Berhijrah dan Wafat di Jalan Allah



Allah Subhana Wa Taala telah menetapkan pahala di sisiNya kepada mereka yang berhijrah di jalanNya. Setiap niat yang hanya diperuntukkan kepadaNya tak akan pernah sia-sia sejak pertama kali diikrarkan dalam hati.

QS An Nissa 4:100

Bismillahi Rahmaani Rahiim

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ."

Shodaqollahuladziim

Dlamrah bin Jundab keluar dari rumahnya untuk berhijrah dan berkata kepada keluarganya, “Gotonglah saya dan hijrahkanlah saya dari tanah musyrikin ini ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.” Belum sampai pada tempat tujuannya ia telah wafat. Saat peristiwa hijrah kala itu ia sedang sakit di Mekah lalu berkata demikian kepada anaknya. “Bawalah aku keluar dari Mekah ini, aku bisa mati akibat situasi kekalutan di tempat ini.” Berkata anaknya, “Kemana kami bawa?” Ia lalu memberi petunjuk dengan tangannya ke arah Madinah. Namun, belum sempat sampai tujuan, atau baru sampai di kampung Bani Ghifarm Allah telah mengangkat nyawanya.

Sebuah riwayat lain disebutkan, Khalid bin Haram berhijrah ke Habsyah, diperjalanan ia digigit ular dan wafat.

Pada riwayat lain, ketika sampai berita tentang kerasulan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam kepada Aktsam bin Shaifi, ia bermaksud mengunjungi beliau akan tetapi dihalangi kaumnya. Ia lalu meminta seseorang untuk diutus menyampaikan maksudnya minta keterangan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Maka dipilihlah dua orang utusan lalu mereka berkata, “Kami utusan dari Aktsam bin Shaifi yang ingin tahu tentang siapa nama tuan, apakah kedudukan tuan, apakah yang tuan bawa?”

Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam menjawab, “Saya Muhammad, anak Abdullah, hamba Allah dan RasulNya.” Lalu Nabi SAW membuka ayat Innalllaha ya muru bil abdil wal ihsan,, (QS An Nahl 90). Sesampainya kedua utusan  itu kepada Aktsam dan menyampaikan apa yang diterangkan Nabi SAW kepada mereka, Aktsam berkata, “Hai kaumku, ia menyuruh berbudi tinggi dan melarang berakhlak rendah, jadilah kalian pelopor untuk berbuat luhur, dan jangan menjadi pengekor.” Kemudian ia berangkat naik unta menuju Madinah, tetapi di perjalanan ia meninggal. Maka turunlah ayat ini berkenaan dengan beberapa peristiwa tersebut.

Sudah sampaikah pada sahabat kisah yang penuh inspirasi berikut? Kisah ini selalu diulang-ulang dan selalu dapat memotivasi. Pada riwayat Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu ia membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah dibunuhnya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab.

Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun.”

Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut. Jika jaraknya dekat ke tempat yang dituju, maka ia (malaikat rahmat) yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut. Ternyata mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat ke tempat yang dituju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”

Berhijrah di jalan Allah dengan Bismillah dan Allah Subhana Wa Ta’ala tak akan pernah melanggar janjiNya.

Alhamdulillah
#quran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar