Kisah Sahabat Rasulullah SAW 36: Utsman bin Mazh'un





Utsman Bin Mazh'un merupakan sahabat yang pertama-tama masuk Islam yakni kala masih disebarkan secara diam-diam. Ia adalah orang yang keempat belas masuk Islam, berhijrah ke Madinah dan yang pertama meninggal disana.

Saat awal masa keislaman, Utsman juga turut merasakan siksaan yang diterima dari kaum Quraisy. Sampai suatu hari Rasulullah ﷺ memerintahkan sebagian muslim kala itu untuk berhijrah ke Habsyi.

Utsman bin Mazh'un pun turut berhijrah ke Habsyi bersama putranya, Saib. Kaum Nasrani di Habsyi telah lama menjalankan peribadatan mereka. mereka memiliki gereja, rahib, pendeta dan patung-patung untuk disembah. Namun, sama sekali hal tersebut tak mengganggu keimanan kaum muslimin di sana.

Kaum muslimin di Habsyi selalu menanti-nantikan kapan kembali ke kampung halaman. Namun, Utsman bin Mazh'un masih belum bisa melupakan rencana jahat sepupunya, Umayah bin Khalaf.

Adakalanya ia menghibur dirinya dengan bersyair berisi sindiran dan peringatan tentang saudaranya itu:

"Kamu melengkapi panah dengan bulu-bulunya.
Kamu runcingi ia setajam-tajamnya
Kamu perangi orang-orang yang suci lagi mulia.
Kamu cela orang-orang yang berwibawa.
Ingatlah nanti saat bahaya datang menimpa.
Perbuatanmu akan mendapat balasan dari rakyat jelata."

Demikian keteguhan sebagian kaum muslimin yang kala itu berhijrah ke Habsyi. Tetap berpegang kokoh kepada Al Quran.

Menghadapi Orang Quraisy

Suatu hari tiba kabar berita bahwa orang Quraisy telah masuk agama Islam. Kaum muslim yang berhijrah pun bersiap kembali ke Mekah. Namun ternyata berita tersebut tidaklah benar.

Kaum muslimin yang hampir tiba di Mekah tak mungkin berbalik arah. Sementara itu, kaum Quraisy mengetahui bahwa kaum muslim dari Habsyi telah tiba. Mereka menanti waktunya untuk menghabisi beberapa orang muslim sasarannya, termasuk Utsman bin Mazh'un.

Untunglah kala itu Utsman bin Mazh'un mendapat perlindungan dari seorang Quraisy bernama Walid bin Mughirah sehingga dirinya aman. Namun, siksaan dan penderitaan kaum muslimin lain yang posisinya lemah semakin menjadi-jadi.

Hal ini tentu membuat hati Utsman bin Mazh'un bergejolak. Ia tak kuasa menyaksikan saudara seimannya menderita sedangkan dirinya sendiri aman terlindungi.

Seorang yang menyaksikan kejadian kala itu menceritakan:

"Ketika Utsman bin Mazh'un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para sahabat Rasulullah sementara ia sendiri pulang pergi dengan aman disebabkan perlindungan Walid bin Mughirah."

Utsman bin Mazh'un berkata, "Demi Allah, sesungguhnya mondar-mandirku dalam keadaan aman disebabkan perlindungan seorang tokoh golongan musyrik, sedang teman-teman sejawat dan kawan-kawan seagama menderita adzab dan siksa yang tidak kualami, merupakan suatu kerugian besar bagiku ."

Lalu Utsman bin Mazh'un pergi mendapatkan Walid bin Mughirah, katanya: "Wahai Abu Abdi Syams, cukuplah sudah perlindungan anda dan sekarang ini saya melepaskan diri dari perlindungan anda."

"Kenapa ya keponakanku?" tanya Walid. "Apakah ada anak buahku yang mengganggumu?"

"Tidak, hanya saya ingin berlindung kepada Allah dan tak suka lagi kepada selain-Nya. Karenanya pergilah anda ke masjid serta umumkanlah maksudku ini secara terbuka seperti anda dahulu mengumumkan perlindungan terhadap diriku," jawab Utsman.

Pergilah Utsman dan Walid ke masjid. Ada beberapa orang Quraisy berkumpul di sana. Walid berkata, "Utsman ini datang untuk mengembalikan kepadaku jaminan perlindungan terhadap dirinya."

Utsman berkata, "Betul apa yang dikatakannya itu. Ternyata ia seorang yang memegang Teguh janjinya. Hanya keinginan saya agar tidak lagi mencari perlindungan kecuali kepada Allah Ta'ala."

Setelah itu Utsman bin Mazh'un ingin berlalu. Tapi seorang dari mereka, Lubaid bin Rabi'ah berkata dalam sebuah syair sambil melagukannya.

Kata Lubaid, "Ingatlah bahwa apa juga yang terdapat di bawah kolong ini selain daripada Allah adalah hampa."

"Benar ucapan anda itu," kata Utsman.

Lubaid lalu berkata lagi, "Dan semua kesenangan (dunia), tiada dapat lenyap dan sirna."

"Itu dusta! " teriak Utsman bin Mazh'un. "Karena kesenangan surga takkan lenyap! " kata Utsman.

Lubaid lalu berkata kepada orang-orang Quraisy, "Demi Allah, tak pernah aku sebagai teman duduk kalian disakiti orang selama ini. Bagaimana sikap kalian kalau ini terjadi?"

Salah seorang dari orang Quraisy menjawab, "Si tolol ini telah meninggalkan agama kita. Jadi tidak usah digubris apa yang diucapkannya."

Utsman bin Mazh'un membalas ucapan itu sehingga terjadi pertengkaran. Orang itu tiba-tiba bangkit dan meninju Utsman sehingga mengenai matanya.

Walid bin Mughirah masih berada di tempat itu dan menyaksikan keponakannya dipukul. Ia berkata, "Wahai keponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa maka sungguh benteng perlindunganmu amat tangguh."

Utsman bin Mazh'un berkata, "Tidak, bahkan mataku yang sehat inipun amat membutuhkan pula pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah! Dan sungguh wahai Abu Abdi Syams, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu."

"Ayolah Utsman, jika kamu ingin, kembalilah masuk ke dalam perlindunganku, " kata Walid.

"Terimakasih," kata Utsman bin Mazh'un menolak tawarannya kemudian meninggalkan tempat itu dengan luka di matanya.

Saat di perjalanan Utsman bin Mazh'un melantunkan sebuah syair:

"Andaikata dalam mencapai ridha Ilahi
Mataku ditinju tangan jahil orang mulhidi
Maka Yang Maha Rahman telah menyediakan imbalannya
Karena siapa yang diridhai-Nya pasti berbahagia
Hai unat, walau menurut katamu daku ini sesat
Daku kan tetap dalam agama Rasul, Muhannad
Dan tujuanku tiada lain hanyalah Allah dan agama yang haq
Walaupun lawan berbuat aniaya dan semena-mena."

Utsman bin Mazh'un telah mantap dengan pilihannya, walaupun ia tahu siksaan dan deraan telah menantinya di depan mata.

"Demi Allah, sesungguhnya sebelah mataku yang sehat ini amat membutuhkan pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah. Dan sungguh, saat ini aku berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu."

Turut Hijrah ke Madinah

Tak kurang gangguan dan cercaan diterima Utsman bin Mazh'un dari kaum Quraisy, seperti dari Abu Lahab, Umayah, Utbah atau oleh orang Quraisy lainnya. Sulit baginya tidur nyenyak di malam hari atau bergerak bebas di siang hari.

Maka kala waktunya berhijrah ke Madinah, Utsman bin Mazh'un pun turut pula. Sesampai di Madinah, Utsman hidup penuh dengan kesederhanaan.

Suatu hari Utsman bin Mazh'un datang ke masjid dengan pakaian usang yang telah sobek-sobek dan ditambalnya dengan kulit unta. Kala itu Rasulullah ﷺ tengah duduk bersama beberapa sahabat. Memandang Utsman bin Mazh'un, Rasulullah ﷺ kemudian bersabda:

"Bagaimana pendapat kalian, bila kalian punya pakaian satu setel untuk pakaian pagi hari dan sore hari diganti dengan setelan lainnya, kemudian disiapkan di depan kalian suatu perangkat wadah makanan sebagai ganti perangkat lainnya yang telah diangkat, serta kalian dapat menutupi rumah-rumah kediaman kalian sebagaimana Kabah bertutup?"

"Kami ingin hal itu dapat terjadi wahai Rasulullah," ujar mereka, "sehingga kita dapat mengalami hidup Makmur dan bahagia."

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya hal itu telah terjadi. Keadaan kalian sekarang ini lebih baik dari keadaan kalian waktu lalu."

Mendengar itu, Utsman bin Mazh'un lebih bersahaja. Bahkan saking dirinya menghindari dunia demi urusan ibadah, Utsman pernah ditegur oleh Rasulullah ﷺ.

Abu Ishaq ra pernah meriwayatkan bahwa istri Utsman bin Mazh'un bertamu kepada istri-istri Rasulullah ﷺ. Mereka melihat istri itu berpenampilan buruk. Karena itu, mereka berkata kepadanya, "Mengapa keadaanmu seperti ini? Tiada yang paling kaya di kalangan kaum Quraisy kecuali suamimu."

"Kami tidak memperoleh apa-apa dari dia, sebab malam hari digunakannya untuk sholat, sedangkan siang harinya digunakan untuk berpuasa."

Tiba-tiba Nabi ﷺ datang lalu mereka menceritakan keadaan istri Utsman kepada Beliau.

Beliau pergi menemui Utsman dan berkata, "Hai Utsman bin Mazh'un, apakah aku bukan merupakan teladan bagimu?"

"Sungguh aku ingin melakukan ibadah sepanjang waktu, " timpal Utsman.

"Jangan berbuat begitu, sebab kedua matamu, tubuhmu dan keluargamu memiliki hak yang wajib kamu tunaikan. Oleh karena itu, sholat dan tidurlah, berpuasa dan berbukalah."

Setelah itu istri Utsman menemui istri-istri Nabi ﷺ dengan tubuh semerbak bagaikan pengantin. Mereka berkata, "Wah! "

Dia berkata, "Kami juga mendapatkan apa yang didapatkan orang lain."

Peristiwa ini juga berkaitan dengan turunnya larangan dari Allah ﷻ dalam Al Quran surat Al Maidah 87, perihal selibat, hidup tanpa menikah seperti yang dilakukan kaum Nasrani.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحَرِّمُوْا طَيِّبٰتِ مَاۤ اَحَلَّ اللّٰهُ لَـكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."


Orang Muhajirin yang Pertama Meninggal di Madinah

Utsman bin Mazh'un meninggal karena sakit di Madinah. Ia amat disayangi oleh Rasulullah ﷺ. Saat ruhnya suci sebagai orang Muhajirin di kota Madinah yang pertama telah diambil Sang Maha Kuasa, Beliau ﷺ berada di sisinya, mencium keningnya dengan kesedihan dan air mata yang membasahi pipi.

Dalam duka Rasulullah ﷺ bersabda:

"Semoga Allah ﷻ memberimu Rahmat, wahai Abu Saib. Kamu pergi meninggalkan dunia, tak satu keuntungan pun yang kamu peroleh daripadanya serta tak satu kerugian pun yang dideritanya daripadamu."

Sepeninggal sahabatnya, Nabi ﷺ tak pernah melupakan Utsman bin Mazh'un. Selalu ingat dan memujinya. Bahkan saat melepas kepergian Rukayah saat nyawa putrinya itu akan diambil, Beliau ﷺ berkata, "Pergilah, susul pendahulu kita yang pilihan, Utsman bin Mazh'un! "

Salam untukmu Utsman bin Mazh'un. Semoga Allah ﷻ merahmatimu.

Alhamdulillah
Kisah lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan