Manusia yang mengikuti hawa nafsunya diperumpakan Allah SWT selayaknya hewan. Mereka tak layak ditaati apalagi dijadikan pemimpin. Itu lantaran hawa nafsu telah menjadi berhala tak berwujud yang menempati hatinya. Selanjutnya dalam membebaskan diri dari hawa nafsu.
21.Allah menyerupakan orang-orang yang mengikut hawa nafsu
dengan hewan yang paling buruk, baik rupa maupun pengertiannya. Terkadang Allah
menyerupakan mereka dengan anjing, seperti dalam Al Quran:
“Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu
menghalaunya, dia mengulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya juga.” QS Al A’raf 176
Perumpamaan orang ini dalam Al Quran juga disamakan seperti
kera atau babi.
22.Pengikut hawa nafsu tidak layak ditaati, tidak patut
menjadi pemimpin, dan ikutan. Sesungguhnya Allah menghindarkannya dari
kepemimpinan darinya dan melarang ketaatan kepadanya. Tentang penghindarannya,
Allah berfirman kepada kekasihNya, Ibrahim:
“Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia.” Ibrahim berkata, “Dan keturunanku.” Allah berfirman, “Janjiku tidak
mengenai orang yang zalim.” QS Al Baqarah 124.
Artinya, janjiKu untuk mendapatkan kepemimpinan tidak berlaku
bagi orang-orang yang zalim. Setiap orang yang mengikuti hawa nafsunya adalah
orang yang zalim.
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya
tanpa ilmu pengetahuan.” QS Ar Rum29
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan.” QS Al Kahfi 28
23.Allah menempatkan orang yang mengikuti hawa nafsunya sama
dengan kedudukan orang yang menyembah berhala.
“Terangkanlah padaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai sesembahannya.” QS Al Furqon 43
24.Nafsu adalah dinding pagar yang mengitari jahanam. Barangsiapa
terseret ke dalam nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka. Dalam
Ash-Shahilain, Rasulullah SAW bersabda:
“Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan
neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.”
Riwayat At-Tirmidzy hadist hasan shahih, dari Abu Hurairah
ra, dia memarfukannya:
“Tatkala Allah menciptakan surga. Dia menciptakan Jibril
seraya berfirman: “Periksalah surga itu dan apa yang telah Ku persiapkan untuk
penghuninya di sana!” Maka Jibril datang dan memeriksanya dan apa yang telah
dipersiapkan Allah bagi penghuninya di
sana. Lalu dia kembali menemui Allah dan berkata, “Demi kemuliaanMu, tak
seorang pun di antara hamba-hambaMu, yang mendengarkannya melainkan ingin
memasukinya.” Lalu Allah memerintahkan
hingga surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai, lalu berfirman
lagi, “Kembalilah ke sana dan periksalah!” Maka Jibril kembali ke surga dan
ternyata surga itu telah dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai. Jibril
berkata, “Demi kemuliaanMu saya menjadi khawatir tidak akan ada seorang pun
yang memasukinya.” Allah berfirman, “Pergilah ke neraka, periksalah neraka itu
dan apa yang telah kupersiapkan bagi penghuninya di sana!” Maka Jibril datang
dan memeriksanay serta apa yang dipersiapkan Allah bagi penghuninya di sana.
Ternyata sebagian neraka itu menunggangi sebagian yang lain. Lalu Jibril
berkata, “Demi kemuliaanMu, seorang pun tidak mendengar neraka itu lalu ingin
memasukinya.” Lalu Allah memerintahkan kepada neraka itu hingga ia dikelilingi
dengan berbagai nafsu. Maka Jibril kembali menemui Allah dan berkata, “demi
kemuliaanMu, saya khawatir tak seorang bisa selamat dari neraka itu.”
25.Orang yang mengikuti hawa nafsu dikkhawatirkan akan lepas
dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Telah disebutkan dari Nabi SAW
sabdanya:
“Seseorang di antara kalian tidak beriman sehingga
keinginannya mengikuti apa yang kubawa.”
“Ketakutan yang paling kutakutkan atas kalian adalah godaan
dalam perut dan kemaluan kalian serta kesesatan hawa nafsu.”
26.Mengikuti hawa nafsu termasuk tindakan yang merusak. Nabi
SAW bersabda:
“Ada tiga perkara yang menyelamatkan dan ada tiga perkara
yang merusakkan. Tiga perkara yang menyelamatkan adalah takwa kepada Allah di
saat terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, bersikap adil tatkala marah dan
ridho, keserderhanaan di saat miskin dan kaya. Tiga perkara yang merusakkan
adalah kekikiran yang diikuti, hawa nafsu yang diikuti dan ketaajuban seseorang
kepada dirinya sendiri.”
27.Menentang hawa nafsu menghasilkan kekuatan tubuh, hati
dan lidah manusia. Di antara orang-orang salaf ada yang berkata, “Orang yang
mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orangyang mampu menaklukkan
sebuah kota sendirian.” Di dalam sebuah hadist shahih secara marfu, disebutkan:
“Orang yang kuat itu bukan karena dengan bergulat, tetapi
orang yang kuat ialah yang dapat menguasai dirinya tatkala sedang marah.”
(Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Selagi seseorang membiasakan dirinya untuk menentang hawa
nafsunya, berarti dia menambah kekuatan di atas kekuatan yang sudah ada.
28.Orang yang paling ksatria adalah yang paling keras dalam
menentang hawa nafsunya. Mu’awiyah pernah berkata, “Sifat ksatria adalah
meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu berarti
mengurangi sifat ksatria.”
29.Tidak ada satu hari pun yang berlalu melainkan nafsu dan
akal saling bergelut pada diri orang yang bersangkutan. Mana yang dapat
mengalahkan rivalnya, maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abud Darda
berkata, “Jika pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya
mengikuti nafsunya maka hari yang dilaluinya itu adalah hari yang baik.”
30.Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan dan mengikuti
nafsu sebagai dua hal yang berdampingan, dan menjadikan kebenaran dan menentang
nafsu sebagai dua hal yang berdampingan.
Nasihat para salaf mengatakan, “Jika ada masalah yang rumit engkau
pecahkan. Engkau tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih
dekat dengan nafsumu, karena yang lebih dekat dengan kesalahan ialah yang
mengikuti hawa nafsu.”
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar