Nafsu adalah fitrah yang diberikan Allah SWT pada manusia. Ia menjadi jalan mencari kebahagiaan jika kita mampu mengendalikannya. Sebaliknya menjadi petaka jika tak mampu menguasainya. Jika ada yang bertanya, bagaimanakah cara membebaskan diri
dari nafsu, padahal nafsu itu harus terjadi ada dirinya? Jawabannya dengan
pertolongan dan taufik Allah. Inilah cara untuk membebaskannya:
1.Harus ada hasrat sehingga dia merasa cemburu terhadap diri
sendiri dan hawa nafsunya.
2.Harus memiliki seteguk kesabaran dalam menghadapi
kepahitan yang dirasakan saat itu.
3.Kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya untuk meminum seteguk
kesabaran tu, sebab semua bentuk keberanian merupakan kesabaran sekalipun hanya
sesaat, dan sebaik-baik hidup adalah jika seseorang mengetahui hidup itu dengan
kesabarannya.
4.Mempertimbangkan kelanjutan yang baik dan kesembuhan yang
terjadi di kemudian hari.
5.Mempertimbangkan penderitaan yang semakin menjadi-jadi
sebagai akibat dari menuruti kenikmatan hawa nafsu.
6.Mementingkan kedudukannya di sisi Allah dan di hati
hambaNya. Ini jauh lebih baik dan lebih bermanfaat daripada mendapatkan
kenikmatan karena menuruti hawa nafsu.
7.Lebih mementingkan kehormatan diri dan kelezatannya
daripada kenikmatan kedurhakaan.
8.Kebanggaan dapat menundukkan dan menaklukkan musuhnya
Allah suka jika hambaNya berani menghadapi musuhnya, sebagaimana firmanNya:
“Dan mereka tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan
amarah orang-orang kafir dan tidak menimpakan suatu bencara kepada musuh
melainkan dituliskan bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal sholeh.”
QS At Taubah 120
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah niscaya mereka
mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak.” QS An
Nissa 100
Di antara tanda cinta yang tulus adalah melibas musuh Allah
dan mengalahkannya.
9.Harus berpikir bahwa dia diciptakan bukan untuk
kepentingan nafsu, tetapi untuk suatu urusan yang besar, yang tidak bisa
dicapai kecuali dengan menentang nafsunya.
10.Tidak bolehh memilih bagi dirinya bahwa hewan lebih baik
keadaannya daripada dirinya. Dengan tabiatnya hewan saja bisa membedakan mana
yang membahayakan dan mana yang bermanfaat bagi dirinya, lalu dia mementingkan
mana yang bermanfaat dan meninggalkan mana yang membahayakan. Manusia diberi
akal untuk masalah ini. Jika dia tidak bisa membedakan mana yang bermanfaat dan
mana yang berbahaya bagi dirinya, atau dia mengetahui tapi justru dia memilih
yang berbahaya bagi dirinya, berarti keadaan hewan lebih baik dari keadaan
dirinya.
Sebagai bukti, hewan bisa menikmati makan, minum dan
bersetubuh, yang tidak bisa dinikmati manusia tanpa ada pikiran dan hasrat,
sekalipun dia hidup tenang. Pada hewan, sekalipun akan disembelih dan diikat
lehernya, nafsu syahwat binatangnya tak surut. Manusia tidaklah demikian, memiliki
akal, jika dengan sadar bahwa dirinya akan segera mati, tentu manusia segera
kehilangan hasrat syahwatnya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar