dan pengharapan akan surga-Nya.

يٰقَوْمِ إِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتٰعٌ وَإِنَّ الْأَاخِرَةَ هِىَ دَارُ الْقَرَارِ
"Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal."
QS. Ghafir 40:39

Allah ﷻ memberi kepada mereka yang suka memberi.



Alhamdulillah