Asmaul Husna: Al Aziz



Al Aziz - Yang Maha Perkasa

رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيْزُ  الْغَفَّارُ

"Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun."
QS. Sad 38: 66

Allah adalah sang Penakluk yang tidak pernah ditaklukkan dan tidak pernah disakiti, karena keperkasaan-Nya, keagungan, kekuatan dan kegagahan-Nya.

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ  اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ  الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَـبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ  ؕ  سُبْحٰنَ اللّٰهِ  عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

"Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."
QS Al-Hasyr 59:23

هُوَ اللّٰهُ الْخَـالِـقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَـهُ الْاَسْمَآءُ الْحُسْنٰى  ؕ  يُسَبِّحُ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ  وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
QS Al-Hasyr 59: 24

سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ 

"Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa dari sifat yang mereka katakan."
QS As-Saffat 37:180

Tidak ada yang mampu menandingi keperkasaan Allah yang kalimat-Nya tak pernah akan habis.

وَلَوْ اَنَّ مَا فِى الْاَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ اَقْلَامٌ وَّالْبَحْرُ يَمُدُّهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖ سَبْعَةُ اَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِ  ؕ  اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
QS Luqman 31:27

Keperkasaan Allah yang tentara-Nya meliputi seluruh langit dan bumi.

وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ  ؕ  وَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

"Dan milik Allah bala tentara langit dan bumi. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
QS Al-Fath 48:7

Bersujudlah mana kala nama Allah diagungkan.

Alhamdulillah
#Allah #Quran #ÀsmaulHusna

Ungkapan-Ungkapan yang Keliru



Ada beberapa ungkapan yang suka kita dengar, bahkan kita ucapkan, tanpa kita sadari sebenarnya kurang tepat. 

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita memahami beberapa ungkapan sehari-hari yang kurang tepat supaya bisa menghindari pemakaiànnya. Tujuannya untuk menjaga dan meluruskan akidah kita.

Beberapa saja dari ungkapan itu antara lain:

1. Anugerah alam
Adakalanya kita mendengar sebuah iklan yang menyebutkan misalnya, "Berkat anugerah alam, obat verbal ini bisa menyembuhkan penyakit."

Alam sendiri adalah benda mati yang diciptakan, dihidupkan dan diatur oleh Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Taala. Jadi akan lebih tepat bila kita mengungkapkannya demikian: "Atas anugerah Allah yang telah menciptakan tanaman yang berkhasiat dst...." Tetapi janganlah lagi mengatakan "Berkat anugerah alam".

2. Hukum alam
Bila terjadi suatu bencana alam atau musibah misalnya, seorang guru bisa saja mengatakan, "Sudah menjadi hukum alam bahwa  terjadi gempa..." 

Pemakaian kata "hukum alam" kuranglah tepat. Hukum alam sendiri merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat barat yang muncul dari orang Yunani penyembah dewa-dewa sejak jamannya Socrates. Menurut aliran hukum alam, segala sesuatu yang terjadi bisa dilihat dari beberapa cara pandang. Ada hukum alam yang berdasarkan religi, hukum alam atas dasar ketuhanan atau hukum alam semata-mata berdasarkan rasio manusia. Berbeda religi tentu akan berbeda pula hukum alamnya. Hukum alam berdasarkan religi kristiani pasti akan berbeda dengan pemahaman seorang muslim.

Sebagai muslim, kita memiliki pemahaman sendiri bagaimana alam ini diatur oleh Allah seperti dijelaskan AlQuran. Maka, bukan lagi memakai istilah "hukum alam", akan lebih tepat jika kita mengatakan, "Inilah hukum Allah yang Maha Mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta." Alam tidaklah berdiri atau mengatur dirinya sendiri, namun Allahlah yang mengaturnya.

3. Ungkapan untuk orang meninggal.
Pada pengumuman tentang kematian seseorang, kita pernah mendengar kata-kata, "Telah berpulang Fulan ke peristirahatan yang terakhir."

Ungkapan ini kurang tepat. Saat seseorang meninggal dunia, menurut pemahaman Islam, rohnya akan pindah ke alam kubur. Seorang muslim mengimanj adanya hari akhir yaitu kiamat. Setelah itu seluruh manusia akan dihisab dan ditempatkan di tempatnya yang terakhir sesuai amalnya di dunia, yaitu surga atau neraka. Jadi, peristirahatan terakhir adalah surga atau neraka. Saat seorang meninggal, ia belum lagi berpulang ke peristirahatan terakhir, tetapi berada di alam kubur. 

Ada juga ungkapan tentang berita kematian seseorang "Telah berpulang ke Rahmatullah Fulan bin Fulan". Kita tidak bisa mengetahui apakah orang yang meninggal itu telah benar-benar dirahmati Allah atau belum. Sehingga kita tidak bisa langsung mengatakan ia telah berpulang ke Rahmatullah. Pengungkapan sederhana "Telah meninggal dunia" akan menjadi lebih tepat. Tapi kita bisa menambahkan doa bagi yang meninggal, "Semoga Allah merahmatinya" atau "Semoga rahmat Allah atasnya".

Ini berkaitan juga dengan penggunaan istilah almarhum. Almarhum yang dimaksud berarti orang yang dirahmati. Tak ada orang yang bena-benar mengetahui apakah orang yang meninggal itu dirahmati Allah atau tidak, apalagi kalau semasa hidupnya ia adalah orang yang banyak melakukan maksiat, sehingga penggunaan kata "almarhum Fulan" sebenarnya kurang tepat. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan penggunaan kata almarhum ini diperbolehkan, sebatas makna penggunaannya sebagai doa agar Allah merahmati orang yang telah meninggal. Lantaran sebagai doa,  penggunaan almarhum hanya diperuntukkan bagi orang muslim, bukan bagi mereka yang jelas-jelas kafir.

Beberapa ungkapan lain yang lebih tepat bisa digunakan, meskipun masih belum terbiasa kita menggunakannya yaitu Allahu yarham dan Rahimahullah. "Fulan bin Fulan Allahu yarham" atau "Fulan bin Fulan rahimahullah".

Demikian beberapa catatan kecil saya. Mohon maaf kalau ada salah. Allahu'alam.
Alhamdulillah

Rerumputan di Musim Hujan




Kala hujan tiba, maka tanah menjadi basah. Air yang menggenang di tanah, di pasir atau celah bebatuan akan menumbuhkan rerumputan. Inilah anugerah Allah Subhanahu Wa Taala. Bahwa dengan air hujan itu kembali ditumbuhkannya kehidupan di permukaan bumi yang diawali dengan tumbuhnya rerumputan.

Al Quran surat Abasa ayat 31
Bismillahi Rahmaani Rahiim

وَّفَاكِهَةً وَّاَبًّا 
"...dan buah-buahan serta rerumputan."
QS 80:31
Shodaqollahul'adziim

Suatu hari Amiral Mukminin Umar bin Khattab membaca firman Allah yang agung yaitu surat ke 80, Abasa, sampai ayat ke 31. 

"Wa faakihataw wa abbaa." Tiba-tiba wajah khalifah Umar menjadi pucat pasi. Sebagaimana disebut dalam surat Abasa, dari ayat 25, bahwa Allah telah menurunkan air hujan dari langit, kemudian menumbuhkan biji-bijian, anggur, sayur-sayuran, zaitun, kurma, kebun yang rindang, buah-buahan. Tapi, apakah abbaa itu?

"Ya Allah, kami tahu apa itu fakihah, ialah tsamaraat, yaitu buah-buahan. Tetapi apa itu abbaa? Ya Rabb, kami tak tahu makna abbaa."

Maka berdirilah seorang badui penggembala dan berkata, "Ya Amiral Mukminin, kamilah yang tahu makna abbaa. Ketika hujan turun di padang gembalaan seputar gurun, maka genangan-genangan kecil di tanah, di celah batu, dan di pasir lembut lalu dengan cepat ditumbuhi rerumputan yang kami bahkan tak tahu darimana datang bebenihannya. Itulah abbaa, rumput-rumput anugerah Allah."

Maka, Umar Radhiyallahu Anhu bertakbir dan bersujud syukur. 

Maha Besar Allah dan segala puji hanya bagi-Nya yang telah mencurahkan hujan dari langit. Menumbuhkan pepohonan rindang, buah dan sayur-sayuran. Menumbuhkan rerumputan darimana hewan ternak mencari makan. Menjadikan tanahnya subur dan darisanalah bumi kembali dihidupkan.

Alhamdulillah

Doa-Doa Kala Hujan

Hujan adalah saat penuh rahmah dan waktu yang tepat untuk bermohon doa kepada Allah Subhanahu Wa Taala.

Bismillahi Rahmaani Rahiim...

1. Doa Ketika mendung dan langit diselimuti awan hitam

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا فِيْه

Allohumma innii a'uudzu bika min syarri maa fiihi

"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang terkandung di dalam awan ini." 
(HR. Bukhari)

2. Do'a Ketika Hujan Pertama Kali Turun


 اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً 

Allohumma shoyyiban nafi’an

"Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat."
(HR. Bukhari)

3. Do'a Ketika Hujan Turun Dengan Sangat Lebat 


اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Allohumma hawaalainaa wa laa ’alainaa. Allohumma ’alal aakaami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthuunil audiyati, wa manaabitisy syajari.

"Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, namun jangan untuk menghancurkan dan merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan."
( HR. Bukhari)

4. Do'a Ketika Angin Bertiup Kencang

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أرسلت بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أرسلت بِهِ. 

Allohumma innii as aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa wa khoiro maa ursilat bihi, wa a'uudzu bika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bihi.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), dan kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan dari tujuan angin itu dihembuskan. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, dan kejahatan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan dari tujuan angin itu dihembuskan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Ketika Mendengar Petir

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِه

Subhaanalladzi yusabbihur ro'du bihamdihii wal malaaikatu min khiifatihi

“Maha Suci Allah yang halilintar/petir bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya."

6. Ketika Hujan Berhenti


مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ

Muthirnaa bi fadhlillaahi wa rohmatihi.

“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.” (Muttafaq 'alaih)

Amiin ya Rabbalalamiin

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Ghafur



Al Ghafur - Maha Memaafkan


  اِنَّ اللّٰهَ  غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS Al-Baqarah 2:173)

Pengampunan Allah tak terbatas.

نَبِّئْ عِبَادِيْۤ اَنِّيْۤ اَنَاۡ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang,"
(QS. Al-Hijr 15: 49)

Seorang yang benar-benar bertobat akan mempercayai dengan penuh harap cemas, bukan dengan keputus-asaan, bahwa Allah akan memberi maaf kepadanya.

Dari Abu Dzar, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam pernah bersabda bahwa Allah Subhanahu Wa Taala mengatakan:

 يا عبادي إنكم تخطئون بالليل والنهار وأنا أغفر الذنوب جميعا، فاستغفروني أغفرلكم،

"Wahai hamba-Ku, engkau berbuat dosa siang dan malam, dan Aku memaafkan semua dosa, maka usahakanlah pengampunan dari-Ku dan Aku akan mengampuni kalian." Hadist Riwayat Muslim

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam mengajarkan doa pagi dan petang untuk memohon ampunannya. 

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ بِنِعْمَتِكَ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ‏ 

 Allahumma Anta Rabbi la ilaha illa Anta, khalaqtani wa ana 'abduka wa ana 'ala 'ahdika wa wa'dika mastata'tu. Ko A'udhu bika min sharri ma sana'tu, abu'u bi ni'matika wa abu'u bi dhanbi faghfirli, fa innahu la yaghfirudh-dhunuba illa Anta. 

"Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiiada Tuhan selain Engkau. Engkau menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku memegang janji-Mu dan janji yang telah kubuat kepada-Mu sedapat-dapatnya. Aku berlindung dibalik-Mu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui bahwa segala keberkahan yang kuperoleh itu berasal dari-Mu dan aku mengakui dosa-dosaku. Maka maafkanlah aku, karena tiada seorang pun yang dapat memaafkan dosa-dosa selain Engkau."
Hadist Sunan Ibnu Majah

Allah Maha Memaafkan dan  menjanjikan surga bagi mereka yang bertobat.

Jangan pernah berputus asa dari pengampunan-Nya.

Alhamdulillah

Kisah Al Muammil Mencari Kebenaran

Tersebutlah nama sorang penuntut ilmu yaitu Al Muammil. Ia pernah bepergian hingga 723 Km hanya untuk membuktikan kebenaran sebuah hadist. Ia berjuang dalam perjalanan panjang demi menemukan keshahihan sebuah hadist,  meskipun  pada akhirnya  ditemukan ternyata hadist tersebut palsu.

Kisah Al Muammil (beliau wafat pada 205 hijriah) dimuat dalam kitab Rihlah fi Tholabil Hadits ditulis oleh Al Khatib Al Baghdadi. 

Al Muammil mendengar sebuah hadist yang mengemukakan tentang keutamaan beberapa surat dalam Al Quran. Demi mengetahui kebenarannya, ia rela berjalan dari kota ke kota yang berjauhan untuk bertanya dari mana hadist itu diriwayatkan.

Al Muammil mengatakan, "Aku diberi kabar oleh seseorang yang tsiqoh dan dia menyebutkan namanya."

Al Muammil melanjutkan, "Aku pergi ke Madain bertemu dengan orang yang meriwayatkan hadits tersebut, dan aku berkata: Sampaikan hadits itu kepadaku, karena aku ingin pergi ke Bashroh."

Lalu orang yang ditanya menjawab, "Orang yg menyampaikan hadits ini ada di Wasith."

Al Muammil berkata, "Aku pun pergi ke Wasith dan berjumpa dengan seorang syekh. Aku berkata kepadanya: Aku dari Madain ditunjukkan kepadamu oleh seorang syekh.  Aku hendak pergi ke Bashroh."

Orang kedua itu menjawab, 'Orang yang menyampaikannya kepadaku ada di Kala.'

Al Muammil berkata lagi, "Maka aku pun pergi ke Bashroh dan pergi ke Kala' menemui syekh yang dimaksud. Aku berkata kepadanya:  Sampaikan hadits ini kepadaku. Aku hendak pergi ke Abadan."

Orang yang ketiga ditemui berkata: "Syekh yg menyampaikan hadits ini kepada kami ada di Abadan."

Al Muammil berkata, "Aku pergi ke Abadan menemui syekh itu, aku berkata kepadanya: Takutlah kepada Allah, bagaimana sebenarnya keadaan hadits ini. Aku dari Madain -aku pun menceritakan kisahku kepadanya-, kemudian ke Wasith, kemudian ke Bashroh, kemudian ditunjukkan kepadamu. Tadinya aku menduga para perawi sudah meninggal semua. Sampaikan kepadaku bagaimana kisah hadits ini."

Orang yang keempat yang ditemuinya itu berkata, "Kami berkumpul di sini dan kami lihat masyarakat tidak menyukai Al Quran serta sedikit sekali mempelajarinya. Mereka lebih banyak belajar hadits-hadits, maka kami pun duduk mengarang hadits tentang keutamaan surat surat Al Quran sehingga mereka kembali mencintai Al Quran."

Demikianlah Al Muammil menemukan kebenaran bahwa hadist tersebut ternyata dikarang-karang saja. Meakipun tujuannya demi membuat masyarakat kembali mencintai Al Quran, namun hadist tersebut palsu.

Perkiraan jarak yang ditempuh Al muammil dalam kilometer yaitu:
Madain, Irak - Wasith, Irak: 168 KM
Wasith, Irak - Bashroh, Irak: 492 KM
Bashroh, Irak - Abadan Iran: 63 KM
Sehingga total perjalanan yang ditempuh utk mengecek kebenaran ilmu sekitar 723 KM.

Bagi manusia jaman sekarang jarak demikian mungkin tidaklah jauh karena sudah ada alat transportasi seperti pesawat terbang. Belum lagi sekarang sudah ada alat komunikasi jarak jauh melalui internet sehingga orang bisa berhubungan satu sama lain dengan cepat. 

Namun, kala itu Al Muammil hanya menggunakan ontanya. Selain perbedaan kemajuan jaman, perbedaan generasi terdahulu dengan generasi kini adalah semangatnya. Semangat dalam menuntut ilmu dan mencari kebenaran.

Allahu'alam
Alhamdulillah
Ditulis ulang dari status Pakar Parenting Nabawiyah, Budi Ashari

Asmaul Husna: Al Hadi



Al Hadi - Sang Pemberi Petunjuk

Manusia diciptakan Allah Subhanahu wa Taala dan bersamaan dengan itu diturunkanlah pula petunjuk kepadanya. Selama manusia meyakini kebenaranNya dan mensyukurinya.

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ  نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِيْنَ  ؕ  وَكَفٰى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَّنَصِيْرًا
"Begitulah, bagi setiap nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong."
(QS. Al-Furqan 25:31)

Allah memberi petunjuk manusia menuju ke arah kebenaran dan kebaikan. Keyakinan adalah awal dari dilimpahkan olehNya petunjuk.

وَّلِيَـعْلَمَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوْا بِهٖ فَـتُخْبِتَ لَهٗ قُلُوْبُهُمْ   ؕ  وَاِنَّ اللّٰهَ لَهَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
"dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa (Al-Qur'an) itu benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan hati mereka tunduk kepada-Nya. Dan sungguh, Allah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus."
(QS. Al-Hajj 22:54)

Semakin tulus dan murni keyakinan, semakin banyak Allah menuntun hambaNya pada petunjuk untuk memahami caraNya dan menerima keputusanNya.

وَالَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَّاٰتٰٮهُمْ  تَقْوٰٮهُمْ
"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketaqwaan mereka."
(QS. Muhammad 47:17)


اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ يَهْدِيْهِمْ رَبُّهُمْ بِاِيْمَانِهِمْ ۚ  تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ  الْاَنْهٰرُ فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, niscaya diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, mengalir di bawahnya sungai-sungai."
(QS. Yunus:10:9)

Pada kebanyakan manusia, petunjuk datang dengan usaha untuk mencarinya.

وَالَّذِيْنَ  جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا   ؕ  وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-'Ankabut 29:69)

Manusia diciptakan Allah SWT dengan kesempurnaan, yakni diberi akal. Maka mereka yang mempergunakan akalnya sebaik mungkin akan mendapatkan petunjukNya yang murni.

قَالَ رَبُّنَا الَّذِيْۤ اَعْطٰـى  كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى
"Dia (Musa) menjawab, "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.""
(QS. Ta Ha 20:50)

Pada sebagian manusia lain tak mau menerima petunjuk yang telah jelas di depan mata. Mereka tak mensyulurinya.

اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا  كَفُوْرًا
"Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur."
(QS. Al-Insan 76:3)

Lebih banyaklah berbicara dengan Allah dan kurangi dengan manusia.

Alhamdulillah
#Allah #Quran #asmaulhusna

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 22: Khalid bin Said bin Ash

Khalid bin Said bin Ash dilahirkan dari keluarga kaya dan mewah, termasuk kepala  suku dari seorang warga Quraisy. Khalid mendengar perihal Muhammad Shallalahu Alaihi Wasallam saat dakwah masih disampaikan secara diam-diam. Ia mendengar berita-berita dengan seksama dan perlahan mulai merasuk dalam kalbunya. Ia ingin mengetahui  lebih jauh agama yang dibawa nabi akhir jaman ini.

Khalid adalah pemuda tenang dan pendiam. Ia tetaplah tenang meskipun hatinya bergejolak mengetahui adanya sebuah ajaran yang lurus di hadapannya. Keingintahuannya begitu besar sementara telah terbentang di hadapannya rintangan dan halangan, terutama pastinya dari sang ayah yang seorang pembesar Quraisy.

Suatu malam Khalid bin Said bermimpi. Ia melihat api yang menyala-nyala sementara dirinya berada di tepian api itu. Pada saat yang bersamaan,  sang ayah berada di belakang berusaha mendorongnya ke arah api. Lalu dalam mimpi itu ia melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam datang dan menariknya dari belakang dengan tangan kanannya sehingga terhindar dari api.

Terjaga dari mimpinya, Khalid bin Said mendatangi Abu Bakar. Ia menceritakannya. Kata Abu Bakar kepadanya, “Sesungguhnya tak ada yang kuinginkan untukmu selain dari kebaikan. Nah, dialah Rasul Allah, ikutilah dia, karena sesungguhnya Islam akan menghindarkanmu dari api neraka.”

Maka pergilah Khalid menemui Rasullullah dan mengungkapkan isi hatinya. Jawab Nabi:

“Hendaklah engkau beriman kepada Allah yang Maha Esa semata, jangan mempersekutukanNya dengan suatu apapun… Dan engkau beriman kepada Muhammad hambaNya dan RasulNya… Dan engkau tinggalkan menyembah berhala yang tidak dapat mendengar dan tidak dapat melihat, tidak memberi mudarat dan  tidak pula manfaat.”

Lalu dengan penuh keikhlasan Khalid bin  Said mengucapkan kalmiat syahadat. Terlepaslah sudah gejolak hati Khalid sehingga sampailah berita mengenai Islamnya pemuda ini ke telinga ayahnya.

Khalid adalah pemeluk yang pertama-tama masuk Islam. Baru ada empat atau lima orang yang memeluk Islam kala itu. Saat terdengar khabar bahwa putra dari Said bin Ash itu masuk Islam, tentulah menjadi bahan bulan-bulanan,  ejekan dan hinaan bagi sang ayah yang memiliki kedudukan penting di suku Quraisy.

Said bin Ash memanggil Khalid dan menanyakan kebenaran berita tersebut. “Benarkah kamu mengikuti

Muhammad dan membiarkannya mencaci tuhan-tuhan kita?”

Khalid menjawab, “Demi Allah sungguh ia seorang yang benar dan sesungguhnya aku telah beriman kepadanya dan mengikutinya.”

Tapi, apa yang didapat Khalid bin Said dari jawaban jujurnya? Ia dipukul oleh sang ayah bertubi-tubi. Pemuda itu lalu dikurung dalam kamar gelap, menderita kelaparan dan kehausan. Ia berteriak dari balik pintu yang terkunci, “Demi Allah, sesungguhnya ia benar dan aku beriman kepadanya!”

Mengurung sang anak ternyata belumlah cukup bagi Said bin Ash. Khalid dibawa ke padang pasir berbatu yang panas terik di kota Mekah. Anaknya sendiri dinjak-injak. Diikat dan dibiarkan tanpa perlindungan selama tiga hari di panas terik matahari siang dan kedinginan di malam hari, tanpa setetes air yang turun di kerongkongan.

Sang ayah yang mendapati anaknya masih berpegang teguh pada keyakinannya mulai berputus asa. Ia telah mencoba merubah pendirian Khalid bin Said, dari mulai membujuk sampai mengancam. Namun, anaknya itu tetap bersiteguh. Khalid berkata kepada ayahnya, “Aku tak hendak meninggalkan Islam karena suatu apapun, aku akan hidup dan mati bersamanya.”

Jawaban si anak dibalas teriakan sang ayah, “Kalau begitu enyahlah engkau pergi dari sini anak keparat! Demi Lata kau tak boleh makan di sini!”

Khalid berkata, “Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.”

Khalid pun pergi meninggalkan rumahnya, meninggalkan kemewahan, untuk masuk kepada kesukaran dan halangan rintangan yang akan dihadapinya.

Turut Hijrah ke Madinah

Khalid bin Said termasuk mereka yang turut berhijrah ke Habsyi. Ia tinggal di sana beberapa lama sebelum akhirnya kembali dan menetap di Madinah. Saat kembali, kaum muslimin telah menyelesaikan rencana mereka membebaskan Khaibar.

Pemuda itu selalu menyertai Nabi SAW dalam perjuangan Islam sampai Beliau wafat. Sebelum wafat, Khalid diangkat menjadi gubernur di Yaman. Saat kekhalifahan diserahkan kepada Abu Bakar, Khalid meninggalkan Yaman dan kembali ke Madinah.

Pada awal kekhalifahan Abu Bakar, Khalid tidaklah begitu setuju. Ia lebih menyukai seandainya kaum muslim dipimpin oleh keturunan Hasyim seperti Abbas atau Ali bin Abi Thalib. Namun, khalifah Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ia tidak memusuhinya atau membenci Khalid yang belum mau membaiat dirinya sebagai khalifah.

Sampai pada suatu ketika, setelah pemikiran dan pertimbangan yang penuh kearifan, Khalid bin Said berubah. Ia mendukung Abu Bakar sepenuhnya. Pada suatu hari ia menerobos dan melewati barisan-barisan di masjid menuju Abu Bakar yang tengah berada di atas mimbar. Khalid pun tak segan membaiat Abu Bakar sebagai pemimipin muslim kala itu.

Tidak Gila Pangkat

Abu Bakar memberangkatkan pasukan ke Suriah dan menyerahkan kepemimpinan pasukan kepada Khalid bin Said bin Ash. Namun, Umar bin Khattab menentang keputusan ini. Akhirnya Abu  Bakar mengubah keputusan ini dan mengangkat Syurahbil bin Hasanah.

Kabar pergantian ini didengar oleh Khalid bin Said.  Abu Bakar lalu mendatangi kediamannya untuk menyampaikan permohonan maaf. Khalid berkata, “Demi Allah, tidaklah kami bergembira dengan pengangkatan anda, dan tidak pula berduka dengan pemberhentian anda.”

Abu Bakar lalu menanyakan Khalid pada pasukan mana ia akan bergabung. Apakah ia akan bergabung dengan pasukan dari anak pamannya, Amar bin Ash, ataukah dengan pasukan pimpinan Syurahbil. Khalid bin Said bin Ash memilih untuk tetap bersama pasukan Syurahbil sambil berkata dengan bijak, “Anak pamanku lebih kusukai karena ia kerabatku, tetapi Syurahbil lebih kucintai karena agamanya.”

Gugur di Suriah

Sebelum pasukan muslim menuju Suriah, Abu Bakar berpesan kepada Syurahbil.

“Perhatikanlah Khalid bin Said, berikanlah apa yang menjadi haknya atas anda, sebagaimana anda ingin mendapatkan apa yang menjadi hak anda daripadanya, yakni seandainya anda di tempatnya dan ia di tempat anda.

Tentu anda tahu kedudukannya dalam Islam dan tentu anda tidak lupa bahwa sewaktu Rasulullah wafat, ia adalah salah seorang dari gubernurnya, dan sebenarnya aku pun telah mengangkatnya sebagai panglima, tetapi kemudian aku berubah pendirian. 

Dan semoga itulah yang lebih baik baginya  dalam agamanya, karena sungguh aku tak pernah iri hati kepada seseorang dengan kepemimpinan. Dan sesungguhnya aku telah memberi kebebasan kepadanya untuk memilih di antara pemimpin-pemimpin pasukan siapa yang disukainya untuk menjadi atasannya, maka ia lebih menyukai anda daripada anak pamannya sendiri.

Maka apabila anda menghadapi suatu persoalan yang membutuhkan nasehat dan buah pikiran yang taqwa, pertama-tama hendaklah anda hubungi Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu Muadz bin Jalal dan hendaklah Khalid bin Said sebagai orang ketiga. Dengan demikian pastilah anda akan beroleh nasihat dan kebaikan. Dan jauhilah mementingkan pendapat sendiri dengan mengabaikan mereka atau menyembunyikan sesuatu dari mereka.”

Maka berperanglah Khalid bin Said di perang Marjus Shufar di daerah Suriah. Pasukan muslim kala itu harus menghadapi pasukan Romawi yang begitu besar. Inilah jalan hidupnya. Jalan hidup seorang syuhada, seorang yang taat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam semenjak pertama Islam didakwahkan. Seorang yang taat kepada Khalifah penerusnya, dan taat kepada pemimpin pasukannya. Khalid bin Said bin Ash gugur sebagai syuhada.

Salam untukmu Khalid bin Said bin Ash. Salam untukmu para syuhada.


Akhir Hayat Gubernur yang Dzalim


Pada suatu masa di Irak, hiduplah seorang penguasa yang suka menindas, Al Hajjaj ibn Yusuf.  Al Hajjaj adalah seorang penguasa yang sangat kuat. Ia seorang gubernur sewenang-wenang sehingga  para penguasa dari Bani Umayyah yang lain tak berani mengambil tindakan apapun terhadapnya.

Ibn Al Atsir dalam buku sejarahnya Al Kamil menulis, jumlah orang yang dibunuh oleh Al Hajjaj mencapai 120 ribu orang, belum termasuk 80 ribu orang yang mati dipenjarakan. Ia adalah seorang penguasa yang memaksakan kehendak supaya pemerintahan dan masyarakat seluruhnya tunduk pada kekuasaan daulah Umayyah. Sama sekali tak diperkenankan ada pertanyaan, masukan, nasihat apalagi kritik dari pihak oposisi.

Korban keganasan gubernur ini adalah seorang yang bernama Abdullah ibn Zubair radiyallahu anhuma, atau lebih dikenal dengan panggilan Said ibn Zubair. Ia adalah ulama, seorang murid kesayangan Ibnu Abbas rahiyallahu anhuma, seorang sahabat di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Said ibn Zubair inilah yang menutup kezhaliman Al Hajjaj.

Said ibn Zubair menjelang akhir hayatnya ditangkap oleh Al Hajjaj. Ia ditanya oleh sang gubernur, “Siapa namamu?”

Said menjawab, “Said ibn Zubair.” (Orang bahagia anak orang jaya)

“Tidak!” kata Al Hajjaj. “Namamu Saqi ibn Kusair” (Orang celaka anak orang hancur)

Mendengar itu Said berkata “Ibuku lebih tahu siapa namaku!”

Al Hajjaj bertanya lagi, kali ini mengenai Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassallam dan Khulafaur Rasyidin. Ia berharap Said menjelek-jelekkan Ali bin Abu Thalib. Tapi, bagi Said, mereka semua adalah mulia.

Kemudian Al Hajjaj bertanya, “Siapa khalifah Bani Umayyah yang terbaik?” Said menjawab, “Yang paling diridhoi Rabbnya.”

“Siapa itu?” Tanya Al Hajjaj penasaran. Said menjawab, “Ilmu tentang itu di sisi Allah!”

“Kalau tentang aku?” Al Hajjaj masih penasaran. “Kau lebih tahu tentang dirimu!” demikian jawab Said.

Aku ingin tahu pendapatmu!”, desak Al Hajjaj. “Itu akan menyedihkanmu dan mengusir kegembiraanmu”, tukas Sa’id. “Katakan!”, Al Hajjaj jadi geram.

“Kau telah menyelisihi Kitabullah. Kau lakukan hal yang kauharap berwibawa karenanya, tapi ia menghinakan dan  menjatuhkanmu ke neraka!” Jawab Said.

“Demi Allah aku akan membunuhmu!”, kata Al Hajjaj. Said berkata, “Dengan itu kauhancurkan duniaku dan kuhancurkan akhiratmu.”

“Dengan cara apa kau mau dibunuh?” Al Hajjaj bertanya pongah. Said hanya menjawab, “Pilihlah untukmu; dengan cara yang sama kelak Allah membalasmu!”

“Apa kau mau kuampuni?”, tanya Al Hajjaj. Said menjawab, “Sesungguhnya ampunan hanya dari Allah; kau tak punya dan tak berhak atasnya!”

Al Hajjaj yang berang atas jawaban Said memanggil tentaranya, “Prajurit! Siapkan pedang dan  alas!”

Said tersenyum. Al Hajjaj memperhatikan raut muka Said dan bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa?”

“Aku takjub atas kelancanganmu kepada Allah dan santun-lembutnya Allah padamu,” jawab Said.

“Prajurit, penggal dia!”, teriak Al Hajjaj.

Said menghadap kiblat lalu membaca Al Quran {QS6:79}: “Kuhadapkan wajahku pada Yang Mencipta langit & bumi.”

“Palingkan dia!” perintah Al Hajjaj.

Sa’id pun lalu membaca {QS2:115}: “Ke manapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah.”

“Telungkupkan dia ke tanah!” teriak Al Hajjaj.

Maka Said membaca {QS20:55}: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu.”

“Sembelih dia!” perintah Al Hajjaj. “Sungguh tak ada orang yang lebih kuat hafalan Qurannya dari dia!”

Maka Said berdoa terakhir kali,  “Ya Allah; jangan kuasakan dia atas seorangpun sesudah diriku!”

Lalu Said ibn Zubair dibunuh.

Lima belas hari kemudian, Al Hajjaj mulai demam. Sakit itu mengantarnya pada kematian. Dia terlelap sesaat lalu bangun berulang kali dalam ketakutan. “Said ibn Zubair mencekikku!”

Punggawanya mengadu pada Hasan Al Bashri, memohonnya mendoakan sang majikan. Al Hasan berkata, "Sudah kukatakan padanya, jangan mendzhalimi para 'Ulama!"

Jelang sakaratul maut, doa-harapnya menakjubkan; “Ya Allah, orang-orang mengira Kau takkan mengampuniku. Sungguh buruk persangkaan mereka padaMu!”

Al Hajjaj mati setelah 40 hari.  ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz dan  Hasan Al Bashri sujud syukur berulang kali. Umar dan beberapa ‘Alim lain bermimpi Al Hajjaj dibunuh Allah sebanyak pembunuhan yang dia lakukan, kecuali satu, pembunuhan atas Said ibn Jubair.  Allah membalasnya 70 kali.

Allahu’alam

Alhamdulillah
Ditulis ulang dari status Salim A Fillah