Tidak layak bagi seseorang yang mengaku dirinya mencintai Allah dan RasulNya membenci para sahabat Rasulullah SAW. Orang-orang yang paling awal masuk Islam itu adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari diri mereka sendiri. Limpahan rahmat Allah semoga dicurahkan kepada mereka, salah satunya Abdullah Ibnu Rawahah.
Seorang panglima perang, syuhada, penyair dan pemberi semangat yang ulung. Itulah Abdullah Ibnu Rawahah.
Abdullah Ibnu Rawahah termasuk kaum Anshar yang pertama-tama
masuk Islam pada Baiat Aqabah. Beliau adalah orang yang banyak usaha dan
kegitannya dalam membela Islam setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ia juga yang
mengawasi sepak terjang Abdullah bin Ubay, pemimpin golongan munafik.
Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di
lingkungan pandai baca tulis. Ia seorang penyair yang lancar. Suatu hari saat
sedang duduk-duduk, Nabi SAW bertanya padanya, “Apa yang Anda lakukan bila
hendak mengucapkan syair?”
Jawabnya kepada Nabi SAW, “Kurenungkan dulu, kemudian ku ucapkan.” Lalu
teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa tangguh:
“Wahai putra Hasyim yang baik, sungguh Allah telah
melebihkanmu dari seluruh manusia, dan memberimu keutamaan, dimana orang tak
usah iri, dan sungguh aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu,
suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya Anda
bertanya dan meminta pertolongan mereka dalam memecahkan persoalan, tiadalah
mereka hendak menjawab atau membela. Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan
ajaran yang Anda bawa sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan
kepada Musa.”
Mendengar itu, Rasulullah SAW gembira dan ridho padanya dan
berkata, “Dan engkau pun akan diteguhkan Allah.”
Sewaktu Rasullullah sedang tawaf di Mekah pada umrah qadla,
Ibnu Rawahah berada di muka beliau seraya membaca syair:
“Oh Rabb, kalaulah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah
kami akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedekah dan sholat. Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan
diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesungguhnya orang-orang
yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah akan kami tolak dan
kami tentang.”
Ibnu Rawahah sempat berduka saat turun ayat:
“Dan para penyair banyak pengikut mereka adalah orang-orang
yang sesat”. QS Asy Syuara 224
Namun, ia menjadi lega, saat Allah meneruskan firmanNya:
“Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan beramal saleh
dan banyak ingat kepada Allah dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya”. QS
asy Syuara 227.
Ibnu Rawahah juga dikenang sebagai orang yang suka berpuasa. Dari Abu Darda ra katanya:
"Kami pergi beserta Nabi SAW dalam sebagian di antara beberapa perjalanan
beliau, pada suatu hari yang sangat panas, sehingga ada orang yang meletakkan
tangannya di atas kepala karena sangat panasnya, dan tidak ada di antara kami
yang puasa selain Nabi SAW dan Ibnu Rawahah." HR Bukhari
Pejuang Perang dan Motivator Ulung
Ibnu Rawahah adalah salah seorang pejuang yang turun ke
berbagai perang melawan kaum kafir di pertempuran Badar, Uhud, Khandak,
Hudaibiah dan Khaibar. Kalau Indonesia punya Bung Tomo, umat Islam dahulu sudah
punya Abdullah Ibnu Rawahah. Ia adalah seorang motivator ulung.
"Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi
engkau pasti akan mati juga!"
Ia meneriakkan semangat tempurnya:
“Menyingkir kalian anak-anak kafir dari jalanNya! Menyingkir
kamu, setiap kebaikan akan ditemui pada RasulNya!”
Syahid di Perang Muktah
Sebelum berperang
Muktah di negeri Syam, Ibnu Rawahah melantunkan syairnya:
“Yang kuminta kepada Allah Yang Maha Rahman
Keampunan dan kemenangan di medan perang
Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan
Bertekuk luturnya angkatan perang setan
Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan
Mati syahid di medan perang”
Abdullah bin Rawahah adalah panglima ketiga dalam pasukan
Islam. Pasukan muslim melihat jumlah pasukan Romawi pimpinan Heraklius kala itu
sekitar dua ratus ribu orang seperti tak habis-habis. Seseorang dari pasukan
muslim ketakutan dan berkata, “Baiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah
memberi tahu jumlah musuh yang besar. Mungkin kita bisa mendapat bantuan
tambahan pasukan.”
Ibnu Rawahah langsung berdiri dan berteriak:
“Kawan-kawan sekalian! Demi Allah, sesungguhnya kita
berperang melawan musuh-musuh kita bukan dalam bilangan, kekuatan atau
banyaknya jumlah! Kita tidak memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan
agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah! Ayolah kita
maju, salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenangan atau syahid di
jalan Allah!”
Pasukan muslimin langsung tersengat semangatnya. Mereka maju
menghadapi pasukan kafir yang jumlah berlipat-lipat. Sampai akhirnya kedua pasukan bertemu dan
pecahlah peperangan.
Pemimpin pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid,
disusul Jafar bin Abi Thalib.Melihat keduanya syahid, Ibnu Rawahah berkata:
“Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga
Tetapi kulihat, engkau menolak surga…
Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini
Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah kesatria sejati…!”
Ibnu Rawahah pun menyerbu pasukan Romawi menjemput takdirnya
sebagai syahid berikutnya. Pedangnya tak berhenti menebas, sampai tubuhnya tak
sanggup lagi menahan tebasan pedang
kepadanya. Allah telah mengangkatnya sebagai syuhada.
Prajurit muslim yang melewati jenazahnya berkata, “Wahai prajurit
perang yang dipimpin Allah, dan benar ia telah terpimpin. Benar Engkau ya Ibnu
Rawahah! Anda adalah prajurit yang telah dipimpin oleh Allah!”
Saat terjadi perang Muktah, Rasulullah SAW di Madinah
langsung terdiam diliputi berita yang dirahmatkan Allah pada Beliau. Mata Nabi
SAW berkaca-kaca. Beliau berkata pada
sahabatnya, “Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur
bersamanya hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Jafar dan ia
bertempur pula bersamanya sampai syahid pula…”
Nabi SAW diam sebentar, “Kemudian panji itu dipegang oleh
Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu sampai akhirnya ia pun
syahid pula.”
Rasulullah SAW terdiam lalu wajahnya berubah cerah, “Mereka
bertiga diangkatkan ke tempatku ke surga…”
Salam atasmu Ibnu Rawahah, salam atasmu Para Syuhada.
Alhamdulillah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW2: Mush'ab bin Umair
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 4: Hamzah bin Abdul Mutthalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 4: Hamzah bin Abdul Mutthalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 5: Thalhah bin Ubaidillah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 6: Salman Al Farisi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 7:Zubair bin Awwam
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 8: Abu Dzar Al Ghifari
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 9: Hudzaifah ibnul Yaman
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 10: Miqdad Bin Amr
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 11: Bilal bin Rabah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 12: Zaid bin Haritsah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 13: Khubaib bin Adi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 14: Abbas bin Abdul Muttalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 15: Abdullah bin Umar
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 16: Jafar bin Abi Thalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 6: Salman Al Farisi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 7:Zubair bin Awwam
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 8: Abu Dzar Al Ghifari
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 9: Hudzaifah ibnul Yaman
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 10: Miqdad Bin Amr
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 11: Bilal bin Rabah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 12: Zaid bin Haritsah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 13: Khubaib bin Adi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 14: Abbas bin Abdul Muttalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 15: Abdullah bin Umar
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 16: Jafar bin Abi Thalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 18: Ammar bin Yasir
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 19: Abu Hurairah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 20: Utbah bin Ghazwan
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 21: Saad bin Abi Waqqash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 22: Khalid bin Said bin Ash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 24: Abdullah bin Amr bin Haram
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 19: Abu Hurairah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 20: Utbah bin Ghazwan
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 21: Saad bin Abi Waqqash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 22: Khalid bin Said bin Ash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 24: Abdullah bin Amr bin Haram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar