Musuh terbesar bagi seorang adalah setan dan hawa nafsunya. Sedangkan rekan yang paling dipercaya adalah akalnya dan kekuasannya yang memberikan nasihat kepadanya. Nafsu merupakan budak di hati, belenggu di leher dan tali di kaki. Orang yang mengikuti nafsu menjadi tawanan dari penguasa yang buruk, dan siapa yang menentang nafsu bisa bebas dari perbudakan dan menjadi orang merdeka, Bagian akhir 50 cara membebaskan diri dari hawa nafsu.
41.Menentang nafsu bisa melenyapkan penyakit dari hati dan
badan, sedangkan mengikuti nafsu bisa mendatangkan penyakit hati dan badan.
Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika engkau menyelidiki
berbagai penyakit badan, tentu engkau akan mendapatkan bahwa mayoritasnya
berasal dari mementingkan nafsu ketimbang meninggalkannya.
42.Dasar permusuhan, kejahatan dan kedengkian yang muncul di
kalangan manusia ialah karena mengikuti nafsu. Siapa yang menentang nafsunya,
berarti dia membuat hati dan badannya menjadi tentram dan sehat.
Abu Bakar Al Warraq berkata, “Jika nafsu yang menang, maka
hati menjadi gelap. Jika hati menjadi maka dada terasa sesak. Jika dada menjadi
sesak, maka akhlak menjadi buruk. Jika akhlak menjadi buruk,m maka dia membenci
orang lain dan orang lain pun membencinya. Maka perhatikanlah apa yang
diakibatkan nafsu, seperti kebencian, kejahatan permusuhan, mengabaikan hak
orang lain dsb.
43.Allah menciptakan nafsu dan akal di dalam diri manusia.
Mana yang menang di antara keduanya, maka yang lain akan menyingkir,
sebagaimana yang dikatakan Abu Ali Ats Tsaqfy, “Barangsiapa nafsunya lebih
dominan, maka akalnya akan menyingkir. Lihatlah akibat orang yang akalnya
dikalahkan rivalnya.”
Ali bin Sahl berkata, “Akal dan nafsu saling bermusuhan.
Taufik merupakan kesudahan akal dan penyesalan merupakan kesudahan nafsu. Jiwa
berada di antara keduanya. Mana yang tampil sebagai pemenang maka jiwa akan
mengikutinya.”
44.Allah menjadikan hati sebagai raja bagi anggota badan,
tambang pengetahuan, cinta dan ibadahnya, lalu Dia mengujinya dengan dua
kekuasaan, dua pasukan dan dua pendukung. Kebenaran, zuhud dan petunjuk
merupakan satu kekuasaan. Pendukungnya para malaikat, pasukannya kejujuran,
ikhlas dan menjauhi nafsu. Sedangkan kebatilan merupakan kekuasaan satunya
lagi. Para pendukungnya adalah setan, pasukannya adalah mengikuti hawa nafsu.
Sementara jiwa berada di antara dua pasukan ini. Pasukan kebatilan tidak
berarti maju mendekati hati kecuali melewati jiwa.
45.Musuh terbesar bagi seorang adalah setan dan hawa
nafsunya. Sedangkan rekan yang paling dipercaya adalah akalnya dan kekuasannya
yang memberikan nasihat kepadanya. Jika dia mengikuti nafsunya, maka tangannya
diserahkan kepada musuhnya, lalu dia ditawan. Inilah yang disebut bencana,
penderitaan, ketetapan yang buruk dan kemenangan musuh.
46.Setiap manusia mempunyai permulaan dan kesudahan.
Barangsiapa permulaannya ditandai dengan mengikuti hawa nafsu, maka
kesudahannya adalah kehinaan, kemerosotan dan bencana, tergantung seberapa jauh
dia mengikuti nafsunya. Bahkan puncak kesudahannya adalah siksaan yang dia
rasakan di dalam hatinya. Dikatakan dalam sebuah syair:
“Siksaan karena penyimpangan di masa muda disusul dengan
siksaan di masa tua.”
Andaikata engkau memperhatikan setiap keadaan yang buruk,
tentu engkau akan mendapatkan bahwa permulaannya ialah karena mengikuti hawa
nafsu dan mementingkannya daripada mementingkan akalnay. Barangsiapa yang
permulaannya menentang nafsu, dan menataati petunjuk yang lurus, maka
kesudahannya adalah kemuliaan dan kehormatan di sisi Allah serta manusia.
Abu Ali Ad Daqqaq berkata, “Barangsiapa dapat menguasai
syahwat pada masa mudanya, niscaya Allah akan memuliakannya di masa tuanya.”
Al Muhallab bin Abu Shafrah pernah ditanya, “Dengan cara apa
engkau bisa mendapatkan apa yang telah engkau dapatkan?” Dia menjawab, “Dengan menuruti hasrat namun menentang nafsu.
Ini mencakup permulaan dan kesudahan di dunia. Sedangkan di akhirat, maka Allah
menjadikan surga sebagai kesudahan orang yang menentang nafsunya, dan neraka
sebagai kesudahan orang yang mengikuti nafsunya.”
47.Nafsu merupakan budak di hati, belenggu di leher dan tali
di kaki. Orang yang mengikuti nafsu menjadi tawanan dari penguasa yang buruk, dan
siapa yang menentang nafsu bisa bebas dari perbudakan dan menjadi orang
merdeka, melepaskan belenggu dan leher dari kaki. Dikatakan dalam sebuah syair:
“Orang yang mengikuti syahwat adalah hamba sahaya namun
jikasyahwat ditaklukkan dia menjadi raja.”
48.Menentang nafsu bisa menempatkan hamba pada suatu
kedudukan yang jika dia memohon kepada Allah pasti akan dikabulkan sehingga Dia
memenuhi segala kebutuhannya sekian kali lipat dari nafsu yang ditinggalkannya.
Dia itu bisa diibaratkan orang yang tidak menyukai kotoran hewan, lalu diganti
dengan mutiara. Orang yang mengikuti nafsunya akan kehilangan sekian banyak
kemaslahatan di dunia dan akhirat serta kehidupan yang tentram, sama sekali
tidak sebanding dengan nafsu yang diperolehnya. Perhatikan bagaimana kebebasan
tangan, lidah dan jiwa Yusuf alaihissalam setelah keluar dari penjara, karena
beliau menahan dirinya dari hal yang diharamkan.
Abdurahman bin Mahdy berkata, “Saya bermimpi bertemu Sufyan
Ats Tsaury, lalu bertanya padanya, “Apa yang dilakukan Allah terhadap dirimu?”
Dia menjawab, “Tidak ada yang Dia perbuat melainkan aku
hanya merasa diletakkan di dalam liang kuburku barang sejenak. Lalu tiba-tiba
aku sudah berada di hadapan Allah. Dia menghisabku dengan hisab yang mudah,
kemudian memerintahkan aku masuk surga. Tatkala aku sedang berkeliling di
antara pepohonan dan sungai-sungainya, yang saat itu tidak terdengar satu
gerakan pun, tiba-tiba aku mendengar perkataan, “Sufyan Ats Tsaury?” Saya menjawab, “Benar, Sufyan Ats Tsaury.”
“Apakah kamu
masih ingat bahwa pada suatu hari kamu lebih mementingkan Allah daripada
mementingkan nafsumu?” “Begitulah,”jawabku. Tiba-tiba ada hidangan makanan
ringan yang disodorkan kepadaku dari segala arah.
Abdurrazzaq berkata, “Abu Jafar mengirim utusan tatkala
pergi ke Mekkah dengan mengatakan, “Jika kalian bisa menangkap Sufyan, maka
saliblah dia.”
Maka para utusan Abu Jafar memancangkan papan untuk menyalib
dan mereka pun mencarinya yang ternyata sedang bersembunyi di rumah Al Fudhail.
Rekan-rekan Abu Jafar berkata kepadanya, “Bertaqwalah kepada Allah dan
janganlah memancing permusuhan dengan kami.”
Sufyan memasang kain penutup, lalu berkata, “Sekarang aku
bebas jika Abu Jafar benar-benar memasuki Mekkah.” Ternyata Abu Jafar meninggal
sebelum tiba di Mekkah.
49.Menentang nafsu pasti mendatangkan kemuliaan di dunia dan
kemuliaan di akhirat. Keperkasaan lahir batin. Sedangkan mengikuti nafsu akan menghinakan manusia di dunia dan di
akhirat lahir dan batin . Jika Allah sudah mengumpulkan manusia di satu tempat
maka ada penyeru yang berseru,
“Pada hari ini agar diketahui orang-orang yang
mulia di antara orang kebanyakan. Hendaklah orang-orang yang bertaqwa berdiri.
Maka mereka berdiri di tempat yang mulia. Sedangkan orang-orang yang mengikuti
hawa nafsu hanya bisa tertunduk diam di tempat yang panas dan menyiksa.
Orang-orang yang bertaqwa itu berada di bawah lingkungan Arsy-Nya.
50.Jika engkau memperhatikan tujuh golongan orang-orang yang
mendapat perlindungan Arsy Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindunganNya,
maka engkau akan mendapatkan bahwa mereka mendapatkan perlindungan itu karena
menentang nafsunya. Pemimpin yang memegang tumpuk kekuasaan tidak akan mungkin
bisa berbuat adil kecuali dengan menentang nafsunya. Orang yang hatinya
bergantung di masjid-masjid, bisa mengerti itu karena dia menentang nafsu yang
hendak menyeretnya kepada berbagai macam kenikmatan.
Orang yang mengeluarkan sadaqah dengan menyembunyikannya,
andaikata dia tidak menentang nafsunya tentu tidak akan mampu berbuat seperti
itu. Orang yang diajak wanita dan
terpandang, lalu dia takut kepada Allah dalam keadaan sendirian, hingga kedua
matanya meneteskan air mata karena takut kepadaNya, tidak akan mampu berbuat
seperti kecuali dia menentang nafsunya. Mereka ini tidak mengenal panas,
siksaan dan kesulitan pada hari kiamat, berbeda dengan orang-orang yang
mengikuti nafsunya. Setelah semua itu mereka masih menunggu untuk dimasukkan ke
dalam penjara nafsu.
Allah lah yang layak dimintai agar melindungi kita dari
nafsu yang menyuruh kepada bisikan kejahatan dan menjadikan nafsu (kehendak)
kami mengikuti apa yang diridhaiNya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Selesai
Sumber: Buku "Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu" karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar