Kisah Sahabat Rasulullah SAW 39: Salamah bin Al-Akwa


"Ayahku tak pernah berdusta," kata Iyas menggambarkan pribadi ayahnya. Iyas adalah putra dari Salamah bin Al Akwa. Bagi seorang sholeh,  orang yang tak pernah berdusta cukup menggambarkan sifat-sifat mulia pada dirinya.

Salamah bin Al Akwa adalah salah satu dari orang-orang Bai'atur Ridwan.  Ini adalah peristiwa bai'at yang dilakukan para sahabat Rasulullah ﷺ di bawah naungan sebuah pohon pada tahun 6 Hijriah.  Kala itu Rasulullah ﷺ bermaksud kembali ke Mekah hendak berziarah dengan damai ke Kabah. Beliau ﷺ mengutus Ustman bin Affan untuk menyampaikan kehendak kaum muslimin kepada pemuka Quraisy.  Namun,  tersiar kabar bahwa Ustman bin Affan telah mereka bunuh.  Maka Rasulullah ﷺ meminta para sahabat dan kaum muslim kala itu untuk tetap bersamanya dan berbai'at kepada Beliau.

Salamah pun ikut berjanji setia kepada Rasulullah ﷺ pada peristiwa itu.  Salamah bercerita:

"Aku mengangkat bai'at kepada Rasulullah di bawah pohon dengan pernyataan menyerahkan jiwa raga ku untuk Islam,  lalu aku mundur dari tempat itu. Tatkala mereka tidak berapa banyak lagi,  Rasulullah bertanya,  "Hai Salamah,  mengapa engkau tidak ikut bai'at?"
"Aku telah bai'at ya Rasulullah, " ujarku.
"Ulanglah kembali, " perintah Nabi ﷺ.
Maka kuucapkanlah bai'at itu kembali."

Salamah selalu membuktikan janjinya.  Ia selalu setia bersama agama yang dianutnya,  berjuang bersama-sama.  "Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak sembilan kali."

Salamah adalah seorang pejuang yang tangguh,  kuat dalam berjalan kaki.  Ia mahir memanah dan melempar tombak serta lembing. Ia layaknya seorang gerilya.  Jika musuh menyerang,  ia akan sedikit mundur.  Namun,  saat lawan beristirahat,  diserangnya tanpa ampun.

Hanya seorang diri ia pernah mampu melakukan siasat ini.  Bahkan seorang diri ia mampu menghalau pasukan kafir yang akan menyerang dari luar kota Madinah yang kala itu dipimpin oleh Uyainah bin Hishan al Fizari dalam perang Dzi Qarad.

Salamah membuntuti mereka seorang diri lalu menghalau mereka agar lebih lama masuk ke Madinah,  sebelum akhirnya bala bantuan Rasulullah ﷺ  datang dan menghalau lawan bersama-sama.

Kepada para sahabat,  karena kemampuan Salamah itu,  Rasulullahﷺ berkata,  "Tokoh pasukan jalan kaki kita yang terbaik ialah Salamah bin Al Akwa."

Sungai Surga

Salamah tak pernah menyesal apalagi kesal berperang di jalan Allah.  Kecuali rasa kecewa saat saudaranya bernama Amir bin Al Akwa tewas di perang Khaibar.

Saat perang,  Amir mengucapkan kata-kata: "Kalau tidak karena-Mu,  tidaklah kami akan dapat hidayah.  Tidak akan sholat dan tidak pula berzakat.  Maka turunkanlah ketetapan ke dalam hati kami dan dalam berperang nanti,  teguhkanlah kaki-kaki kami."

Lalu saat berperang itu,  Amir akan memukulkan pedangnya kepada salah seorang tentara musyrik.  Tiba-tiba pedang yang dipegangnya itu meleset sehingga berbalik dan mengenai kepalanya sendiri.  Pedang itu menghujam ubun-ubunnya sehingga menyebabkan kematiannya.

Beberapa orang Islam yang menyaksikan kala itu berkata,  "Kasihan Amir,  ia terhalang mendapatkan mati syahid."

Salamah sangat kecewa mendengar perkataan itu.  Ia sangat tidak rela jika saudaranya itu dikatakan tidak mati syahid lantaran dianggap mati bunuh diri.

Maka Salamah mendatangi Rasulullah ﷺ dan menanyakan perihal saudaranya. "Wahai Rasulullah,  betulkah pahala Amir telah gugur?"

Rasulullah ﷺ menjawab,  "Ia gugur sebagai pejuang,  bahkan mendapat dua macam pahala.  Dan sekarang ia sedang berenang di sungai-sungai surga."

Demikian salah satu kisah seorang Salamah bin Al Akwa.  Ia juga seorang yang sangat dermawan.  Ada kalanya orang mengetahui kedermawanannya dan memenuhi permintaan mereka kepada Salamah atas nama Allah.  "Ku pinta pada anda atas nama Allah... " ungkap mereka. Maka,  Salamah akan memenuhinya. "Jika bukan atas nama Allah,  atas nama siapa lagi kita akan memberi?"

Kembali ke Madinah

Kala Ustman bin Affan dibunuh orang,  saat itu fitnah mulai melanda kaum muslim,  Salamah memilih untuk tidak berada dalam pusaran konflik. Ia yang selama ini telah banyak berjuang,  berperang di jalan Allah,  tak ingin berperang melawan saudara sesama muslim.

Maka,  dipilihlah Rabdzah,  sebuah daerah baginya untuk meninggalkan Madinah sementara waktu saat fitnah tengah berkobar. Ia mengemasi barang-barangnya dan pergi ke sana.  Rabdzah adalah juga tempat bagi Abu Dzar untuk mengasingkan diri dari permusuhan sesama muslim setelah terbunuhnya khalifah.

Salamah menghabiskan sisa hidupnya di Rabdzah,  beramal ibadah kepada Allah.  Sampai suatu hari di tahun 74 Hijriah,  ia merasa rindu untuk kembali ke Madinah. Maka,  pergilah ia kembali ke Madinah.  Setelah sehari,  dua hari,  tiga hari Salamah tinggal di Madinah,  Allah subhanahu wa ta'ala memanggilnya.  Demikianlah kerinduannya itu kepada Madinah sebagaimana kerinduannya menghadap Sang Khalik.  Ia kembali ke tanah suci untuk menghadap Rabb,  di tanah yang sama saat ia pernah berkumpul bersama sahabat-sahabat  Rasulullah ﷺ yang mulia.

Salam untukmu Salamah bin Al Akwa,  semoga Ridho Allah atasmu.

Alhamdulillah
Kisah Sahabat lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan