Asmaul Husna: As-Sabur



As-Sabur- Maha Penyabar

Allah ﷻ adalah Sang Maha Penyabar. Siapakah yang lebih sabar dari Dia yang dipersekutukan oleh hamba-Nya sendiri, namun Dia masih memberikan kasih sayang dan rezeki?

فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا
"Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir. Berilah mereka kesempatan untuk sementara waktu."
(QS. At-Tariq 86: Ayat 17)

Allah ﷻadalah Sang Maha Penyabar. Allah ﷻ bersabar kepada mereka yang tidak mempercayai dan tidak taat. Allah ﷻ tidaklah tergesa-gesa dan tidak langsung menghukum mereka, namun memberi waktu agar manusia kembali berpaling kepada -Nya.

Siapakah yang bisa lebih sabar daripada Allah ﷻ? Dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan, Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ»

"Tiada seorangpun yang lebih sabar daripada Allah terhadap perlakuan yang menyakitkan: sesungguhnya mereka menganggap Allah beranak, padahal Dialah yang memberi mereka rezeki dan kesejahteraan."

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعيدَني كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ".

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Anak Adam telah mendustakan Aku — padahal Allah tidak pernah berdusta— dan anak Adam mencaci maki Aku —padahal tidak layak baginya mencaci maki Dia—. Adapun pendustaannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Dia tidak akan mengembalikanku hidup kembali. Sebagaimana Dia menciptakanku pada permulaan —padahal penciptaan pertama itu tidaklah lebih mudah bagi-Ku dari pada mengembalikannya—. Dan adapun caci makinya kepada-Ku ialah ucapannya yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Padahal Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada yang setara dengan-Ku." (HR Bukhari)

Allah ﷻ memerintahkan muslimin untuk bersabar saat menghadapi takdir.

اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
"... Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah 2:153)

Kesabaran-Nya tak berbatas. Begitu pula pahala yang akan diberikan atas orang-orang yang bersabar, begitu besar tanpa batas.

اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"... Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. Az-Zumar 39: 10)


Kekerasan hati adalah buah dari ketidaksabaran.

Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 33: Khabbab bin Arats



Khabbab bari saja tiba di rumah kala beberapa orang Quraisy sudah menunggunya. Mereka ingin mengambil pedang pesanan buatan Khabbab.
"Sudah selesaikah pedang-pedang kami itu,  hai Khabbab?" tanya orang-orang Quraisy itu.

Saat ditanya,  Khabbab tengah memikirkan hal lain. Wajahnya menampakkan keceriaan.  "Sungguh keadaannya amat menakjubkan," demikian kata Khabbab.

Orang-orang itu pun bertanya-tanya,  "Hai Khabbab,  keadaan mana yang kau maksudkan? Kami menanyakan pedang pesanan kami, apakah sudah selesai dibuat?"

"Apakah tuan-tuan sudah melihatnya?  Apakah tuan-tuan sudah pernah mendengar ucapannya?" kata Khabbab.

Mereka yang ditanya saling bertatapan. "Apakah kamu sudah melihatnya Khabbab?" tanya mereka.

Khabbab balik bertanya,  "Siapa maksudmu?" Khabbab mulai merasa ketidaksenangan dari para tamunya dan merasa mereka mulai menebak siapa orang yang ia maksudkan.

"Siapa maksudmu?  Yang saya tanya adalah orang yang kamu katakan itu!" kata salah seorang dari mereka dengan nada mulai meninggi.

Khabbab menjawab,  "Benar,  saya telah melihat dan mendengarnya.  Saya saksikan kebenaran terpancar daripadanya dan cahaya bersinar-sinar dari tutur katanya."

Seorang dari pria Quraisy itu rupanya telah bisa mengira siapa gerangan yang dimaksud. Khabbab tak mungkin lagi menyembunyikan maksud perkataannya.  "Siapa dia orang yang kau katakan itu hai budak Ummi Anmar?!"

Khabbab akhirnya menjawab,  "Siapa lagi hai Arab sahabatku,  siapa lagi di antara kaum anda yang daripadanya terpancar kebenaran dan dari tutur katanya bersinar-sinar cahaya selain ia seorang."

Salah seorang dari pria Quraisy itu bangkit.  Ia marah dan berseru, "Rupanya yang kau maksud itu adalah Muhammad!"

Khabbab menjawab,  "Memang,  ia adalah utusan Allah kepada kita,  untuk membebaskan kita dari kegelapan menuju terang benderang."

Seketika itu juga para pria Quraisy itu bangkit, menghujaninya dengan pukulan dan tendangan,  sampai Khabbab tak sadarkan diri.

Demikianlah Khabbab bin Arats. Luka-luka bekas pukulan dan tendangan membuat bajunya berbercak darah. Namun,  itu hanyalah awal dari penganiayaan yang akan dialaminya.

Kecintaan Khabbab yang mulai tumbuh kepada nabi akhir jaman membuat besi-besi yang semula hendak dijadikan pedang di rumahnya,  dirubah oleh kafir Quraisy menjadi belenggu dan rantai besi.  Mereka memasukkan rantai itu ke dalam api sehingga panas,  lalu mereka lilitkan ke tubuh Khabbab dan pada kedua tangan serta kakinya.

Berkata Sya'bi,  "Khabbab menunjukkan ketabahannya,  sehingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya sehingga terbakarlah dagingnya.

Sampai suatu ketika Khabbab pergi menemui Rasulullah ﷺ menceritakan perihal dirinya. Khabbab berkisah:

"Kami pergi mengadu kepada Rasulullah ﷺ yang ketika itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya di bawah naungan Ka'bah.  Permohonan kami kepadanya,  "Wahai Rasulullah,  tidakkah Anda hendak memohonkan kepada Allah pertolongan bagi kami?"

Rasulullah ﷺ pun duduk,  mukanya jadi memerah,  lalu bersabda, "Dulu sebelum kalian ada seorang laki-laki yang disiksa,  tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil gergaji untuk menggergaji kepalanya,  tetapi siksaan demikian tidak sedikitpun dapat memalingkannya dari agamanya.  Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi,  juga tidak menggoyahkan keimanannya. Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut hingga setiap pengembara yang bepergian dari Shana ke Hadramaut,  tiada takut kecuali oleh Allah Azza wa Jalla walaupun serigala ada di antara hewan gembalaannya tetapi saudara-saudara terburu-buru."

Khabbab pun kembali dengan keteguhan yang lebih kuat. Sehingga pada suatu hari ia kembali disiksa oleh bekas majikannya,  Ummi Anmar.  Wanita itu mengambil besi panas yang menyala lalu ditempelkan ke ubun-ubun Khabbab.  Pemuda itu tetap menahannya.

Saat didapati perlakuan yang diterima Khabbab,  Rasulullah ﷺ kemudian memohon kepada Allah Subhanahu wa Taala.  "Ya Allah,  limpahkanlah pertolonganmu kepada Khabbab."

Selang berapa hari kemudian Ummi Anmar menerima hukuman langsung dari Allah.  Ia diserang semacam penyakit panas mengerikan sehingga dirinya berteriak-teriak melolong seperti anjing.

Pengajar Al Quran

Khabbab telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala karena waktunya ia gunakan untuk mengajarkan Al Quran.  Saat Islam masih didakwahkan secara sembunyi,  Khabbab akan mendatangi teman-temannya yang seiman secara diam-diam untuk menyampaikan kembali ayat Al Quran.

Abdullah bin Masud pun bertanya kepadanya perihal Al Quran. Rasulullah ﷺ pernah menyabdakan bahwa barangsiapa ingin belajar Al Quran,  maka bisa meniru bacaan Khabbab atau biasa dipanggil Ibnu Ummi Abdin.

Khabbab juga mengajarkan Al Quran kepada Fatimah binti Khattab dan suaminya Said bin Zaid.  Fatimah merupakan adik dari Khalifah Umar bin Khattab.

Suatu hari saat mengajarkan Al Quran kepada mereka,  datanglah Umar bin Khattab.  Khabbab sempat bersembunyi. Umar berseru,  "Tunjukkan kepadaku dimana Muhammad!"

Khabbab pun keluar dari persembunyiannya.  Ia berkata,  "Wahai Umar,  Demi Allah,  saya berharap kiranya kamulah yang telah dipilih oleh Allah dalam memperkenankan permohonan Nabi-Nya karena kemarin saya mendengar Beliau ﷺ  memohon,  "Ya Allah kuatkanlah agama Islam dengan salah seorang di antara dua lelaki yang lebih Engkau sukai, Abul Hakam bin Hisyam dan Umar bin Khattab.

Umar bertanya kembali,  "Dimana saya menemuinya sekarang ini, hai Khabbab?"
"Di Shafa, di rumah Arqam bin Abil Arqam," jawab Khabbab.  Maka pergilah Umar ke sana dan menyatakan keislamannya.

Harta yang Tak Tertutupi

Khabbab tak pernah absen dalam semua pasang surut kaum muslimin di awal Islam bersama Rasulullah ﷺ. Ia selalu turut dalam berbagai peperangan,  suka dan duka.

Ketika Islam telah dipimpin kekhalifahan Umar dan Ustman,  ia memperoleh uang yang cukup dari pemerintahan.  Maka dibangunnyalah sebuah rumah di Kufah.  Rumah ini diperuntukkan bukan hanya bagi dirinya,  tapi juga kaum muslim yang memerlukan.

Khabbab tak pernah tidur nyenyak.  Ia teringat akan Rasulullah ﷺ dan sahabat yang lain yang telah lebih dahulu menemui-nya sebelum pintu dunia benar-benar dibukakan bagi kaum muslimin.  Juga,  sebelum harta kekayaannya diserahkan kepada mereka.

Suatu hari Khabbab jatuh sakit keras. Maka ia dijenguk beberapa orang muslimin.  Khabbab ditanya,  "Senangkah hati Anda wahai Abu Abdillah karena Anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat Anda?"

Sambil menangis Khabbab menjawab,  "Sungguh saya tidak merasa kesal atau kecewa tetapi tuan-tuan telah mengingatkan saya kepada para sahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka,  sebelum mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga.  Sedangkan kita masih hidup dan beroleh kekayaan dunia hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah."

Setelah berkata demikian,  ia menunjukkan suatu tempat di rumah sederhananya dimana ia menyimpan harta kekayaannya. Ia berkata:

"Demi Allah tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang,  dan tak pernah saya halangi terhadap yang meminta."

Setelah itu,  Khabbab menoleh kepada sehelai kain kafan yang telah disediakan untuk dirinya sendiri. Sambil menitikkan air mata, ia berkata:

"Lihatlah ini kain kafanku.  Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah ﷺ ketika gugur sebagai salah seorang syuhada hanyalah burdah berwarna abu-abu yang ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya,  sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya."

Pada tahun 37 Hijriah Khabbab berpulang. Si pembuat pedang dari kalangan miskin, mereka yang pertama kali memeluk Islam.  Penyebar Al Quran yang penuh kemuliaan.  Sebagaimana Rasulullah ﷺ pernah diperintahkan oleh Allah untuk memuliakan mereka yang memuliakan Al Quran.

"Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim.
Demikianlah, Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah? (Allah berfirman), Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?
Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu). Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) barang siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Al Quran Al An'am 52-54

Suatu kali saat Imam Ali karamallahu wajhah kembali dari perang Shiffin,  ia melihat sebuah makam. Ia bertanya, "Makam siapa ini?" Seorang menjawab,  "Makam Khabbab."

Imam Ali merenung sejenak lalu katanya:
"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Khabbab,  yang dengan ikhlas menganut Islam dengan penuh semangat. Mengikuti hijrah semata-mata karena taat, seluruh hidupnya dibaktikan dalam perjuangan membasmi maksiat."

Salam untukmu Khabbab bin Arats,  semoga Allah meridhoimu.

Alhamdulillah
Kisah lainnya: 
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Asmaul Husna: Al Muhsi



Al Muhsi - Maha Menghitung


 وَاَحْصٰى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا
"... dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu."
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 28)

Allah mencatat segala-galanya yang ada di dalam alam semesta,  jumlah mereka,  gerakan mereka,  dan perubahan-perubaban yang terjadi pada mereka.  Daun-daun pepohonan,  butir-butir pasir dan semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi dan lebih rendah,  apa yang ada sekarang dan apa yang sudah lenyap, semuanya dihitung dan dicatat. 

وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ كِتٰبًا 
"Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu Kitab (buku catatan amalan manusia)."
(QS. An-Naba' 78: Ayat 29)

Lebih penting lagi adalah catatan-catatan yang disimpan Allah mengenai perbuatan kita,  bahkan setiap kali kita bernafas pun dicatatnya.  Catatan yang jelas mengenai kehidupan kita disimpan untuk dihadapkan kepada kita pada hari kiamat. Tidak ada yang ditinggalkan dan tidak ada yang salah catat.  Para penentang Allah akan takut akan catatan ini.

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَ يَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَـتَـنَا مَالِ هٰذَا الْـكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّاۤ اَحْصٰٮهَا   ۚ  وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا   ۗ  وَ لَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
"Dan diletakkanlah Kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, Betapa celaka Kami, Kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya, dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 49)

Bagian tubuh manusia akan menjadi saksi.

يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ  اَلْسِنَـتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"pada hari, (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. An-Nur 24: Ayat 24)

Perhitungankanlah perbuatan yang bermanfaat bagi manusia.

Alhamdulillah

Qana'ah dan Surga



Inilah janji Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada mereka yang qana'ah. Menerima ketetapan Allah dengan puas dan ikhlas, menjalani kehidupan dengan kesabaran serta selalu bersyukur, yang akan dibalas dengan surga abadi.

Al Quran Surat An Nahl 96-97
Bismillaahi Rahmaani Rahiim

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍ ۗ
وَلَـنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْۤا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
مَنْ عَمِلَ صَالِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَـنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ
وَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.
Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Shodaqollahul'adziim

Pada ayat di atas disebutkan حَيٰوةً طَيِّبَةً atau kehidupan yang baik, ada yang menafsirkan sebagai rezeki yang halal, kebahagiaan, kesanggupan untuk melakukan ibadah kepada Allah, dan juga dimaksudkan sebagai kehidupan bagi hamba yang bersifat qana'ah. Merasa puas dengan segala ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

"قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ ورُزق كَفَافًا، وقَنَّعه اللَّهُ بِمَا آتَاهُ".
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan kepadanya." (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda:

"انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ - قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ - عَلَيْكُمْ -"

”Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah)

Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda:

"لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ"

”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari)

Nabi Muhammad ﷺ seringkali membaca:

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina
Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf (dijauhkan dari hal-hal yang diharamkan) dan ghina (selalu merasa cukup). (HR Muslim)

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Mughni



Al Mughni- Maha Mengayakan


وَأَنَّهُ ۥ هُوَ أَغْنٰى وَأَقْنٰى
"dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan."
QS. An-Najm 53: 48

Allah ﷻ adalah yang Maha Mengayakan, memberikan kita kekayaan kebendaan dan membebaskan kita dari kekurangan.

وَوَجَدَكَ عَآئِلًا فَأَغْنٰى
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan."
QS. Ad-Duha 93: 8

Kekayaan tidaklah boleh menjadi sesuatu yang membuat manusia tidak mentaati Allah. Manusia seringkali mengira segala kekayaannya adalah jerih upayanya sendiri.


وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦٓ إِنْ شَآءَ ۚ
"Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki."
QS. At-Taubah 9:28

Lebih jauh dari sifat kebendaan, kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.

Dari Abu Dzar radhiyallahu‘anhu berkata,

قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas). HR. Ibnu Hibban, Shahih Muslim)

Iman menjadikan manusia puas dengan harta duniawi yang secukupnya tanpa berhasrat untuk mendapat lebih banyak lagi. Kebahagiaan diperoleh melalui hal spiritual yang lebih tinggi berupa kasih sayang Allah ﷻ dan pengharapan akan surga-Nya.

يٰقَوْمِ إِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتٰعٌ وَإِنَّ الْأَاخِرَةَ هِىَ دَارُ الْقَرَارِ
"Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal."
QS. Ghafir 40:39

Allah ﷻ memberi kepada mereka yang suka memberi.



Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 32: Zaid ibnul Khattab



Pada suatu hari Rasulullah ﷺ tengah duduk bersama sejumlah muslimin. Lalu Beliau ﷺ berkata: "Sesungguhnya di antara kalian ada seorang laki-laki, gerahamnya di dalam neraka, lebih besar dari gunung Uhud."

Semua yang duduk di situ terkejut dan cemas. Mereka takut jangan-jangan dirinya adalah orang yang dimaksudkan Rasulullah ﷺ tersebut. Seiring waktu, ternyata yang dimaksud adalah Rajjal bin Unfuwah. Ia murtad lalu bergabung dengan Musailamah al Kaddzab si nabi palsu.

Rajjal masuk Islam saat Rasulullah ﷺ masih hidup. Setelah itu ia kembali ke kaumnya dan tak kembali ke Madinah. Sampai suatu saat di masa kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq, orang melaporkan mengenai penduduk Yamamah yang bergabung dengan nabi palsu , Musailamah. Rajjal mengusulkan dirinya agar diutus ke sana untuk mengembalikan Islam.

Sayangnya saat tiba di sana, dilihatnya jumlah mereka banyak, Rajjal berkhianat. Ia bergabung dengan gerombolan Al-Kaddzab, seorang pembohong, kemudian bergabung dengan Musailamah.

Rajjal merupakan bahaya bagi kaum Islam daripada Musailamah sendiri. Ia menyebarluaskan kebohongan, mengatas-namakan sabda Rasulullah ﷺ. Maka semakin bertambahlah pengikut Musailamah.

Berita mengenai perbuatan khianat Rajjal inj sampai ke Madinah. Semua orang marah terhadap murtadnya Rajjal dan kedustaannya. Orang yang paling marah di antara kaum muslimin itu adalah Zaid ibnul Khattab.

Saudara Umar bin Khattab

Zaid ibnul Khattab adalah saudara Umar bin Khattab. Ia lebih tua dari khalifah Umar dan lebih dahulu masuk Islam.

Zaid adalah seorang pahlawan yang suka bekerja dalam diam. Ia tak pernah tertinggal dalam setiap perang bersama Rasulullah ﷺ.

Saat perang Uhud, saat peperangan tengah berkecamuk, Umar bin Khattab memintanya mengenakan baju besi miliknya, namun Zaid menolak dan tetap meneruskan berperang.

Saat mendengar ada seorang pengkhianat bernama Rajjal, ia sangat ingin menghabisinya. Apalagi mengetahui bahwa Rajjal melakukan semua itu demi memuaskan nafsu dirinya sendiri akan harta kekayaan.

Berperang di Yamamah

Zaid kemudian turut berperang bersama Khalid bin Walid. Khalid memimpin pasukan Islam di Yamamah untuk menumpas Musailamah dan para pengikutnya. Khalid menghimpun tentara Islam lalu dibagi-baginya tugas untuk menempati beberapa kedudukan. Semetara itu, panji Islam diserahkan kepada Zaid bin Khattab.

Bani Hanifah, pengikut Musailamah, berperang dengan berani dan mati-matian. Awal yang buruk bagi Khalid bin Walid dan tentara Islam dalam peperangan ini karena banyak pasukan muslim yang gugur.

Namun, melihat kemunduran semangat tempur pasukan muslim, tanpa rasa gentar, Zaid ibnul Khattab justru menjadi juru semangat. Ia menaiki sebuah bukit lalu menyerukan semangat.

"Wahai saudara-saudaraku, tabahkanlah hati kalian, gempur musuh, serang mereka habis-habisan! Demi Allah, aku tidak akan bicara lagi sebelum mereka dibinasakan Allah atau aku menemui-Nya dan menyampaikan alasan-alasanku kepada hadirat-Nya! "

Zaid kemudian turun dari bukit tanpa mengucapkan sepatah kata. Perang Yamamah terus berkecamuk. Zaid menembus pasukan Musailamah yang selalu berusaha melindungi Rajjal. Berkali-kali, ia hampir berhasil mendekati Rajjal, kemudian mundur lagi. Sampai akhirnya takdir Allah memberinya kemampuan untuk menebaskan pedangnya di leher Rajjal si penghianat.

Perihal kematian Rajjal pun cepat menyebar di kalangan pasukan Musailamah dan pengikutnya. Hal ini menjadi bola api yang membuat ketakutan amat sangat bagi pengikut Musailamah dan bala tentaranya dipimpin Muhkam bin Thufail.

Ketakutan ini tidak lain lantaran Musailamah senang memberikan janji-janji kemenangan kepada pengikutnya. Ia berjanji bahwa dirinya, Rajjal bin Unfuwah serta Muhkam bin Tufail akan memberikan kemenangan yang besar. Namun, Zaid ibnul Khattab telah menghancurkan segala harapan itu.

Perang terus berkecamuk. Usai menebas Rajjal, Zaid ibnul Khattab tetap menebaskan pedangnya. Ia adalah pahlawan tanpa suara, seperti janjinya. Ia akan diam sampai kemenangan perang Yamamah diraihnya atau ia tiada sebagai seorang syuhada.

Sampai akhirnya dua hal yang diinginkan Zaid tercapailah. Ia syahid di perang Yamamah, sebelum akhirnya pasukan muslimin memenangkan peperangan melawan nabi palsu Musailamah.

Kerinduan Umar bin Khattab

Bala tentara Islam kembali ke Madinah setelah perang Yamamah. Khalifah Abu Bakar dan sahabatnya Umar bin Khattab menyambut kedatangan mereka. Maka dicarilah oleh Umar sosok tinggi saudaranya itu. Namun tak ditemuinya.

Seorang dari pasukan yang pulang menyampaikan kabar tentang syahidnya Zaid ibnul Khattab kepada Umar. Lalu berkatalah Umar bin Khattab:

"Rahmat Allah bagi Zaid...
Ia mendahuluiku dengan dua kebaikan...
Ia masuk Islam lebih dahulu...
Dan ia syahid lebih dahulu pula... "

Suatu hari saat rindu pada saudaranya, Umar bin Khattab berkata, "Bila angin kerinduan berhembus tercium olehku harumnya Zaid."

Setiap angin kemenangan Islam berhembus, semenjak peristiwa Yamamah, akan tercium selalu oleh Islam bau wanginya Zaid, pengorbanan Zaid, kepahlawanan dan kebesaran Zaid. Keluarga al Khattab telah diberi berkah di hari mereka masuk Islam, kala mereka berjihad dan mencari syahid serta di hari mereka dibangkitkan kelak.

Salam untukmu Zaid ibnul Khattab. Salam untukmu para syuhada.

Alhamdulillah

Kisah lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Abu yang Ditiup Angin Kencang



Orang-orang yang merasa telah melakukan perbuatan baik tanpa landasan yang benar sebagaimana diatur dalam Islam, maka perbuatannya itu akan sia-sia belaka. Ibarat abu yang berterbangan ditiup angin kencang.

Bismillahi Rahmaani Rahiim

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ ۖ أَعْمٰلُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِى يَوْمٍ عَاصِفٍ ۖ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلٰى شَىْءٍ ۚ ذٰلِكَ هُوَ الضَّلٰلُ الْبَعِيدُ
"Perumpamaan orang yang kafir kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh."
QS. Ibrahim 14: 18
Shodaqollahul'adziim

Perumpamaan ini dibuat Allah ﷻ untuk menggambarkan tentang amal perbuatan orang-orang kafir yang menyembah selain Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya. 

Ada tiga landasan agar amalan itu tak hanya akan menjadi abu yang berterbangan. Pertama, dilandasi iman kepada Allah ﷻ. Dua, ikhlas semata-mata karena dan untuk Allah ﷻ. Ketiga, sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.

Merasa telah berbuat baik saja sebagai manusia di dunia ini belumlah cukup. Hanya kepada Allah ﷻ sajalah manusia memohon untuk mendapatkan kekokohan iman untuk menjalankan perintah Islam, menjauhi segala larangan-Nya, beramal shalih yang ikhlas dan benar hanya kepada-Nya. Jangan sampai perbuatan yang baik itu hanyalah sebagaimana abu yang berterbangan ditiup angin yang kencang.

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Wali



Al Wali - Maha Pelindung

Allah adalah Maha Pelindung dan tak ada yang memiliki kemampuan melindungi sehebat Dia.

وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُونِهِۦ مِنْ وَالٍ
"... dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
QS. Ar-Ra'd 13: 11

Allah ﷻ adalah pemilik segala sesuatu di alam semesta. Maka atas kehendak-Nya apa dan siapa yang mendapat perlindungan-Nya dan yang tidak. 

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ ۥ  مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ  ۗ  وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
"Tidakkah kamu tahu bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? Dan tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah."
QS. Al-Baqarah 2:107

Allah ﷻ melindungi dan menjaga mereka yang berjuang untuk kepentingan-Nya. 
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهٰدُ
"Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat),"
QS. Ghafir 40: 51

ذٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَأَنَّ الْكٰفِرِينَ لَا مَوْلٰى لَهُمْ
"Yang demikian itu karena Allah Pelindung bagi orang-orang yang beriman; sedang orang-orang kafir tidak ada pelindung bagi mereka."
(QS. Muhammad 47: Ayat 11)


Abu Abbas Abdullah bin Abbas ra. berkata, suatu hari aku berada di belakang Rasulullah  (membonceng), Beliau bersabda, “Nak, aku hendak mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah, pasti Dia menjagamu. Jagalah Allah, Dia senantiasa bersamamu. Jika kamu memohon sesuatu, mohonlah kepada-Nya. jika meminta pertolongan, mintalah tolong kepada-Nya. Ketahuilah seandainya semua umat manusia bersatu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, mereka tidak akan mampu kecuali yang sudah ditetapkan Allah untukmu. Dan seandainya semua umat manusia bersatu untuk mencelakakanmu, mereka tidak mampu kecuali keburukan yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Pena sudah diangkat dan tinta sudah kering.” (HR Tirmidzi)

Siapa yang menjaga Allah maka Allah akan menjaganya.

Alhamdulillah

Komposisi Cincin Ayat Kursi



Keindahan Al Quran juga bisa dilihat dari sisi linguistik, salah satunya dalam surat Al Baqarah 255, ayat kursi. Jika kita membagi ayat ini menjadi 9 bagian, maka akan terlihat bagian ayat yang simetris, saling memcerminkan satu sama lain. Bagian 1 tercermin pada bagian 9, 2 dengan 8, 3 dengan 7, dan 4 dengan 6. Lalu bagian ke-5 adalah cerminnya.

Al Quran surat Al Baqarah ayat 255:

Bismillahi Rahmaani Rahiim

اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ۚ
لَا تَأْخُذُهُ ۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ
لَّهُ ۥ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ
مَنْ ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ ۥ ٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ ۖ
وَلَا يَئُودُهُ ۥ حِفْظُهُمَا ۚ
وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيمُ

(1) Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup,
(2) yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
(3) Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
(4) Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya.
(5) Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka
(6) dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki.
(7) Kursi-Nya meliputi langit dan bumi
(8) Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya,
(9) dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar.
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)
Shodaqollahul'adziim

Pada 9 bagian ayat tersebut, bagian awal saling mencerminkan dengan bagian akhir satu sama lain:

- Bagian 1 berisi dua nama Allah, yaitu الْحَيُّ (Yang Maha Hidup) dan الْقَيُّومُ (Yang Maha Mandiri, Sumber dari segala sesuatu).

Bagian 1 tercermin pada bagian 9. Bagian 9 menyebutkan dua nama Allah yaitu الْعَلِيُّ (Maha Tinggi) dan الْعَظِيمُ (Maha Besar).

- Bagian 2 akan mencerminkan bagian 8. Pada bagian 2 disebut bahwa Allah terus mengurus makhluk tanpa kantuk dan tidur. Bagian 8 menyebutkan, bagi Allah ﷻ mengurusi makhluk bukanlah hal yang berat.

- Keajaiban Al Quran juga tercermin dari kesesuaian antara bagian 3 dan 7. Bagian 3 menyebutkan bahwa pemilik bumi, langit dan segala isinya adalah Allah ﷻ. Bagian 7 menyebutkan, kursi singgasana-Nya meliputi langit dan bumi.

Berbeda dengan makhluk. Seorang manusia pemilik kekayaan di dunia, belumlah tentu ia seorang raja. Namun, Allah ﷻ adalah pemilik sekaligus Maha Raja bumi dan langit.

- Bagian 4 dan 6 adalah bagian yang saling berkesesuaian, keduanya mencerminkan sifat kekuasaan Allah ﷻ yang tidak terbatas. Bagian 4 menyebutkan segala sesuatu terjadi hanya karena izin-Nya. Bagian 6 menyebut, ilmu Allah hanya diberikan sesuai kehendak-Nya.

- Bagian 5 merupakan salah satu keajaiban linguistik yang Allahﷻ perlihatkan dalam Al Quran. Bagian ini menjadi ibarat cermin, isinya menyebutkan bahwa Allah ﷻ mengetahui segala sesuatu, baik yang di depan maupun yang di belakang segala hal.

Demikianlah keajaiban ayat kursi dilihat dari sisi linguistik.

Komposisi Al Quran seperti ini dikenal sebagai komposisi cincin. Banyak disebut oleh Nourman Ali Khan dalam ceramahnya. Kesesuaian antara bagian awal dan akhir dalam ayat kursi merupakan salah satu contohnya. Komposisi ini membentuk jalinan antara bagian awal dan akhir, demikian seterusnya sehingga membentuk pola seperti cincin.

Tidak hanya ayat kursi, komposisi cincin juga nampak pada surat Al Baqarah secara keseluruhan. Jika surat ini dibagi menjadi 9 bagian, maka.bagian awal akan saling mencerminkan bagian yang lain.

Pertengahan surat Al Baqarah juga ibarat sebuah cermin. Ayat 143 yang berada dipertengahan surat menjelaskan tentang kaum muslim sebagai kaum pertengahan serta menjelaskan perubahan antara dua arah kiblat yaitu dari Baitul Maqdis ke Mekah.

Bismillahi Rahmaani Rahiim

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمٰنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."
QS. Al-Baqarah 2: 143

Al Quran bukanlah sebuah buku biasa. Seorang penulis biasanya saat menulis sebuah buku mengikuti sebuah alur yang lurus. Pembukaan, isi atau bagian tengah buku, lalu kesimpulan akhir atau penutup. Namun, Al Quran bukanlah tulisan manusia. Kitab mulia ini memiliki struktur yang berbeda yang penuh hikmah yang hanya bisa diturunkan dari Sang Maha Mengetahui, Allah Subhanahu wa Taala.

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Jabbar


Al Jabbar- Maha Perkasa

Al Jabbar, Dialah Allah yang Maha Perkasa yang tak mampu ditandingi makhluk manapun. Hanya Dialah juga yang memiliki kemampuan memperbaiki segala sesuatu.

هُوَ اللَّهُ الَّذِى لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحٰنَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dialah Allah, tidak ada Rabb selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."
QS. Al-Hasyr 59: 23

Allah ﷻ adalah Sang Maha Esa yang mewajibkan makhluk-makhluk-Nya melakukan apa yang diinginkan-Nya. Bila kehendak manusia dikabulkan Allah, maka manusia itu boleh bertindak hanya atas izin-Nya.

وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَنْ يَشَآءَ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
"Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
QS. Al-Insan 76: 30

Kehendak Allah ﷻ diberlakukan kepada setiap orang, tapi sebaliknya tidak ada kehendak yang diberlakukan kepada-Nya.

لَا يُسْئَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْئَلُونَ
"Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya."
QS. Al-Anbiya 21: 23

Nama Jabbar kurang patut diberikan bagi manusia, bila dimaksudkan bukan sebagai hamba (Abdul Jabbar) tetapi sebagaj orang yang paling berkuasa. Seringkali penguasa tirani dijatuhkan oleh keperkasaan Allah.

الَّذِينَ يُجٰدِلُونَ فِىٓ ءَايٰتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطٰنٍ أَتٰىهُمْ ۖ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ ءَامَنُوا ۚ كَذٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلٰى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
"(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang."
QS. Ghafir 40: 35

Orang-orang sombong yang mengira dirinya paling perkasa karena kekuasaan pasa akhirnya akan putus asa.

وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ
مِّنْ وَرَآئِهِۦ جَهَنَّمُ وَيُسْقٰى مِنْ مَّآءٍ صَدِيدٍ

"Dan mereka memohon diberi kemenangan dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada Neraka Jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah."
QS. Ibrahim 14:15-16

Jabbar dapat berarti juga Yang memperbaiki urusan-urusan makhluk-Nya. Nabi Ibrahim alaihisallam, dalam Al Quran dijelaskan, mengatakan tentang Tuhan semesta alam:

الَّذِى خَلَقَنِى فَهُوَ يَهْدِينِ
وَالَّذِى هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
وَالَّذِى يُمِيتُنِى ثُمَّ يُحْيِينِ
"(yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),"
QS. Asy-Syu'ara' 26: 78-81

Siapa yang ingin bertemu dan merendahkan dirinya di hadapan yang Maha Perkasa, maka Allah akan senang bertemu dengannya.
Alhamdulillah

5 Ayat Kala Patah Hati






Kala dada terasa sempit dan putus harapan, ingatlah kelima ayat berikut:

Bismillahi Rahmaani Rahiim

Satu, "Sesudah kesulitan ada kemudahan".


إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"...sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
QS. Al-Insyirah 94:6

Imam Syafii memberi nasehat:

صَبرا جَميلا مَا أقرَبَ الفَرجا ... مَن رَاقَب اللَّهَ فِي الْأُمُورِ نَجَا ...
مَن صَدَق اللَّهَ لَم يَنَلْه أذَى ... وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا ...

"Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Barang siapa yang merasa dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah dalam semua urusan, niscaya ia akan selamat.
Dan barang siapa yang membenarkan janji Allah, niscaya tidak akan tertimpa oleh musibah. Dan barang siapa yang berharap kepada Allah, maka akan terjadilah seperti apa yang diharapkan."

Abu Hatim As-Sijistani membacakan bait-bait syair:

إِذَا اشْتَمَلَتْ عَلَى الْيَأْسِ القلوبُ ...وَضَاقَ لِمَا بِهِ الصَّدْرُ الرحيبُ ...
وَأَوْطَأَتِ الْمَكَارِهُ وَاطْمَأَنَّتْ ... وَأَرْسَتْ فِي أَمَاكِنِهَا الخطوبُ ...
وَلَمْ تَرَ لِانْكِشَافِ الضُّرِّ وَجْهًا ... وَلَا أَغْنَى بحيلته الأريبُ
أَتَاكَ عَلَى قُنوط مِنْكَ غَوثٌ ... يَمُنُّ بِهِ اللَّطِيفُ المستجيبُ ...
وَكُلُّ الْحَادِثَاتِ إِذَا تَنَاهَتْ ... فَمَوْصُولٌ بِهَا الْفَرَجُ الْقَرِيبُ ...

"Bilamana hati dipenuhi oleh rasa putus asa, dan dada yang luas menjadi terasa sempit, dan hal-hal yang tidak disukai datang menimpa diri, serta banyak musibah yang dialaminya, sehingga ia tidak melihat adanya celah untuk melepaskan diri dari bahaya yang sedang menimpa diri, dan tiada gunanya lagi semua upaya untuk menanggulanginya. Maka akan datanglah kepadamu pertolongan bila hatimu berserah diri kepada-Nya, yaitu pertolongan dari Tuhan Yang Maha Lembut lagi Maha Memperkenankan doa. Semua musibah apabila telah mencapai puncaknya pasti berhubungan langsung dengan jalan keluarnya yang tidak lama."

Dua, "Hati menjadi tentram dengan mengingat Allah."

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
QS. Ar-Ra'd 13: 28

Dzikir adalah makanan bagi jiwa.
Syaikh Abdurrahman As-Si’dy rahimahullah berkata:
“Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka diantara nikmat Allah atas orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah, Allah meneguhkan dan menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi kondisi ini dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap mampu menunaikan perintah Allah dalam kondisi sulit seperti ini pun. Maka bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.” (Taisir al Karim: 791)

Al-Mutanabbi, salah seorang penyair yang sangat terkenal dengan syair-syair indahnya, beliau mengatakan :

"Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi orang yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil."

Tiga, "Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu".

وَعَسٰىٓ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسٰىٓ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"... Dan boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
QS. Al-Baqarah 2:216

Ayat ini turun berkenaan dengan seruan berjihad di jalan Allah. Berjihad di jalan Allah merupakan pengorbanan terbesar dan mengandung banyak kebaikan. Hal ini juga bersifat umum mencakup semua perkara. Adakalanya seseorang mencintai sesuatu, sedangkan padanya tidak ada kebaikan atau suatu maslahat pun baginya. Pada bagian ayat disebut:

وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
"Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui".

Menurut Ibnu Katsir, "Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara daripada kalian, dan lebih melihat tentang hal-hal yang di dalamnya terkandung kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kalian. Maka perkenankanlah seruan-Nya dan taatilah perintah-Nya, mudah-mudahan kalian mendapat petunjuk."

Cucu Nabi Shallallahu Alaihi Wa sallam, Al Hasan bin‘Ali radhiyallahu‘anhuma berkata:

من اتكل على حسن اختيار الله له، لم يتمن شيئا. وهذا حد الوقوف على الرضى بما تصرف به القضاء

“Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)”

Empat, "Sesungguhnya Allah dekat dan mengabulkan doa."

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِى وَلْيُؤْمِنُوا بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
QS. Al-Baqarah 2:186

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»

“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At Tirmidzi).

Dari Anas bin Malik, katanya Nabi ﷺ senantiasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ

Allahumma Inni A’uudzu Bika Minal Hammi wal Hazani wal ‘Ajzi Wal Kasali Wal Bukhli Wal Jubni Wa Dhal’i ad-Daini Wa Ghalabatir Rijaal

"Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dan dari kekuasaan" ( HR Bukhari )

Lima, "Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu".

سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
"(sambil mengucapkan), Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu."
QS. Ar-Ra'd 13:24

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ

“Akan masuk surga suatu kaum yang hati mereka seperti hati burung.” (HR. Muslim

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi) 

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. 
Demikian kellima ayat tersebut, dan tentunya masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al Quran yang dapat menghibur kita karena ia adalah kitab pengobat jiwa.

Sebuah kata bijak mengatakan, "Engkau tidaklah patah hati, tetapi hanya sedang dipanggil untuk mengingat Allah ﷻ ".

Allahu'alam
Alhamdulillah

Asmaul Husna: Ar Raqib


Ar Raqib- Maha Pengawas

ۚإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

Allah ﷻ selalu mengawasi semua ciptaan-Nya. Tidak ada satu pun yang terlewat dari pengawasan-Nya.

وَكَانَ اللَّهُ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ رَّقِيبًا
"Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 52)

Allah ﷻ ibarat wali yang mempertahankan hukum-hukum-Nya serta melindungi orang-orang yang lemah dan tidak bersalah. Allah ﷻ selalu waspada, tak ada yang tersembunyi atau tidak diketahui.


يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 4)

Allah ﷻ senantiasa waspada, mendengar dan melihat, semua orang bertanggung-jawab kepada-Nya. Setiap hamba sudah seharusnya merasa takut akan amarah-Nya.


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۖ مَا يَكُونُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ أَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
"Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 7)


Selalulah mawas diri dalam tindak-tanduk dan motif perbuatan.

Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 31: Abu Aiyub Al-Anshari



Saat tiba di Madinah di waktu hijrah, Rasulullah ﷺ disambut sesak oleh kaum Anshar penduduk kota tersebut. Mereka berusaha mendapatkan hati Nabi ﷺ dan mencoba memegang tali kekang onta agar Beliau mau tinggal di tempatnya.

Rombongan Nabi ﷺ mula-mula sampai ke perkampungan Bani Salim bin Auf. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, tinggallah Anda bersama kami, bilangan kami banyak, persediaan kami cukup serta keamanan terjamin."

Rasulullah ﷺ menjawab kepada mereka yang berusaha memegang tali kekang ontanya itu, "Biarkanlah, jangan halangi jalannya karena ia hanya melaksanakan perintah."

Setelah itu, Nabi ﷺ melewati perumahan Bani Bayadhah, lalu ke kampung Bani Saidah, kemudian ke kampung Bani Harits ibnul Khazraj, sebelum akhirnya ke kampung Bani Adi bin Najjar. Setiap kali melewati kampung-kampung itu, penduduknya ingin meraih tali kekang onta agar Rasulullah ﷺ tinggal di sana.

"Lapangkanlah jalanya, karena ia terperintah... " Demikian Rasulullah ﷺ meminta penduduk memberi jalan onta beliau. Rasulullah ﷺ berdoa, "Ya Allah, tunjukkan tempat tinggalku, pilihkanlah untukku."

Maka ketika tiba di muka rumah Bani Malik bin Najjar, sang onta bersimpuh. Ia sempat bangkit untuk berkeliling sebentar di sekitar situ kemudian balik lagi lalu bersimpuh tetap dan tak beranjak di sana.

Seorang pria kemudian datang dengan wajah berseri-seri. Ia membawakan barang muatan Rasulullah ﷺ kemudian mengajaknya masuk ke dalam rumahnya. Maka Nabi ﷺ pun mengikuti. Pria itu adalah Abu Aiyub al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.

Pemukiman Sementara

Pertemuan Rasulullah ﷺ di muka rumah Abu Aiyub al-Anshari bukanlah kali pertama. Abu Aiyub al-Anshari merupakan penduduk Madinah yang turut serta dalam baiat Aqabah kedua, yaitu termasuk 70 orang yang berjanji setia kepada Rasulullah ﷺ.

Setelah onta Rasulullah ﷺ bersimpuh di muka rumah Abu Aiyub al-Anshari, Beliau tinggal di rumahnya sementara, sambil menunggu pembangunan masjid dan rumah Rasulullah ﷺ.

Abu Aiyub semula tidur di lantai bawah. Namun, karena Rasulullah ﷺ menginap di sana, maka ia pindah ke lantai atas. Abu Aiyub tak bisa tidur membayangkan dirinya sendiri berada di tempat yang lebih tinggi dari Nabi ﷺ. Maka Abu Aiyub meminta Rasulullah ﷺ untuk tidur di lantai atas bersama dengannya dan Beliau memperkenankan.

Turut Berjuang dalam Islam

Abu Aiyub al -Anshari adalah muslim pertama yang selalu turut berjuang bersama kaum Islam lainnya. Tak terlewat perang Badar, Uhud, maupun Khandaq. Ia selalu mengingat dan mengulang ayat:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجٰهِدُوا بِأَمْوٰلِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 41)

Hanya pernah satu kali ia tak turut dalam peperangan saat komandan khalifah mengangkat seorang pemuda yang ia kurang berkenan. Namun, hal itu selalu disesalinya.

Abu Aiyub berkata, "Tak jadi soal bagiku, siapa orang yang akan jadi atasanku." Setelah itu Abu Aiyub tak pernah absen berperang di bawah panji Islam.

Kala terjadi pertikaian antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, ia berada di pihak Ali tanpa ragu karena Ali adalah imam yang dibaiat kaum muslimin.

Saat Ali tiada karena terbunuh kemudian Muawiyah menjadi pemimpin, Abu Aiyub menyendiri dalam kezuhudan. Namun, ia tetap bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala dan dengan penuh ketaqwaan tetap memenuhi panggilan perang.

Suatu hari bala tentara Islam bergerak ke arah konstatinopel. Abu Aiyub pun berjuang ke sana, mengangkat pedang bersama kaum muslim lainnya.

Pada pertempuran di Konstatinopel inilah Abu Aiyub mengalami luka parah. Pemimpin pasukan kala itu, Yazid bin. Muawiyah menengoknya lalu bertanya, "Apa keinginan Anda ya Abu Aiyub?"

Pertanyaan Yazid bukan tanpa maksud kalau ia tidak akan melaksakannya. Tidak ada yang lain yang diinginkan Abu Aiyub al-Anshari selain menjemput kematian syahidnya. Ia ingin jasadnya dikebumikan di bumi garis terdepan tempat pertempuran kaum muslim.

Demikianlah Abu Aiyub al-Anshari, seorang pejuang Islam yang tak pernah sesaat pedangnya beristirahat demi agama yang diridhoi Allah Subhanahu wa Taala.

Abu Aiyub syahid di Konstantinopel dan dikuburkan di sana. Sungguh mencengangkan bahwa orang-orang Romawi kemudian menganggap kuburannya sebagaj pemakaman orang suci dan diziarahi, bahkan dijadikan makam perantara untuk meminta hujan kala musim kering.

Makamnya masih ada di sana. Tidak lagi beriringan dengan suara dentingan pedang. Namun, kapal-kapal telah berlabuh dan banyak orang telah singgah.

Keberadaan Abu Aiyub selalu mengingatkan sebuah hadist Rasullullah ﷺ yang selalu diingatnya dalam hati:

"Bila engkau sholat, maka sholatlah seolah-olah yang terakhir atau hendak berpisah. Jangan sekali-kali mengucapkan kata-kata yang menyebabkan engkau harus meminta maaf. Lenyapkanlah harapan terhadap apa yang berada di tangan orang lain."

Apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya pasti akan terwujud. Salam untukmu Abu Aiyub al-Anshari. Salam untukmu para syuhada. Semoga Allah Subhanahu wa Taala meridhoimu.

Alhamdulillah

Kisah Sahabat lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW

Asmaul Husna: Al Mu'min



Al Mumin - Maha Pemberi Keamanan


هُوَ اللَّهُ الَّذِى لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ
"Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniani Keamanan..."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 23)

Allah ﷻ adalah pemberi rasa aman. Hanya dengan berlaku setia kepada-Nya seseorang dapat sungguh-sungguh merasa aman dan tidak takut.

وَكَيْفَ أَخَافُ مَآ أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا ۚ فَأَىُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk menyekutukan-Nya. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"
(QS. Al-An'am 6: Ayat 81)

Rasa aman berwujud dalam bentuk kedamaian dalam hati sebagai hasil dari keyakinan.

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوٓا إِيمٰنَهُمْ بِظُلْمٍ أُولٰٓئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 82)

Allah ﷻ akan mengukuhkan hati mereka yang memiliki keimanan dengan rasa damai dan aman, tidak mengalami derita dan siksaan.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُونَ

"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
(QS. An-Nur 24: Ayat 55)

وَلَمَّا رَءَا الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّآ إِيمٰنًا وَتَسْلِيمًا

"Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 22)

Seorang mumin membuat orang lain merasa aman dari perkataan dan tingkah-lakunya.

Alhamdulillah

Ucapan yang Selalu Dicatat



Sudahkah kita menjaga segala ucapan kita? Baik yang kita ucapkan melalui lisan, ataupun yang kita katakan melalui tulisan? Karena, semuanya akan dicatat para malaikat yang setiap saat mendampingi kita.

Menulis ulang Al Quran  surat ke 50  Qaf ayat 16-18

Bismillahi Rahmaani Rahiim

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (16) (yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (17) Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (18)
Shidaqollahul'adziim

Pada riwayat Ahmad, dari Bilal ibnul Haris Al-Muzani r.a bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda:

"إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا (سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ".

"Sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang diridai oleh Allah ﷻ . tanpa diduganya dapat menghantarkan kepada kedudukan yang diraihnya hingga Allah mencatatkan baginya keridaan dari-Nya untuk dia, berkat kalimat itu hingga hari ia menghadap kepada-Nya. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat yang membuat Allah ﷻ. murka tanpa diduganya dapat menjerumuskan dirinya ke dalam kemurkaan-Nya, hingga Allah ﷻ. mencatatkan kemurkaan-Nya terhadap dia disebabkan kalimat itu hingga hari ia menghadap kepada-Nya."

Pada kitab tafsirnya, Ibnu Katsir juga menceritakan, bahkan Imam Ahmad, bahwa ia merintih di saat sakitnya, lalu disampaikan kepadanya berita dari Tawus yang mengatakan bahwa malaikat pencatat amal perbuatan menulis segala sesuatu hingga rintihan. Maka sejak saat itu Imam Ahmad tidak merintih lagi sampai ia meninggal dunia, rahimahullah.

Sudahkah kita memperbaiki segala perkataan kita, baik secara lisan maupun tulisan karena semuanya akan dicatat dan dipertanggung-jawabkan?

Allahu'alam
Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Hakim



Al Hakim - Maha Bijaksana

  إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
QS. At-Taubah 9:t28


Kebijaksanaan adalah intisari dari ilmu pengetahuan,  semuanya milik Allah ﷻ. Rancangan Allah ﷻ dalam penciptaan alam begitu sempurna tanpa cela, Semua memiliki tujuan. Kebijaksanaan-Nya dalam bentuk penciptaan yang begitu akurat,  menghasilkan keseimbangan dan keselarasan.

ذٰلِكَ عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهٰدَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
الَّذِىٓ أَحْسَنَ كُلَّ شَىْءٍ خَلَقَهُ ۥ   ۖ  وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسٰنِ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ ۥ  مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّآءٍ مَّهِينٍ
ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ  ۖ  وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۚ  قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

"Yang demikian itu, ialah Rabb yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
As-Sajdah 32:6-9


Kebijaksanaan Allah ﷻ meliputi kebenaran sehingga tak mungkin manusia menyangkalnya.

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَآءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لٰعِبِينَ
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main."
QS. Al-Anbiya 21: 16


Allah ﷻ adalah sumber kebijaksanaan.  Siapa di antara manusia yang mendaoat hidayah untuk bijkasana dalam hidupnya adalah benar-benar mereka yang telah beroleh rahmat.

يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ  ۚ  وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا  ۗ  وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."
QS. Al-Baqarah 2: 269

Kata Al Hakjm banyak sekali ditemui dalam Al Quran,  sebagai tanda salah satu nama-Nya yang utama. Kebijaksanaan Allah ﷻ dituangkan dalam kitab mulia Al Quran yang didalamnya terdapat banyak hikmah.

ذٰلِكَ مِمَّآ أَوْحٰىٓ إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ  ۗ  وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلٰهًا ءَاخَرَ فَتُلْقٰى فِى جَهَنَّمَ مَلُومًا مَّدْحُورًا
"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Rabb kepadamu (Muhammad). Dan janganlah engkau mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, nanti engkau dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela dan dijauhkan (dari rahmat Allah)."
QS. Al-Isra' 17: 39


إِنَّ هٰذِهِۦ تَذْكِرَةٌ  ۖ  فَمَنْ شَآءَ اتَّخَذَ إِلٰى رَبِّهِۦ سَبِيلًا 
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَنْ يَشَآءَ اللَّهُ  ۚ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Sungguh, (ayat-ayat) ini adalah peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) tentu dia mengambil jalan menuju Tuhannya. Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
QS. Al-Insan 76: Ayat 29-30


Termasuk kebijaksanaan dalam bertindak yaitu tidak terlalu mencintai dunia.


Alhamdulillah

Siapa yang Allah ﷻ Cintai



Al Quran menyebutkan setidaknya ada enam macam orang-orang yang dicintai Allah ﷻ. Siapa saja orang yang dicintai Allah ﷻ itu? Allah mencintai:

1. Orang yang bertaqwa

بَلٰى مَنْ أَوْفٰى بِعَهْدِهِۦ وَاتَّقٰى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

"Sebenarnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa."
QS. Ali 'Imran 3: 76

2. Orang yang berbuat kebaikan.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكٰظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ  ۗ  وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."
QS. Ali 'Imran 3: 134

3. Orang yang sabar

وَكَأَيِّنْ مِّنْ نَّبِىٍّ قٰتَلَ مَعَهُ ۥ  رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَآ أَصَابَهُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا  ۗ  وَاللَّهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِينَ

"Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
QS. Ali 'Imran 3: Ayat 146

4. Orang yang bertawakal

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ  ۖ  وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ  ۖ  فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ  ۖ  فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ  ۚ  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
QS. Ali 'Imran 3:159

5. Orang yang berlaku adil

لَّا يَنْهٰىكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقٰتِلُوكُمْ فِى الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِّنْ دِيٰرِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوٓا إِلَيْهِمْ  ۚ  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."
QS. Al-Mumtahanah 60: 8

6. Orang yang berperang di jalan Allah

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيٰنٌ مَّرْصُوصٌ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."
QS. As-Saff 61: 4

Semoga menjadi petunjuk bagi kita.  Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.


Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Wadud



Al Wadud - Maha Mencintai

وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ
"Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,"
QS. Al-Buruj 85:14


Wudd asal kata wadud artinya 'cinta yang tersuci dan terindah'.  Antara Allah   ﷻ dengan hamba-hamba-Nya yang setia terdapat banyak sekali rasa saling mencintai. 

يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya... 
QS. Al-Ma'idah 5:54


Untuk mendapatkan cinta-Nya yang berharga itu caranya adalah dengan mengikuti ajaran Nabi Muhammad .

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ  ۗ  وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
QS. Ali 'Imran 3: 31


Orang-orang yang mencintai Allah ﷻ akan melakukan perbuatan baik sebagaimana diperintahkan dalam wahyu-Nya.

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا

"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka)."
QS. Maryam 19: 96


Apabila seseorang dicintai Allah ﷻ, ia akan diangkat kedudukannya dalam derajat yang istimewa. Perbuatannya senantiasa akan diridhoi oleh-Nya.

عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّـهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ : مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِيْ يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِيْ يَمْشِيْ بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِيْ لَأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِـيْ لَأُعِيْذَنَّهُ».

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” HR Bukhari

Hamba kesayangan Allahﷻ adalah mereka yang berkarakter paling baik


Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 30: Abdurrahman bin Auf





Pada suatu hari,  Abdurahman bin Auf datang bersama kafilahnya ke Madinah.  Ia membawa 700 kendaraan bersamanya,  semuanya berisi barang muatan berharga hasil perniagaan ke Syam, nama lain Suriah.

Hal ini membuat kehebohan di kota Madinah.  Kendaraan kafilahnya membuat debu pasir berterbangan dan orang-orang mengerumuni,  termasuk ummul mukminin,  Aisyah ra.

"Apakah yang terjadi di kota Madinah?" tanya Aisyah.  Orang-orang menjawab hal itu dikarenakan kedatangan Abdurrahman bin Auf.

"Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini? " tanya Aisyah lagi. Orang-orang membenarkan.

Aisyah ra kemudian teringat ucapan yang pernah didengarnya dari Rasulullah :
"Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan."

Belum lagi Abdurrahman bin Auf melepaskan semua muatan dari 700 kendaraan perniagaannya,  ia telah mendatangi Ummul Mukminin Aisyah ra,  kemudian katanya,  "Anda telah mengingatkanku pada sebuah hadist yang tak pernah kulupakan (hadist bahwa ia masuk surga secara perlahan)."

Abdurrahman bin Auf kemudian berkata lagi kepada Aisyah, "Dengan ini aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi saksi bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya,  aku persembahkan di jalan Allah azza wajalla."

Setelah itu semua hasil perniagaan berikut kendaraan  dan perlengkapannya dibagikan kepada semua penduduk Madinah.

Demikianlah Abdurrahman bin Auf, tak ada perhitungan keuntungan baginya, selain keuntungan di jalan Allah Subhanahu wa Taala.

Termasuk Golongan Muslim yang Pertama

Abdurrahman bin Auf adalah muslim yang pertama dalam Islam,  bahkan sebelum Rasulullah   berdakwah secara diam-diam di rumah Arqam. Ia adalah salah seorang dari 8 yang paling awal masuk Islam.

Sejak masuk Islam sampai meninggalnya di usia 75 tahun,  Abdurrahman bin Auf adalah bagian yang tak terpisahkan dalam sejarah perjuangan Islam. Nabi mengatakannya sebagai satu dari 10 muslim pertama yang masuk surga. Ia termasuk calon khalifah yang dipilih oleh Umar bin Khattab sepeninggal Rasulullah . Umar mengatakan,  "Rasulullah wafat dalam keadaan ridha kepadanya."

Ia mengalami penyiksaan dan penderitaan kala baru masuk Islam. Kemudian Rasulullah memerintahkannya berhijrah ke Habsyi lalu kembali ke Mekah. Ia kembali lagi ke Habsyi sebelum akhirnya turut berhijrah ke Madinah.

Hartawan yang Pandai Berniaga

Abdurrahman bin Auf sangat pandai berniaga dan seringkali memperoleh keuntungan. Sampai-sampai tanpa bermaksud menyombongkan diri,  ia berkata,  "Sungguh kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu,  niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak."

Apabila tidak sedang sholat di masjid atau pergi berperang, ia akan sibuk mengurusi perniagaan. Usahanya meliputi daerah Mesir dan Suriah dengan barang-barang dagangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk negeri.

Ia juga sangat pandai bergaul. Suatu hari Rasulullah mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan salah seorang penduduk Madinah,  Saad bin Rabi.

Saad berkata,  "Saudaraku,  aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silahkan pilih separuh hartaku dan ambillah dan aku mempunyai dua orang istri,  coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda,  akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperistrinya."

Demikianlah penawaran Saad kepada Abdurrahman.  Abdurrahman bin Auf hanya menjawab, "Moga-moga Allah memberkati anda,  istri dan harta anda. Tunjukkanlah letak pasar agar aku dapat berniaga."

Pada suatu hari Rasulullah bersabda:

"Wahai Ibnu Auf,  anda termasuk golongan orang kaya dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah akan mempermudah langkah anda."

Setelah mendengar Rasulullah , Abdurrahman bin Auf selalu menyediakan hartanya di jalan Allah. Suatu hari ia menjual 40 ribu dinar,  kemudian uang itu dibagi-bagikan semua untuk keluarganya dan Bani Zuhrah, untuk para istri nabi serta fakir miskin.

Ia juga menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan balatentara Islam. Pada hari lain ia menyerahkan 1500 kendaraan. 

Menjelang wafatnya ia berwasiat bagi setiap orang yang ikut perang Badar dan masih hidup, masing-masing 400 dinar,  sehingga Utsman bin Affan ra yang terbilang kaya juga mengambil bagian dari wasiat itu.

Utsman mengatakan, "Harta Abdurrahman bin Auf halal lagi bersih dan memakan harta itu membawa selamat dan berkah."

Kelapangan harta yang diberikan Allah kepada Abdurrahman bin Auf tak pernah ia nikmati sendiri. Ia akan membagi hartanya menjadi tiga bagian. Sepertiga sebagai pinjaman bagi penduduk Madinah,  sepertiganya lagi untuk membayar utang-utang mereka dan sepertiga sisanya dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada penduduk.

Pada suatu hari,  dihidangkan orang kepadanya hidangan makanan. Saat melihatnya,  ia menjadi kurang berselera dan berkata:

"Mushab bin Umair telah gugur sebagai syahid,  ia seorang yang jauh lebih baik dariku. Ia hanya mendapat kafan,  sehelai burdah, jika ditutupkan ke kepalanya nampaklah kakinya. Jika ditutup kedua kakinya terbuka kepalanya.

Demikian pula Hamzah yang lebih baik dariku.  Ia pun gugur sebagai syahid dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya dan telah diberikan pula kepada kami hasil yang sebanyaknya. Sungguh aku khawatir kalau-kalau telah didahulukan pahala kebaikan bagi kami."

Pada kesempatan lain, Abdurrahman bin Auf mengundang sahabat jamuan makan di rumahnya. Tak lama setelah hidangan disuguhkan,  Abdurrahman bin Auf menangis. Orang-orang pun bertanya kepadanya, lalu dijawab:

"Rasulullah telah wafat dan tak pernah beliau berikut ahli rumahnya sampai kenyang makan roti gandum,  apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan bagi kita?"

Orang-orang mengenal Abdurrahman bin Auf sangat rendah hati sampai ada yang mengatakan, "Seandainya seorang asing yang belum pernah mengenalnya kebetulan melihatnya sedang duduk-duduk bersama pelayan-pelayannya,  niscaya ia tak akan sanggup membedakannya di antara mereka."

Tak banyak orang perhatikan,  bagaimana perjuangan seorang Abdurrahman bin Auf di medan perang.  Terdapat 20 bekas luka yang salah satunya meninggalkan cacat pincang yang tak sembuh-sembuh pada salah satu kakinya. Belum lagi giginya yang rontok sehingga bicaranya cadel. Itulah peninggalan yang didapatnya dari perang Uhud.

Harta kekayaan yang dimilikinya tak menjadikannya tergiur kekuasaan karena ingin melindungi hartanya. Saat khalifah Umar bin Khattab meninggal dunia,  ditunjuklah enam orang calon pengganti kepemimpinan,  salah satunya Abdurrahman bin Auf. Tetapi saat semua orang menunjuknya,  ia berkata:

"Demi Allah,  daripada aku menerima jabatan tersebut, lebih baik ambil pisau lalu taruh ke atas leherku, kemudian kalian tusukkan sampai tembus ke ssbelah."

Setelah menyatakan ketidaksediaannya,  Abdurrahman bin Auf kemudian ditunjuk oleh kelima calon yang lain untuk memilih siapa khalifah selanjutnya. 

Ali.bin Abi Thalib mengatakan, "Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda bahwa anda adalah orang yang dipercaya oleh penduduk langit dan dipercaya pula oleh penduduk bumi." Maka dipilihlah oleh Ibn Auf yaitu Utsman bin Affan sebagai khalifah.

Dimakamkan Dekat Sahabat

Saat Abdurrahman bin Auf mulai sakit dan tergolek lemah, telah dirasakannya ajal sepertinya akan segera menjemput,  Ummul Mukminin, Aisyah ra,  mengunjunginya. Ia menawarkannya untuk dikuburkan dalam pekarangan rumahnya,  dekat makam Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq.

Namun,  Abdurrahman bin Auf menolak karena ia telah berjanji pada seorang sahabatnya,  Utsman bin Madhun. Janjinya,  jika salah seorang meninggal dunia,  maka sahabat yang lain dikuburkan didekatnya.

"Sesungguhnya aku khawatir dipjsahkan dari sahabat-sahabatku karena kekayaanku yang melimpah ruah."

Senyuman tipis mengiringi kepergian roh dari jasad yang ikhlas. Sebagaimana sabda Nabi , "Abdurrahman bin Auf dalam surga." Tak terlupakan bagi roh tersebut sebuah firman Allah ﷻ:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَآ أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَآ أَذًى  ۙ  لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." Quran Al-Baqarah 2:262

Salam untukmu Abdurrahman bin Auf, semoga ridho dan kasih sayang Allah ﷻ selalu dilimpahkan untukmu.



Alhamdulillah

Kisah Sahabat lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW