Kisah Sahabat Rasulullah SAW 32: Zaid ibnul Khattab



Pada suatu hari Rasulullah ﷺ tengah duduk bersama sejumlah muslimin. Lalu Beliau ﷺ berkata: "Sesungguhnya di antara kalian ada seorang laki-laki, gerahamnya di dalam neraka, lebih besar dari gunung Uhud."

Semua yang duduk di situ terkejut dan cemas. Mereka takut jangan-jangan dirinya adalah orang yang dimaksudkan Rasulullah ﷺ tersebut. Seiring waktu, ternyata yang dimaksud adalah Rajjal bin Unfuwah. Ia murtad lalu bergabung dengan Musailamah al Kaddzab si nabi palsu.

Rajjal masuk Islam saat Rasulullah ﷺ masih hidup. Setelah itu ia kembali ke kaumnya dan tak kembali ke Madinah. Sampai suatu saat di masa kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq, orang melaporkan mengenai penduduk Yamamah yang bergabung dengan nabi palsu , Musailamah. Rajjal mengusulkan dirinya agar diutus ke sana untuk mengembalikan Islam.

Sayangnya saat tiba di sana, dilihatnya jumlah mereka banyak, Rajjal berkhianat. Ia bergabung dengan gerombolan Al-Kaddzab, seorang pembohong, kemudian bergabung dengan Musailamah.

Rajjal merupakan bahaya bagi kaum Islam daripada Musailamah sendiri. Ia menyebarluaskan kebohongan, mengatas-namakan sabda Rasulullah ﷺ. Maka semakin bertambahlah pengikut Musailamah.

Berita mengenai perbuatan khianat Rajjal inj sampai ke Madinah. Semua orang marah terhadap murtadnya Rajjal dan kedustaannya. Orang yang paling marah di antara kaum muslimin itu adalah Zaid ibnul Khattab.

Saudara Umar bin Khattab

Zaid ibnul Khattab adalah saudara Umar bin Khattab. Ia lebih tua dari khalifah Umar dan lebih dahulu masuk Islam.

Zaid adalah seorang pahlawan yang suka bekerja dalam diam. Ia tak pernah tertinggal dalam setiap perang bersama Rasulullah ﷺ.

Saat perang Uhud, saat peperangan tengah berkecamuk, Umar bin Khattab memintanya mengenakan baju besi miliknya, namun Zaid menolak dan tetap meneruskan berperang.

Saat mendengar ada seorang pengkhianat bernama Rajjal, ia sangat ingin menghabisinya. Apalagi mengetahui bahwa Rajjal melakukan semua itu demi memuaskan nafsu dirinya sendiri akan harta kekayaan.

Berperang di Yamamah

Zaid kemudian turut berperang bersama Khalid bin Walid. Khalid memimpin pasukan Islam di Yamamah untuk menumpas Musailamah dan para pengikutnya. Khalid menghimpun tentara Islam lalu dibagi-baginya tugas untuk menempati beberapa kedudukan. Semetara itu, panji Islam diserahkan kepada Zaid bin Khattab.

Bani Hanifah, pengikut Musailamah, berperang dengan berani dan mati-matian. Awal yang buruk bagi Khalid bin Walid dan tentara Islam dalam peperangan ini karena banyak pasukan muslim yang gugur.

Namun, melihat kemunduran semangat tempur pasukan muslim, tanpa rasa gentar, Zaid ibnul Khattab justru menjadi juru semangat. Ia menaiki sebuah bukit lalu menyerukan semangat.

"Wahai saudara-saudaraku, tabahkanlah hati kalian, gempur musuh, serang mereka habis-habisan! Demi Allah, aku tidak akan bicara lagi sebelum mereka dibinasakan Allah atau aku menemui-Nya dan menyampaikan alasan-alasanku kepada hadirat-Nya! "

Zaid kemudian turun dari bukit tanpa mengucapkan sepatah kata. Perang Yamamah terus berkecamuk. Zaid menembus pasukan Musailamah yang selalu berusaha melindungi Rajjal. Berkali-kali, ia hampir berhasil mendekati Rajjal, kemudian mundur lagi. Sampai akhirnya takdir Allah memberinya kemampuan untuk menebaskan pedangnya di leher Rajjal si penghianat.

Perihal kematian Rajjal pun cepat menyebar di kalangan pasukan Musailamah dan pengikutnya. Hal ini menjadi bola api yang membuat ketakutan amat sangat bagi pengikut Musailamah dan bala tentaranya dipimpin Muhkam bin Thufail.

Ketakutan ini tidak lain lantaran Musailamah senang memberikan janji-janji kemenangan kepada pengikutnya. Ia berjanji bahwa dirinya, Rajjal bin Unfuwah serta Muhkam bin Tufail akan memberikan kemenangan yang besar. Namun, Zaid ibnul Khattab telah menghancurkan segala harapan itu.

Perang terus berkecamuk. Usai menebas Rajjal, Zaid ibnul Khattab tetap menebaskan pedangnya. Ia adalah pahlawan tanpa suara, seperti janjinya. Ia akan diam sampai kemenangan perang Yamamah diraihnya atau ia tiada sebagai seorang syuhada.

Sampai akhirnya dua hal yang diinginkan Zaid tercapailah. Ia syahid di perang Yamamah, sebelum akhirnya pasukan muslimin memenangkan peperangan melawan nabi palsu Musailamah.

Kerinduan Umar bin Khattab

Bala tentara Islam kembali ke Madinah setelah perang Yamamah. Khalifah Abu Bakar dan sahabatnya Umar bin Khattab menyambut kedatangan mereka. Maka dicarilah oleh Umar sosok tinggi saudaranya itu. Namun tak ditemuinya.

Seorang dari pasukan yang pulang menyampaikan kabar tentang syahidnya Zaid ibnul Khattab kepada Umar. Lalu berkatalah Umar bin Khattab:

"Rahmat Allah bagi Zaid...
Ia mendahuluiku dengan dua kebaikan...
Ia masuk Islam lebih dahulu...
Dan ia syahid lebih dahulu pula... "

Suatu hari saat rindu pada saudaranya, Umar bin Khattab berkata, "Bila angin kerinduan berhembus tercium olehku harumnya Zaid."

Setiap angin kemenangan Islam berhembus, semenjak peristiwa Yamamah, akan tercium selalu oleh Islam bau wanginya Zaid, pengorbanan Zaid, kepahlawanan dan kebesaran Zaid. Keluarga al Khattab telah diberi berkah di hari mereka masuk Islam, kala mereka berjihad dan mencari syahid serta di hari mereka dibangkitkan kelak.

Salam untukmu Zaid ibnul Khattab. Salam untukmu para syuhada.

Alhamdulillah

Kisah lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Abu yang Ditiup Angin Kencang



Orang-orang yang merasa telah melakukan perbuatan baik tanpa landasan yang benar sebagaimana diatur dalam Islam, maka perbuatannya itu akan sia-sia belaka. Ibarat abu yang berterbangan ditiup angin kencang.

Bismillahi Rahmaani Rahiim

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ ۖ أَعْمٰلُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِى يَوْمٍ عَاصِفٍ ۖ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلٰى شَىْءٍ ۚ ذٰلِكَ هُوَ الضَّلٰلُ الْبَعِيدُ
"Perumpamaan orang yang kafir kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh."
QS. Ibrahim 14: 18
Shodaqollahul'adziim

Perumpamaan ini dibuat Allah ﷻ untuk menggambarkan tentang amal perbuatan orang-orang kafir yang menyembah selain Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya. 

Ada tiga landasan agar amalan itu tak hanya akan menjadi abu yang berterbangan. Pertama, dilandasi iman kepada Allah ﷻ. Dua, ikhlas semata-mata karena dan untuk Allah ﷻ. Ketiga, sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.

Merasa telah berbuat baik saja sebagai manusia di dunia ini belumlah cukup. Hanya kepada Allah ﷻ sajalah manusia memohon untuk mendapatkan kekokohan iman untuk menjalankan perintah Islam, menjauhi segala larangan-Nya, beramal shalih yang ikhlas dan benar hanya kepada-Nya. Jangan sampai perbuatan yang baik itu hanyalah sebagaimana abu yang berterbangan ditiup angin yang kencang.

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Wali



Al Wali - Maha Pelindung

Allah adalah Maha Pelindung dan tak ada yang memiliki kemampuan melindungi sehebat Dia.

وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُونِهِۦ مِنْ وَالٍ
"... dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
QS. Ar-Ra'd 13: 11

Allah ﷻ adalah pemilik segala sesuatu di alam semesta. Maka atas kehendak-Nya apa dan siapa yang mendapat perlindungan-Nya dan yang tidak. 

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ ۥ  مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ  ۗ  وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
"Tidakkah kamu tahu bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? Dan tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah."
QS. Al-Baqarah 2:107

Allah ﷻ melindungi dan menjaga mereka yang berjuang untuk kepentingan-Nya. 
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهٰدُ
"Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat),"
QS. Ghafir 40: 51

ذٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَأَنَّ الْكٰفِرِينَ لَا مَوْلٰى لَهُمْ
"Yang demikian itu karena Allah Pelindung bagi orang-orang yang beriman; sedang orang-orang kafir tidak ada pelindung bagi mereka."
(QS. Muhammad 47: Ayat 11)


Abu Abbas Abdullah bin Abbas ra. berkata, suatu hari aku berada di belakang Rasulullah  (membonceng), Beliau bersabda, “Nak, aku hendak mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah, pasti Dia menjagamu. Jagalah Allah, Dia senantiasa bersamamu. Jika kamu memohon sesuatu, mohonlah kepada-Nya. jika meminta pertolongan, mintalah tolong kepada-Nya. Ketahuilah seandainya semua umat manusia bersatu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, mereka tidak akan mampu kecuali yang sudah ditetapkan Allah untukmu. Dan seandainya semua umat manusia bersatu untuk mencelakakanmu, mereka tidak mampu kecuali keburukan yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Pena sudah diangkat dan tinta sudah kering.” (HR Tirmidzi)

Siapa yang menjaga Allah maka Allah akan menjaganya.

Alhamdulillah

Komposisi Cincin Ayat Kursi



Keindahan Al Quran juga bisa dilihat dari sisi linguistik, salah satunya dalam surat Al Baqarah 255, ayat kursi. Jika kita membagi ayat ini menjadi 9 bagian, maka akan terlihat bagian ayat yang simetris, saling memcerminkan satu sama lain. Bagian 1 tercermin pada bagian 9, 2 dengan 8, 3 dengan 7, dan 4 dengan 6. Lalu bagian ke-5 adalah cerminnya.

Al Quran surat Al Baqarah ayat 255:

Bismillahi Rahmaani Rahiim

اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ۚ
لَا تَأْخُذُهُ ۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ
لَّهُ ۥ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ
مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ ۥ ٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ ۖ
وَلَا يَئُودُهُ ۥ حِفْظُهُمَا ۚ
وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيمُ

(1) Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup,
(2) yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
(3) Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
(4) Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya.
(5) Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka
(6) dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.
(7) Kursi-Nya meliputi langit dan bumi
(8) Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya,
(9) dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar.
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)
Shodaqollahul'adziim

Pada 9 bagian ayat tersebut, bagian awal saling mencerminkan dengan bagian akhir satu sama lain:

- Bagian 1 berisi dua nama Allah, yaitu الْحَيُّ (Yang Maha Hidup) dan الْقَيُّومُ (Yang Maha Mandiri, Sumber dari segala sesuatu).

Bagian 1 tercermin pada bagian 9. Bagian 9 menyebutkan dua nama Allah yaitu الْعَلِيُّ (Maha Tinggi) dan الْعَظِيمُ (Maha Besar).

- Bagian 2 akan mencerminkan bagian 8. Pada bagian 2 disebut bahwa Allah terus mengurus makhluk tanpa kantuk dan tidur. Bagian 8 menyebutkan, bagi Allah ﷻ mengurusi makhluk bukanlah hal yang berat.

- Keajaiban Al Quran juga tercermin dari kesesuaian antara bagian 3 dan 7. Bagian 3 menyebutkan bahwa pemilik bumi, langit dan segala isinya adalah Allah ﷻ. Bagian 7 menyebutkan, kursi singgasana-Nya meliputi langit dan bumi.

Berbeda dengan makhluk. Seorang manusia pemilik kekayaan di dunia, belumlah tentu ia seorang raja. Namun, Allah ﷻ adalah pemilik sekaligus Maha Raja bumi dan langit.

- Bagian 4 dan 6 adalah bagian yang saling berkesesuaian, keduanya mencerminkan sifat kekuasaan Allah ﷻ yang tidak terbatas. Bagian 4 menyebutkan segala sesuatu terjadi hanya karena izin-Nya. Bagian 6 menyebut, ilmu Allah hanya diberikan sesuai kehendak-Nya.

- Bagian 5 merupakan salah satu keajaiban linguistik yang Allahﷻ perlihatkan dalam Al Quran. Bagian ini menjadi ibarat cermin, isinya menyebutkan bahwa Allah ﷻ mengetahui segala sesuatu, baik yang di depan maupun yang di belakang segala hal.

Demikianlah keajaiban ayat kursi dilihat dari sisi linguistik.

Komposisi Al Quran seperti ini dikenal sebagai komposisi cincin. Banyak disebut oleh Nourman Ali Khan dalam ceramahnya. Kesesuaian antara bagian awal dan akhir dalam ayat kursi merupakan salah satu contohnya. Komposisi ini membentuk jalinan antara bagian awal dan akhir, demikian seterusnya sehingga membentuk pola seperti cincin.

Tidak hanya ayat kursi, komposisi cincin juga nampak pada surat Al Baqarah secara keseluruhan. Jika surat ini dibagi menjadi 9 bagian, maka.bagian awal akan saling mencerminkan bagian yang lain.

Pertengahan surat Al Baqarah juga ibarat sebuah cermin. Ayat 143 yang berada dipertengahan surat menjelaskan tentang kaum muslim sebagai kaum pertengahan serta menjelaskan perubahan antara dua arah kiblat yaitu dari Baitul Maqdis ke Mekah.

Bismillahi Rahmaani Rahiim

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمٰنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."
QS. Al-Baqarah 2: 143

Al Quran bukanlah sebuah buku biasa. Seorang penulis biasanya saat menulis sebuah buku mengikuti sebuah alur yang lurus. Pembukaan, isi atau bagian tengah buku, lalu kesimpulan akhir atau penutup. Namun, Al Quran bukanlah tulisan manusia. Kitab mulia ini memiliki struktur yang berbeda yang penuh hikmah yang hanya bisa diturunkan dari Sang Maha Mengetahui, Allah Subhanahu wa Taala.

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Jabbar


Al Jabbar- Maha Perkasa

Al Jabbar, Dialah Allah yang Maha Perkasa yang tak mampu ditandingi makhluk manapun. Hanya Dialah juga yang memiliki kemampuan memperbaiki segala sesuatu.

هُوَ اللَّهُ الَّذِى لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحٰنَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dialah Allah, tidak ada Rabb selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."
QS. Al-Hasyr 59: 23

Allah ﷻ adalah Sang Maha Esa yang mewajibkan makhluk-makhluk-Nya melakukan apa yang diinginkan-Nya. Bila kehendak manusia dikabulkan Allah, maka manusia itu boleh bertindak hanya atas izin-Nya.

وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَنْ يَشَآءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
"Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
QS. Al-Insan 76: 30

Kehendak Allah ﷻ diberlakukan kepada setiap orang, tapi sebaliknya tidak ada kehendak yang diberlakukan kepada-Nya.

لَا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya."
QS. Al-Anbiya 21: 23

Nama Jabbar kurang patut diberikan bagi manusia, bila dimaksudkan bukan sebagai hamba (Abdul Jabbar) tetapi sebagaj orang yang paling berkuasa. Seringkali penguasa tirani dijatuhkan oleh keperkasaan Allah.

الَّذِينَ يُجٰدِلُونَ فِىٓ ءَايٰتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطٰنٍ أَتٰىهُمْ ۖ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ ءَامَنُوا ۚ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلٰى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
"(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang."
QS. Ghafir 40: 35

Orang-orang sombong yang mengira dirinya paling perkasa karena kekuasaan pasa akhirnya akan putus asa.

وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ
مِّنْ وَرَآئِهِۦ جَهَنَّمُ وَيُسْقٰى مِنْ مَّآءٍ صَدِيدٍ

"Dan mereka memohon diberi kemenangan dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada Neraka Jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah."
QS. Ibrahim 14:15-16

Jabbar dapat berarti juga Yang memperbaiki urusan-urusan makhluk-Nya. Nabi Ibrahim alaihisallam, dalam Al Quran dijelaskan, mengatakan tentang Tuhan semesta alam:

الَّذِى خَلَقَنِى فَهُوَ يَهْدِينِ
وَالَّذِى هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
وَالَّذِى يُمِيتُنِى ثُمَّ يُحْيِينِ
"(yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),"
QS. Asy-Syu'ara' 26: 78-81

Siapa yang ingin bertemu dan merendahkan dirinya di hadapan yang Maha Perkasa, maka Allah akan senang bertemu dengannya.
Alhamdulillah

5 Ayat Kala Patah Hati






Kala dada terasa sempit dan putus harapan, ingatlah kelima ayat berikut:

Bismillahi Rahmaani Rahiim

Satu, "Sesudah kesulitan ada kemudahan".


إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"...sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
QS. Al-Insyirah 94:6

Imam Syafii memberi nasehat:

صَبرا جَميلا مَا أقرَبَ الفَرجا ... مَن رَاقَب اللَّهَ فِي الْأُمُورِ نَجَا ...
مَن صَدَق اللَّهَ لَم يَنَلْه أذَى ... وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا ...

"Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Barang siapa yang merasa dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah dalam semua urusan, niscaya ia akan selamat.
Dan barang siapa yang membenarkan janji Allah, niscaya tidak akan tertimpa oleh musibah. Dan barang siapa yang berharap kepada Allah, maka akan terjadilah seperti apa yang diharapkan."

Abu Hatim As-Sijistani membacakan bait-bait syair:

إِذَا اشْتَمَلَتْ عَلَى الْيَأْسِ القلوبُ ...وَضَاقَ لِمَا بِهِ الصَّدْرُ الرحيبُ ...
وَأَوْطَأَتِ الْمَكَارِهُ وَاطْمَأَنَّتْ ... وَأَرْسَتْ فِي أَمَاكِنِهَا الخطوبُ ...
وَلَمْ تَرَ لِانْكِشَافِ الضُّرِّ وَجْهًا ... وَلَا أَغْنَى بحيلته الأريبُ
أَتَاكَ عَلَى قُنوط مِنْكَ غَوثٌ ... يَمُنُّ بِهِ اللَّطِيفُ المستجيبُ ...
وَكُلُّ الْحَادِثَاتِ إِذَا تَنَاهَتْ ... فَمَوْصُولٌ بِهَا الْفَرَجُ الْقَرِيبُ ...

"Bilamana hati dipenuhi oleh rasa putus asa, dan dada yang luas menjadi terasa sempit, dan hal-hal yang tidak disukai datang menimpa diri, serta banyak musibah yang dialaminya, sehingga ia tidak melihat adanya celah untuk melepaskan diri dari bahaya yang sedang menimpa diri, dan tiada gunanya lagi semua upaya untuk menanggulanginya. Maka akan datanglah kepadamu pertolongan bila hatimu berserah diri kepada-Nya, yaitu pertolongan dari Tuhan Yang Maha Lembut lagi Maha Memperkenankan doa. Semua musibah apabila telah mencapai puncaknya pasti berhubungan langsung dengan jalan keluarnya yang tidak lama."

Dua, "Hati menjadi tentram dengan mengingat Allah."

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
QS. Ar-Ra'd 13: 28

Dzikir adalah makanan bagi jiwa.
Syaikh Abdurrahman As-Si’dy rahimahullah berkata:
“Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka diantara nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan perintah Allah dalam kondisi sulit seperti ini pun. Maka bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.” (Taisir al Karim: 791)

Al-Mutanabbi, salah seorang penyair yang sangat terkenal dengan syair-syair indahnya, beliau mengatakan :

"Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi orang yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil."

Tiga, "Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu".

وَعَسٰىٓ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسٰىٓ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"... Dan boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
QS. Al-Baqarah 2:216

Ayat ini turun berkenaan dengan seruan berjihad di jalan Allah. Berjihad di jalan Allah merupakan pengorbanan terbesar dan mengandung banyak kebaikan. Hal ini juga bersifat umum mencakup semua perkara. Adakalanya seseorang mencintai sesuatu, sedangkan padanya tidak ada kebaikan atau suatu maslahat pun baginya. Pada bagian ayat disebut:

وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui".

Menurut Ibnu Katsir, "Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara daripada kalian, dan lebih melihat tentang hal-hal yang di dalamnya terkandung kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kalian. Maka perkenankanlah seruan-Nya dan taatilah perintah-Nya, mudah-mudahan kalian mendapat petunjuk."

Cucu Nabi Shallallahu Alaihi Wa sallam, Al Hasan bin‘Ali radhiyallahu‘anhuma berkata:

من اتكل على حسن اختيار الله له، لم يتمن شيئا. وهذا حد الوقوف على الرضى بما تصرف به القضاء

“Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)”

Empat, "Sesungguhnya Allah dekat dan mengabulkan doa."

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِى وَلْيُؤْمِنُوا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
QS. Al-Baqarah 2:186

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»

“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At Tirmidzi).

Dari Anas bin Malik, katanya Nabi ﷺ senantiasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ

Allahumma Inni A’uudzu Bika Minal Hammi wal Hazani wal ‘Ajzi Wal Kasali Wal Bukhli Wal Jubni Wa Dhal’i ad-Daini Wa Ghalabatir Rijaal

"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dan dari kekuasaan" ( HR Bukhari )

Lima, "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu".

سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
"(sambil mengucapkan), Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu."
QS. Ar-Ra'd 13:24

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ

“Akan masuk surga suatu kaum yang hati mereka seperti hati burung.” (HR. Muslim

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi) 

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. 
Demikian kellima ayat tersebut, dan tentunya masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al Quran yang dapat menghibur kita karena ia adalah kitab pengobat jiwa.

Sebuah kata bijak mengatakan, "Engkau tidaklah patah hati, tetapi hanya sedang dipanggil untuk mengingat Allah ﷻ ".

Allahu'alam
Alhamdulillah

Asmaul Husna: Ar Raqib


Ar Raqib- Maha Pengawas

ۚإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

Allah ﷻ selalu mengawasi semua ciptaan-Nya. Tidak ada satu pun yang terlewat dari pengawasan-Nya.

وَكَانَ اللَّهُ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ رَّقِيبًا
"Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 52)

Allah ﷻ ibarat wali yang mempertahankan hukum-hukum-Nya serta melindungi orang-orang yang lemah dan tidak bersalah. Allah ﷻ selalu waspada, tak ada yang tersembunyi atau tidak diketahui.


يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 4)

Allah ﷻ senantiasa waspada, mendengar dan melihat, semua orang bertanggung-jawab kepada-Nya. Setiap hamba sudah seharusnya merasa takut akan amarah-Nya.


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۖ مَا يَكُونُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ أَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
"Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 7)


Selalulah mawas diri dalam tindak-tanduk dan motif perbuatan.

Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 31: Abu Aiyub Al-Anshari



Saat tiba di Madinah di waktu hijrah, Rasulullah ﷺ disambut sesak oleh kaum Anshar penduduk kota tersebut. Mereka berusaha mendapatkan hati Nabi ﷺ dan mencoba memegang tali kekang onta agar Beliau mau tinggal di tempatnya.

Rombongan Nabi ﷺ mula-mula sampai ke perkampungan Bani Salim bin Auf. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, tinggallah Anda bersama kami, bilangan kami banyak, persediaan kami cukup serta keamanan terjamin."

Rasulullah ﷺ menjawab kepada mereka yang berusaha memegang tali kekang ontanya itu, "Biarkanlah, jangan halangi jalannya karena ia hanya melaksanakan perintah."

Setelah itu, Nabi ﷺ melewati perumahan Bani Bayadhah, lalu ke kampung Bani Saidah, kemudian ke kampung Bani Harits ibnul Khazraj, sebelum akhirnya ke kampung Bani Adi bin Najjar. Setiap kali melewati kampung-kampung itu, penduduknya ingin meraih tali kekang onta agar Rasulullah ﷺ tinggal di sana.

"Lapangkanlah jalanya, karena ia terperintah... " Demikian Rasulullah ﷺ meminta penduduk memberi jalan onta beliau. Rasulullah ﷺ berdoa, "Ya Allah, tunjukkan tempat tinggalku, pilihkanlah untukku."

Maka ketika tiba di muka rumah Bani Malik bin Najjar, sang onta bersimpuh. Ia sempat bangkit untuk berkeliling sebentar di sekitar situ kemudian balik lagi lalu bersimpuh tetap dan tak beranjak di sana.

Seorang pria kemudian datang dengan wajah berseri-seri. Ia membawakan barang muatan Rasulullah ﷺ kemudian mengajaknya masuk ke dalam rumahnya. Maka Nabi ﷺ pun mengikuti. Pria itu adalah Abu Aiyub al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.

Pemukiman Sementara

Pertemuan Rasulullah ﷺ di muka rumah Abu Aiyub al-Anshari bukanlah kali pertama. Abu Aiyub al-Anshari merupakan penduduk Madinah yang turut serta dalam baiat Aqabah kedua, yaitu termasuk 70 orang yang berjanji setia kepada Rasulullah ﷺ.

Setelah onta Rasulullah ﷺ bersimpuh di muka rumah Abu Aiyub al-Anshari, Beliau tinggal di rumahnya sementara, sambil menunggu pembangunan masjid dan rumah Rasulullah ﷺ.

Abu Aiyub semula tidur di lantai bawah. Namun, karena Rasulullah ﷺ menginap di sana, maka ia pindah ke lantai atas. Abu Aiyub tak bisa tidur membayangkan dirinya sendiri berada di tempat yang lebih tinggi dari Nabi ﷺ. Maka Abu Aiyub meminta Rasulullah ﷺ untuk tidur di lantai atas bersama dengannya dan Beliau memperkenankan.

Turut Berjuang dalam Islam

Abu Aiyub al -Anshari adalah muslim pertama yang selalu turut berjuang bersama kaum Islam lainnya. Tak terlewat perang Badar, Uhud, maupun Khandaq. Ia selalu mengingat dan mengulang ayat:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجٰهِدُوا بِأَمْوٰلِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 41)

Hanya pernah satu kali ia tak turut dalam peperangan saat komandan khalifah mengangkat seorang pemuda yang ia kurang berkenan. Namun, hal itu selalu disesalinya.

Abu Aiyub berkata, "Tak jadi soal bagiku, siapa orang yang akan jadi atasanku." Setelah itu Abu Aiyub tak pernah absen berperang di bawah panji Islam.

Kala terjadi pertikaian antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, ia berada di pihak Ali tanpa ragu karena Ali adalah imam yang dibaiat kaum muslimin.

Saat Ali tiada karena terbunuh kemudian Muawiyah menjadi pemimpin, Abu Aiyub menyendiri dalam kezuhudan. Namun, ia tetap bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala dan dengan penuh ketaqwaan tetap memenuhi panggilan perang.

Suatu hari bala tentara Islam bergerak ke arah konstatinopel. Abu Aiyub pun berjuang ke sana, mengangkat pedang bersama kaum muslim lainnya.

Pada pertempuran di Konstatinopel inilah Abu Aiyub mengalami luka parah. Pemimpin pasukan kala itu, Yazid bin. Muawiyah menengoknya lalu bertanya, "Apa keinginan Anda ya Abu Aiyub?"

Pertanyaan Yazid bukan tanpa maksud kalau ia tidak akan melaksakannya. Tidak ada yang lain yang diinginkan Abu Aiyub al-Anshari selain menjemput kematian syahidnya. Ia ingin jasadnya dikebumikan di bumi garis terdepan tempat pertempuran kaum muslim.

Demikianlah Abu Aiyub al-Anshari, seorang pejuang Islam yang tak pernah sesaat pedangnya beristirahat demi agama yang diridhoi Allah Subhanahu wa Taala.

Abu Aiyub syahid di Konstantinopel dan dikuburkan di sana. Sungguh mencengangkan bahwa orang-orang Romawi kemudian menganggap kuburannya sebagaj pemakaman orang suci dan diziarahi, bahkan dijadikan makam perantara untuk meminta hujan kala musim kering.

Makamnya masih ada di sana. Tidak lagi beriringan dengan suara dentingan pedang. Namun, kapal-kapal telah berlabuh dan banyak orang telah singgah.

Keberadaan Abu Aiyub selalu mengingatkan sebuah hadist Rasullullah ﷺ yang selalu diingatnya dalam hati:

"Bila engkau sholat, maka sholatlah seolah-olah yang terakhir atau hendak berpisah. Jangan sekali-kali mengucapkan kata-kata yang menyebabkan engkau harus meminta maaf. Lenyapkanlah harapan terhadap apa yang berada di tangan orang lain."

Apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya pasti akan terwujud. Salam untukmu Abu Aiyub al-Anshari. Salam untukmu para syuhada. Semoga Allah Subhanahu wa Taala meridhoimu.

Alhamdulillah

Kisah Sahabat lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW