10 Manfaat Menahan Lapar

Shaum menahan lapar. Tidak hanya shaum, sebagian manusia hidup dengan sederhana dan sehari-harinya terbiasa dengan makanan secukupnya dan menahan lapar. Rasulullah SAW mencontohkan kehidupan seorang mukmin dengan sedikit makan, sedikit tertawa dan ridho dengan kesederhanaan pakaiana. Apa manfaatnya menahan lapar bagi kita?

Satu, menahan lapar menyucikan hati, menerangi naluri dan menajamkan kecerdasan. Sesungguhnya rasa kenyang itu mewariskan kebodohan, membutakan hati dan memperbanyak uap air di dalam otak serta tak ubahnya mabuk yang menutupi sumber-sumber pemikiran sehingga hati kesulitan menjalankan fungsi dalam berpikir dan memahami segala sesuatu dengan cepat.

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kamu tidak banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” HR Tirmidzi dan Ibn Majah

Lukman berkata pada anaknya, “Hai anakku, jika perut kenyang, akal akan tertidur, kebijaksanaan akan membeku, dan anggota badan menjadi enggan melaksanakan ibadah.”

Kedua, melunakkan dan menjernihkan hati yang menjadikannya siap merasakan kebahagiaan bermunajat kepada Allah dan mendapat faedah dari mengingatNya. Abu Sulaiman berkata, ketika lapar dan haus, ia menjadi jernih dan lunak, tetapi ketika kenyang ia menjadi buta dan keras.

Ketiga, tumbuhnya rasa malu, sikap rendah hati dan hilangnya rasa cinta terhadap kemegahan, kegembiraan dan pola hidup bersenang-senang, yang menjadi sumber sikap melampaui batas dan lalai terhadap Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak, bahkan aku ingin berpuasa satu hari, dan berbuka satu hari. Maka jika aku lapar, aku bersabar dan seandainya aku kenyang, aku akan bersyukur.” HR Ibn Hanbal dan Tirmidzi.

Keempat, bahwa orang yang menjadi tidak lupa terhadap cobaan maupun azab Allah dan tidak menelantarkan orang-orang yang tertimpa musibah. Melalui rasa hausnya, ia akan mengingat rasa haus yang dirasakan oleh manusia di padang Masyar dan melalui rasa laparnya ia akan mengingat rasa lapar diderita pada penghuni neraka.  Sesungguhnya sebaik-baik cobaan yang harus dialami adalah rasa lapar.

Kelima, menaklukkan nafsu berbuat maksiat dan mengalahkan jiwa yang selalu memerintahkan pada kejahatan. Pangkal perbuatan maksiat adalah nafsu dan tenaga yang bersumber dari makanan.
Aisyah ra berkata, bidah pertama yang akan terjadi setelah Rasulullah SAW wafat adalah rasa kenyang. Sesungguhnya jika suatu kaum makan hingga perut mereka kenyang, nidcaya nafsu mereka akan menenggelamkan mereka ke dalam kesenangan duniawi.

Keenam, mencegah rasa ingin tidur dan membiasakan tidak tidur di malam hari. Orang yang perutnya kenyangan akan minum banyak dan orang yang banyak minum tidurnya akan banyak pula. Usia adalah permata paling berharga dan menjadi modal bagi seorang hamba dalam berniaga, tidur laksana kematian. Banyak tidur berarti menghabiskan umur.

Ketujuh, mempermudah ketekunan dalam menjalankan ibadah. Seseorang memerlukan waktu untuk makan, dan tentu saja membutuhkan waktu untuk membeli dan memasaknya. Belum lagi kalau sering makan, perlu waktu untuk mencuci tangan, membersihkan gigi dan sering ke kamar kecil karena banyak minum. Orang yang banyak makan, lebih sulit mempertahankan wudhunya untuk beritikaf di masjid.

Abu Sulaiman Al Darani mengemukakan enam macam perkara yang diakibatkan rasa kenyang. Hilangnya rasa manis bermunajat kepada Allah SWT, terhalangnya daya ingat terhadap hikmah Ilahi, kurang menaruh belas kasihan kepada orang lain, enggan beribadah menguatnya hawa nafsu dan lebih sering mengellilingi tempat membuang hajat daripda berada di masjid.

Kedelapan, banyak makan mengurangi kesehatan dan penyakit tubuh. Faktor utama penyebab penyakit adalah banyaknya makanan yang masuk dalam tubuh. Penyakit akan menghalangi pelaksanaan ibadah. Belum lagi diperlukan uang untuk berobat jika sakit. Obat utama yang tidak mengandung efek samping adalah, tidak makan kecuali telah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Perut dibagi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas.

Kesembilan, sedikit makan meringankan biaya hidup. Sahl ra berkata, orang rakus dicela dalam tiga perkara, jika dia termasuk ahli ibadah dia akan menjadi malas, jika seorang pengusaha akan selalu didera oleh kerugian, dan jika punya penghasilan sendiri dia tidak akan menyerahkan hak Allah. Mereka yang biasa hidup dan makan sederhana disebutkan Allah, “Orang yang tidak dibuat lalai oleh perniagaan duniawi dari mengingat Allah.” QS Nur 37

Kesepuluh, tumbuhnya kebiasaan mendahulukan kepentingan orang lain dan bersedekah kepada anak-anak yatim, miskin dan yang membutuhkan. Firmah Allah dalam surat Al Ahzab 72:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Salah satu amanat yang dipikul manusia dalam ayat tadi termasuk menyedekahkan kelebihan makanan kepada kaum miskin agar orang itu dapat menabung pahala. Al Hasan, seorang sholeh generasi muslim abad kedua, pernah berkata,” Demi Allah, dulu aku pernah mengenal orang-orang yang melewati malam dengan makanan ang cukup jika mereka ingin memakan semuanya. Tetapi salah seorang di antara mereka berkata, demi Allah aku tidak akan memasukkan semua ini ke dalam perutku sebelum aku menyerahkan sebagiannya kepada Allah.”

Demikian. Disarikan dari buku Imam Al Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa.
Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan