Kisah Sahabat Rasulullah SAW 24: Abdullah bin Amr bin Haram



Salah seorang dari 70 kaum Anshar yang bersumpah setia pada Baiatul Aqabah II adalah Abdullah bin Amr bin Haram, biasa disebut juga Abu Jabir bin Abdullah. Ia dipilih oleh Rasulullah ﷺ sebagai wakil Bani Salamah.

Semenjak menjadi Islam di hari baiat itu, ia kembali ke Madinah lalu mendedikasikan seluruh hidup demi agama yang baru dipeluknya.

Abdullah bin Amr bin Haram turut serta perang Badar, demikian pula perang Uhud. Sebelum pergi ke perang Uhud ia memanggil dan bercakap dengan putranya, Jabir bin Abdullah.

"Ayahanda merasa yakin akan gugur dalam peperangan ini, bahkan syahid yang pertama di antara kaum muslimin. Demi Allah, ayahanda tak akan rela mencintai seorang pun selain Rasulullah lebih besar dari ananda. Selain itu sebetulnya ayahanda ini mempunyai utang, maka bayarkanlah oleh ananda dan pesankanlah kepada saudara ananda agar mereka berbuat baik."

Demikianlah cita-cita Abdullah bin Amr bin Haram, mati syahid di jalan Allah. Pagi sekali saat kaum muslim berjalan ke medan pertempuran Uhud, ia ada di sana. 

Saat perang terjadi, kaum muslimin terpisah. Sebagian  turun dari bukit karena tidak menuruti perintah Rasulullah ﷺ. Saat itulah pasukan kafir muncul dan menyerang dari arah belakang. Rasulullah ﷺ semakin tersudut dan menaiki bukit. Disanalah Abdullah bin Amr bin Haram berada, mempertahankan serangan yang muncul tiba-tiba.

Ia mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki, namun serangan musuh yang begitu besar dan bertubi-tubi telah mengoyak raganya. Pertempuran dahsyat yang banyak menggugurkan pasukan muslim.

Abdullah bertempur dengan gagah berani, dan itulah pertempuran terakhirnya. Ia gugur sebagai syuhada, seperti apa yang dicita-citakannya. 

Saat perang usai, kaum muslim berjalan mengelilingi daerah pertempuran, ditemukanlah jenazahnya yang penuh luka. 

Jabir yang mendapati jenazah ayahnya tak kuasa menahan air mata. Kala itu lewatlah Rasulullah ﷺ dan bersabda, "Kau tangisi atau tidak, para malaikat akan tetap menaunginya dengan sayap-sayapnya."

Jabir dan keluarganya hendak menguburkan Abdullah bin Amr di Madinah. Mereka menaikkan jenazah para syuhada ke atas onta. Namun, kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk dikuburkan di lokasi terjadinya pertempuran.

Demikianlah sehingga saat ini kita masih bisa menjadi saksi dimana para syuhada  itu dikebumikan dan mengambil pelajaran dari bukit Uhud.

Jenazah syuhada dikuburkan satu persatu. Tatkala tiba giliran pemakaman Abdullah bin Amr bin Haram, Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menguburkannya satu liang dengan sahabatnya, Amr ibnul Jamuh. "Selagi di dunia mereka adalah dua orang sahabat yang setia dan bersayang-sayangan."

Kabar Tentang Para Syuhada

Suatu hari setelah Abdullah bin Amr bin Haram wafat, Rasulullah ﷺ bercerita kepada putranya, Jabir bin Abdullah. "Hai Jabir, tidak seorang pun yang dibawa berbicara oleh Allah, kecuali dari balik tabir. Tetapi Allah telah berbicara secara langsung dengan bapakmu."

Rasulullah ﷺ kemudian bersabda,  sebagaimana termuat dalam hadist Qudsi, 

"Firman-Nya kepadanya: "Hai hamba-Ku,  mintalah kepada-Ku pasti Kuberi!" Maka ujarnya, "Ya Rabbi,  kumohon kepadaMu agar aku dikembalikan ke dunia,  agar aku dapat mati syahid sekali lagi." Firman Allah padanya,  "Telah terdahulu ketentuan daripadaKu,  bahwa mereka tidak akan dikembalikan lagi." "Kalau begitu oh Rabbi,  mohon sampaikan kepada orang-orang di belakangku nikmat karunia yang Engkau limpahkan kepada kami.""

Setelah itu,  Allah Subhanahu wa taala menurunkan ayat:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا  ؕ  بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
فَرِحِيْنَ بِمَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۙ  وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ ۙ  اَ لَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ 

"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki, mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
(QS. Ali 'Imran 169-170)

Salam untukmu Abdullah bin Amr bin Haram.  Salam untukmu para syuhada. 

Alhamdulillah

Kisah sahabat yang lain...
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 7:Zubair bin Awwam
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 8: Abu Dzar Al Ghifari
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 9: Hudzaifah ibnul Yaman
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 10: Miqdad Bin Amr
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 11: Bilal bin Rabah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 12: Zaid bin Haritsah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 13: Khubaib bin Adi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 14: Abbas bin Abdul Muttalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 15: Abdullah bin Umar
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 16: Jafar bin Abi Thalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 17: Khalid bin Walid
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 18: Ammar bin Yasir
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 19: Abu Hurairah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 20: Utbah bin Ghazwan
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 21: Saad bin Abi Waqqash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 22: Khalid bin Said bin Ash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 23: Ubadah bin Shamit
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 24: Abdullah bin Amr bin Haram


Mereka yang Menukar Kenikmatan Dunia dengan Akhirat



Mencatat ulang Surat Asy-Syura ayat 36-39. Allah Subhanahu as Taala berfirman dalam Al Quran bahwa kesenangan dunia adalah sementara dan kenikmatan akhirat kekal adanya. Namun,  kenikmatan akhirat tersebut hanya didapat oleh orang-orang tertentu seperti yang dicirikan pada ayat-ayat berikut.

QS Asy-Syura 42:36-39
Bismillahi Rahmaani Rahiim

فَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ  مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ  وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى  لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
"Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal... "

Bagi orang-orang:

1. Orang yang beriman.

لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
"...bagi orang-orang yang beriman... "

2. Orang yang tawakal hanya kepada Allah

وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
"dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal," (QS 42:36)

3. Orang yang menjauhi dosa dan perbuatan keji.

وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ  كَبٰٓئِرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ
"dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji... "

4. Pemberi maaf.

َ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ

"... dan apabila mereka marah segera memberi maaf," (QS 42:37)

5. Orang yang memenuhi seruan Allah.

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمَْ
"dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb mereka... "

6. Orang yang sholat.

وَاَقَامُوْا الصَّلٰوةَ ۖ
"...dan melaksanakan sholat... "

7. Orang yang suka bermusyawarah.

وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْ ۖ
"...sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka... "

8. Orang yang berinfak

وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"...dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (QS 42:38)

9. Orang yang membela dirinya.

وَالَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَابَهُمُ  الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُوْنَ
"dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri." (QS 42:39)

Shodaqollahul'adziim

Demikian Allah sebutkan dalam Al Quran.  Semoga kita bisa menjadikannya pedoman dan semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang berhak mendapatkan kenikmatan yang kekal di akhirat kelak.  Aamiin.

Alhamdulillah


Kisah Sahabat Rasulullah SAW 23: Ubadah bin Shamit


Suatu Kali Rasulullah ﷺ pernah bersabda mengenai kaum Anshar. 

"Sekiranya orang-orang Anshar menuruni lembah atau celah bukit pasti aku akan mendatangi lembah dan celah bukit orang Anshar...  dan kalau bukanlah karena hijrah tentulah aku akan menjadi salah seorang warga Anshar. "

Salah seorang tokoh Anshar yang pertama masuk Islam adalah Ubadah bin Shamit,  sebagai pemimpin mereka dan utusan yang mewakili keluarga serta kaum kerabat mereka. 

Ubadah termasuk kaum Anshar yang pertama berbaiat masuk Islam,  yaitu Baitul Aqobah pertama, sebagai salah seorang dari 12 orang yang menyatakan kesetiaan kepada Islam dan Rasulullah ﷺ. Sedangkan pada Baitul Aqobah kedua,  terdiri dari 70 orang, Ubadah telah menjadi utusan dan wakil kaum Anshar. 

Setelah itu,  Ubadah tak pernah absen dari perjuangan kaum muslim.  Segala hidup,  keringat dan airmatanya ditumpahkan hanya demi Islam. 

Keluarga Ubadah sendiri pada awalnya memiliki perjanjian dengan kaum yahudi suku Qainuqa di Madinah. Awalnya mereka menerima kedatangan Islam. 

Sampai tiba masanya perang Badar. Kaum Yahudi Madinah mulai memperlihatkan sikap asli mereka. Mereka memunculkan fitnah dan keributan untuk mengacaukan kaum muslimin. 

Tak perlu lama bagi Ubadah untuk memperlihatkan sikapnya. Ia segera membatalkan perjanjian dengan kaum Yahudi. 

"Saya hanya akan mengikuti pimpinan Allah,  Rasul-Nya dan orang-orang beriman." Demikian ungkapnya. 

Allah memuji sikap Ubadah sehingga turunlah ayat Al Quran surat Al Maidah 56.

وَمَنْ يَّتَوَلَّ اللّٰهَ وَ رَسُوْلَهٗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَاِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْغٰلِبُوْنَ
"Dan barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya serta orang-orang beriman sebagai pemimpin,  maka sungguh kelompok Allahlah yang beroleh kemenangan."

Kata-kata  حزب  disini bisa juga berarti partai atau golongan. Benderanya adalah kebenaran dan petunjuk,  yaitu kelompok yang terdiri dari Rasulullah ﷺ dan orang-orang beriman. 

Maka jika teringat kata-kata hizballah sebagaimana ayat ini, akan terkenanglah pada Ubadah bin Shamit yang ketegasan sikapnya pernah dipuji Allah Subhanahu wa taala. 

Ubadah bin Shamit juga menjadi contoh bagaimana seorang muslim bersikap terhadap silaunya jabatan dan harta. 

Sumpah Ubadah

Suatu hari  Rasulullah ﷺ menjelaskan perihal tugas dan tanggung jawab ssorang amir atau wali. Hati Ubadah bergetar. Ia terbayang betapa beratnya tugas yang dipikul seorang pejabat. 

Ubadah membuat janji pada dirinya sendiri. Ia bersumpah kepada Allah tidak akan menjadi kepala walau hanya atas dua orang sekalipun. 

Ubadah tak pernah melanggar sumpahnya itu, bahkan sampai pada masa kepemimpinan Umar bin  Khattab radhiyallahu'anhu. Ia hanya mau menjadi utusan sebagai wali ilmu,  mengajarkan Islam dan pengetahuan. 

Ubadah akhirnya bersedia menjadi pengajar ilmu dan Islam.  Ia berangkat ke Suriah bersama Mu'adz bin Jaball dan Abu Darda. Ubadah juga pernah ke Palestina beberapa waktu sambil terus melaksanakan tugasnya. 

Tidak Sejalan dengan Muawiyah

Walaupun raganya berada di Suriah, hati Ubadah tertinggal di Palestina.  Ada kalanya Ubadah kurang menyukai kepemimpinan Muawiyah yang terkesan pecinta dunia dan haus kekuasaan.  Apalagi jika teringat betapa beratnya tugas kepemimpinan yang diemban Umar bin Khattab. Sangat jauh perbandingannya antara tindak tanduk Amirul Mukminin dengan Muawiyah. 

Ubadah pernah datang ke Palestina. Suatu kalj  ia berucap, "Kami telah berbaiat kepada Rasulullah ﷺ, tidak takut akan ancaman siapapun dalam menaati Allah."

Sikap Ubadah terhadap Muawiyah ini sempat terdengar sampai ke Madinah. Terhadap gaya kepemimpinan Muawiyah,  Ubadah berucap kepada putra Abu Sofyan itu, "Demi Allah,  saya tak hendak tinggal sekediaman denganmu untuk selama-lamanya! " Ubadah lalu meninggalkan Palestine dan kembali ke Madinah. 

Namun, Khalifah Umar bin Khattab adalah seorang yang memiliki kebijaksanaan.  Amirul mukminin tak ingin pada suatu daerah Islam dipimpin oleh mereka yang hanya mengejar jabatan,  tanpa diawasi oleh mereka yang sholeh dan zuhud. 

Saat di Madinah,  dilihatnya Ubadah.  Lalu Umar bin Khattab berkata kepadanya,  "Apa yang menyebabkan engkau kesini wahai Ubadah?" Ubadah pun menceritakan perihalnya dengan Muawiyah. 

Mendengar penuturan Ubadah,  Khalifah Umar berkata, "Kembalilah segera ke tempat Anda. Amat jelek sekali jadjnya suatu negeri yang tidak punya orang seperti Anda."

Selain kepada Ubadah, Umar bin Khattab juga menulis surat kepada Muawiyah.  Isinya: "Tak ada wewenangmu sebagai amir terhadap Ubadah."

Ubadah akhirnya kembali ke Palestina.  Ia tinggal disana sampai ajal menjemputnya. Pada tahun ke 34 hijriah, ia wafat di Ramla Palestina. Seorang Anshar yang setia telah pergi. 

Salam untukmu Ubadah bin Shamit. Semoga Allah meridhoimu. 

Alhamdulillah

Kisah sahabat yang lain...
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 7:Zubair bin Awwam
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 8: Abu Dzar Al Ghifari
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 9: Hudzaifah ibnul Yaman
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 10: Miqdad Bin Amr
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 11: Bilal bin Rabah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 12: Zaid bin Haritsah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 13: Khubaib bin Adi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 14: Abbas bin Abdul Muttalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 15: Abdullah bin Umar
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 16: Jafar bin Abi Thalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 17: Khalid bin Walid
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 18: Ammar bin Yasir
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 19: Abu Hurairah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 20: Utbah bin Ghazwan
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 21: Saad bin Abi Waqqash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 22: Khalid bin Said bin Ash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 24: Abdullah bin Amr bin Haram

Masalah Bau Keledai



Salah satu perilaku terpuji dari Rasulullah ﷺ adalah menjaga perdamaian. Beliau ﷺ yang digelari al amin selalu menjaga hubungan baik antara semua orang atau kelompok, tidak memanas-manasi suatu pertentangan dan mencarikan jalan keluar. 

Perilaku menjaga perdamaian ini sepertinya semakin sulit didapatkan saat ini, saat banyak orang seringkali merasa lebih benar atau lebih baik dari orang atau kelompok lain.

Bismillahi Rahmaani Rahiim

وَاِنْ طَآئِفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا ۚ  
"Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya..." Qs Al Hujurat 49:9
Shodaqollahul'adziim

Pada riwayat Bukhari disebutkan sebuah kisah dari Anas radhiyallahu'anhu tentang ulah seorang munafik, Abdullah bin Ubay yang mengatai keledai Rasulullah ﷺ bau.

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ، قَالَ سَمِعْتُ أَبِي أَنَّ أَنَسًا ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قِيلَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم لَوْ أَتَيْتَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أُبَىٍّ‏.‏ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَرَكِبَ حِمَارًا، فَانْطَلَقَ الْمُسْلِمُونَ يَمْشُونَ مَعَهُ، وَهْىَ أَرْضٌ سَبِخَةٌ، فَلَمَّا أَتَاهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ إِلَيْكَ عَنِّي، وَاللَّهِ لَقَدْ آذَانِي نَتْنُ حِمَارِكَ‏.‏ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْهُمْ وَاللَّهِ لَحِمَارُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَطْيَبُ رِيحًا مِنْكَ‏.‏ فَغَضِبَ لِعَبْدِ اللَّهِ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ فَشَتَمَا، فَغَضِبَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا أَصْحَابُهُ، فَكَانَ بَيْنَهُمَا ضَرْبٌ بِالْجَرِيدِ وَالأَيْدِي وَالنِّعَالِ، فَبَلَغَنَا أَنَّهَا أُنْزِلَتْ ‏{‏وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا‏}‏‏.‏

Dari Anas radhiyallahu'anhu pernah berkata bahwa pernah dikatakan kepada nabi ﷺ "Sebaiknya engkau datang kepada Abdullah ibnu Ubay ibnu Salut (pemimpin kaum munafik)." Maka Rasulullah ﷺ berangkat menuju ke tempatnya dan menaiki keledainya, sedangkan orang-orang muslim berjalan kaki mengiringinya. Jalan yang mereka tempuh adalah tanah yang terjal. 
Setelah Nabi ﷺ sampai di tempatnya, maka ia (Abdullah ibnu Ubay) berkata, "Menjauhlah kamu dariku. Demi Allah, bau keledaimu menggangguku." 
Maka seorang lelaki dari kalangan Ansar berkata, "Demi Allah, sesungguhnya bau keledai Rasulullah ﷺ lebih harum ketimbang baumu."
Maka sebagian kaum Abdullah ibnu Ubay marah, membela pemimpin mereka; masing-masing dari kedua belah pihak mempunyai pendukungnya. Kemudian tersebutlah di antara mereka terjadi perkelahian dengan memakai pelepah kurma, pukulan tangan, dan terompah. 
Maka diturunkanlah ayat berikut berkenaan dengan mereka, yaitu firman Allah Subhana was taala:  "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya." (Al-Hujurat: 9)

Demikianlah Allah Subhanahu wa taala memerintahkan secara langsung kepada Rasulullah ﷺ agar mengedepankan perdamaian terhadap suatu pertikaian, bahkan saat pertikaian itu dimulai dari seorang munafik.

Surat Al Hujurat ayat 9 ini  masih panjang yang memuat ketentuan dan syarat-syarat perdamaian antara golongan yang bertikai sebagai panduan kita seorang muslim. 

 Ayat selengkapnya:

وَاِنْ طَآئِفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا ۚ  فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰٮهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْٓءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ  ۚ  فَاِنْ فَآءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا   ؕ  اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
"Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." QS 49:9

Alhandulillah

Asmaul Husna: Al Halim



Al Halim - Maha Penyantun

 وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun."
QS. Al-Baqarah 2:235

Tidak semua dosa dihukum Allah,  bahkan dosa kecil diampuni dan Allah menunda penghukuman terhadap dosa besar.  Kits diberi kesempatan until menyesali Dan bertobat. 

وَمَاۤ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا  كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ  
"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."
QS. Asy-Syura 42:30

Allah demikian penyantun kepada hamba-Nya.  Allah menunda hukuman atas ketidakpatuhan manusia kepada-Nya. 

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَآبَّةٍ وَّلٰـكِنْ  يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ  فَاِذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـأْخِرُوْنَ  سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
"Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."
QS. An-Nahl 16:61

Semua karena Allah sebagaj Pencipta adalah yang paling mengetahui kelemahan-kelemahan manusia. 

لَيُدْخِلَـنَّهُمْ مُّدْخَلًا يَّرْضَوْنَهٗ    ؕ  وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَلِيْمٌ حَلِيْمٌ
"Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk (surga) yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun."
QS. Al-Hajj 22:59

Perilaku santun telah dicontohkan baginda Rasulullah ﷺ yang tak pernah membalas dendam sesuatu hal yang menyangkut diri sendiri kecuali untuk membalas pelanggaran kesucian Allah. 

Dari Aisyah ra mengatakan:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ مَا خُيِّرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلاَّ اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا، مَا لَمْ يَأْثَمْ، فَإِذَا كَانَ الإِثْمُ كَانَ أَبْعَدَهُمَا مِنْهُ، وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَىْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ، حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ‏.‏

Kapan saja Rasululah ﷺ diberi pilihan antara dua hal,  Beliau ﷺ memilih salah satu yang lebih mudah selama tidak berdosa.  Namun jika berdosa,  Beliau ﷺ akan meninggalkannya.  Demi Allah,o  Rasulullah ﷺ tidak pernah membalas dendam untuk dirinya sendiri dalam hal apapun,  tetapi jika kesucian Allah dilanggar,  dia membalas dendam untuk Allah,  agar Dia tetap dimuliakan. (Hadist riwayat Bukhari)

Dari Ibnu Abbas,  berkata Rasulullah ﷺ kepada Ashajj Abdul Qais:

‏ "‏ إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ ‏"‏ 
"Ada dua sifat padamu yang dicintai Allah,  penyantun dan penyabar." (Hadist riwayat Tirmidhi) 

Belas kasihan Allah itu tiada batasnya. 

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Asy Syahiid



Asy Syahiid - Maha Menyaksikan

وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
Dan Dia Maha Menyaksikan segala sesuatu. QS Saba 34:47

Tidak ada satupun yang kita lakukan yang tidak disaksikan Allah.  Pengetahuan-Nya tak saja meliputi segala hal tetapi tidak terlenyapkan oleh waktu.

سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ    ؕ  اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Rabbmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
QS Fussilat 41:53

Namun, manusia seringkali lupa bahwa semua perbuatan dan perkataannya disaksikan Allah.

قُلْ يٰۤـاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ  ۖ  وَاللّٰهُ شَهِيْدٌ عَلٰى مَا تَعْمَلُوْنَ
"Katakanlah (Muhammad), "Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?"
QS Ali 'Imran 3:98

Allah Maha Menyaksikan turunnya kalam Ilahi. Allah Maha Menyaksikan semua hal yang diturunkan kepada makhluk-Nya.

لٰـكِنِ اللّٰهُ يَشْهَدُ بِمَاۤ اَنْزَلَ اِلَيْكَ اَنْزَلَهٗ بِعِلْمِهٖ  ۚ  وَالْمَلٰٓئِكَةُ يَشْهَدُوْنَ   ؕ  وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

"Tetapi Allah menjadi saksi atas (Al-Qur'an) yang diturunkan-Nya kepadamu (Muhammad). Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya, dan para malaikat pun menyaksikan. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi."
QS An-Nisa' 4:166

Maha Menyaksikan dan tidak pernah satu saat pun absen dari suatu tempat atau suatu waktu. Kehadiran-Nya sebagai Saksi tak bisa dicapai nalar manusia. Sebuah kesaksian yang kelak tak bisa diingkari.

فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَّمَا كُنَّا  غَآئِبِيْنَ
"dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami) dan Kami tidak jauh (dari mereka)."
QS Al-A'raf 7:7

Menjauhi kepalsuan dan kedustaan adalah menghadirkan Sang Maha Menyaksikan dalam hidup keseharian pada perbuatan dan perkataan.

الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ  ؕ  وَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
"Yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu."
QS Al-Buruj 85:9

Membuat  yang salah pada sesama manusia adalah kejahatan buruk.

Alhamdulillah

Semua Manusia Pasti Mati



Menyembah manusia sia-sia, semua akan tiada.


Bismillahi Rahmaani Rahiim


اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ  مَّيِّتُوْنَ  

"Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)."
QS Az-Zumar 39:30
Sbodaqollahul'adziim

Ayat ini disebutkan dalam kisah sedih tatkala Rasulullah ﷺ meninggal dunia. Sebagaimana diriwayatkan oleh imam yang empat dan imam Muslim dari Salim bin Ubaid ra.  


Salim adalah seorang sahabat yang sehari-harinya tinggal di masjid,  atau ahli shufah seperti juga Abu Hurairah. 


Salim bin Ubaid ra bercerita dalam suatu hadist yang panjang:


"Tatkala Rasulullah ﷺ sakit, Beliau  sempat pingsan kemudian sadar kembali.  Beliau ﷺ bersabda: "Apakah waktu sholat telah tiba?" Para sahabat menjawab,  "Ya".


Kemudian beliau ﷺ bersabda, "Perintahkan Bilal agar mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar sholat (menjadi imam) bagi umat (atau beliau berkata,  perawi ragu) bersama umat".


Selanjutnya Salim berkata,  "Kemudian Beliau  pingsan kembali,  kemudian sadar kembali,  seraya bersabda,  "Apakah waktu sholat telah tiba?". Para sahabat menjawab,  "Ya".


Kemudian Beliau ﷺ bersabda,  "Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar melaksanakan sholat bersama umat".


Aisyah ra. berkata kepada Rasulullah ﷺ, "Sesungguhnya ayahku amat perasa.  Bila ia berdiri di tempat itu ia akan menangis Dan ia  tak akan mampu berdiri.  Bagaimana sekiranya Anda perintahkan saja orang lain! "


Salim bercerita lagi: Kemudian Beliau ﷺ pingsan lagi kemudian sadar kembali,  seraya bersabda: "Perintahkan agar Bilal mengumandangkan adzan dan perintahkan agar Abu Bakar melaksanakan sholat dengan umat. Sesungguhnya kalian (wahai kaum wanita)  bagaikan wanita-wanita pada masa nabi Yusuf".


Kemudian Salim melanjutkan ceritanya: "Maka Bilal diperintahkan, ia pun mengumandangkan adzan dan Abu Bakar diperintah,  ia pun sholat bersama umat (menjadi imam). 


Kemudian Rasulullah ﷺ agak berkurang rasa sakitnya maka beliau bersabda, "Carilah untukku orang yang bersedia aku telekani! " Maka datanglah Burairah dan seorang laki-laki lainnya,  kemudian Rasulullah ﷺ bertelekan pada keduanya.  


Manakala Abu Bakar melihatnya,  ia pun mengundurkan diri (sebagai imam), namun Rasulullah ﷺ mengisyaratkan agar ia tetap di tempat,  akhirnya Abu Bakar pun selesai mengerjakan sholat. "


Kemudian Rasulullah ﷺ (setelah pulang ke rumah)  wafat.  


Maka Umar bin Khattab ra berkata,  "Demi Allah,  tiada seorangpun yang kudengar menyebutkan Rasulullah ﷺ wafat, melainkan akan kupancung dengan pedangku ini! "


Salim kembali bercerita: 

"Umat waktu itu tidak mengetahui sebab sebelumnya tidak ada pada mereka seorang nabi.  Maka sewaktu Umar berbuat demikian mereka hanya diam. 

Kemudian mereka berkata, "Wahai Salim!  Berangkatlah engkau menemui sahabat  Rasulullah ﷺ dan panggillah ia kemari".


Kutemui Abu Bakar sewaktu ia sedang berada di dalam masjid.  Kudekati dia sambil menangis karena kebingungan. Manakala ia melihat daku,  ia pun bertanya,  "Apakah Rasulullah ﷺ telah wafat? "


Aku menjawab,  "Sungguh Umar berkata 'Take seorang pun kudengar menyebut Rasulullah ﷺ wafat melainkan ia akan kupancung dengan pedangku ini'".


Abu Bakar berkata kepadaku,  "Sudah berangkatlah! "


Maka berangkatlah aku bersamanya. Setibanya orang-orang telah masuk me rumah Rasulullahﷺ untuk itu ia berkata,  "Wahai umat Muhammad, berilah aku jalan!"


Kemudian mereka memberi jalan untuk Abu Bakar.  Ia menghampiri jenazah Rasulullah ﷺ ia bersimpuh dan menyentuhnya seraya membaca Al Quran:


اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ  مَّيِّتُوْنَ

"Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati". QS AzZumar 39:30

Para sahabat bertanya, "Wahai sahabat Rasulullah apakah Rasulullah telah wafat?" 


Abu Bakar menjawab, "Ya".


Tahulah mereka bahwa apa yang akan terjadi.  Mereka berkata,  "Wahai sahabat Rasulullah ﷺ apakah Beliau akan disholatkan?"


Ia menjawab,  "Ya".


Mereka bertanya lagi, "Bagaimanakah caranya?" Ia menjawab, "Serombongan masuk kemudian bertakbir,  membaca sholawat,  dan berdoa,  kemudian keluar, sampai semua orang kebagian".


Mereka bertanya lagi, "Wahai sahabat Rasulullah apakah Rasulullah ﷺ juga dikebumikan?" Ia menjawab, "Iya". 


Mereka bertanya, "Dimana?" Ia menjawab, "Ditempat beliau wafat,  dimana Allah mencabut ruhnya melainkan pada tempat yang baik."


Yakinlah mereka bahwa apa yang dikatakan Abu Bakar itu benar.  Kemudian ia memerintahkan mereka agar yang memandikan beliau adalah sepupu beliau dari garis keturunan ayah beliau. Orang-orang Muhajirin bermusyawarah maka berkatalah mereka, "Temuilah teman-teman kita dari kelompok Anshar,  kita ikut sertakan mereka dalam perkara ini".


Golongan Anshar berkata,  "Dari golongan kami seorang wakil dari golongan kalian juga seorang wakil ".


Umar bin Khattab berkata,  "Siapakah gerangan yang dapat menandingi orang yang memiliki tiga keutamaan?  Ia adalah salah seorang dari dua orang di kala keduanya berada di dalam gua.  Di kala itu Rasulullah ﷺ bersabda,  "Janganlah kau berduka cita sesungguhnya Allah bersama kita." (QS At Taubah 40).

Siapakah gerangan orang yang berdua itu?  

Salim melanjutkan ceritanya,  "Kemudian Umar mengulurkan tangannya,  maka mereka para sahabat berbaiat kepada Abu Bakar dan seluruh umat pun ikut memberi baiat kepadanya dengan baiat yang tulus ikhlas".


Demikianlah kisah wafatnya Rasulullah ﷺ seperti diriwayatkan Salim bin Ubaid ra. Abu Bakar AsShidiq ra menyebutkan perihal ayat AzZumar 30.


Salah satu ucapan yang terkenal dikatakan oleh Abu Bakar ra sewaktu umat dilanda kebingungan  kala Rasulullah ﷺ wafat:


"Saudara-Saudara! Barangsiapa yang menyembah Muhammad,  Muhammad sudah meninggal.  Tetapi, barangsiapa menyembah Allah,  Allah  selalu hidup,  tak pernah mati! ".


Alhamdulillah