10 Manfaat Menahan Lapar

Shaum menahan lapar. Tidak hanya shaum, sebagian manusia hidup dengan sederhana dan sehari-harinya terbiasa dengan makanan secukupnya dan menahan lapar. Rasulullah SAW mencontohkan kehidupan seorang mukmin dengan sedikit makan, sedikit tertawa dan ridho dengan kesederhanaan pakaiana. Apa manfaatnya menahan lapar bagi kita?

Satu, menahan lapar menyucikan hati, menerangi naluri dan menajamkan kecerdasan. Sesungguhnya rasa kenyang itu mewariskan kebodohan, membutakan hati dan memperbanyak uap air di dalam otak serta tak ubahnya mabuk yang menutupi sumber-sumber pemikiran sehingga hati kesulitan menjalankan fungsi dalam berpikir dan memahami segala sesuatu dengan cepat.

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kamu tidak banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” HR Tirmidzi dan Ibn Majah

Lukman berkata pada anaknya, “Hai anakku, jika perut kenyang, akal akan tertidur, kebijaksanaan akan membeku, dan anggota badan menjadi enggan melaksanakan ibadah.”

Kedua, melunakkan dan menjernihkan hati yang menjadikannya siap merasakan kebahagiaan bermunajat kepada Allah dan mendapat faedah dari mengingatNya. Abu Sulaiman berkata, ketika lapar dan haus, ia menjadi jernih dan lunak, tetapi ketika kenyang ia menjadi buta dan keras.

Ketiga, tumbuhnya rasa malu, sikap rendah hati dan hilangnya rasa cinta terhadap kemegahan, kegembiraan dan pola hidup bersenang-senang, yang menjadi sumber sikap melampaui batas dan lalai terhadap Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak, bahkan aku ingin berpuasa satu hari, dan berbuka satu hari. Maka jika aku lapar, aku bersabar dan seandainya aku kenyang, aku akan bersyukur.” HR Ibn Hanbal dan Tirmidzi.

Keempat, bahwa orang yang menjadi tidak lupa terhadap cobaan maupun azab Allah dan tidak menelantarkan orang-orang yang tertimpa musibah. Melalui rasa hausnya, ia akan mengingat rasa haus yang dirasakan oleh manusia di padang Masyar dan melalui rasa laparnya ia akan mengingat rasa lapar diderita pada penghuni neraka.  Sesungguhnya sebaik-baik cobaan yang harus dialami adalah rasa lapar.

Kelima, menaklukkan nafsu berbuat maksiat dan mengalahkan jiwa yang selalu memerintahkan pada kejahatan. Pangkal perbuatan maksiat adalah nafsu dan tenaga yang bersumber dari makanan.
Aisyah ra berkata, bidah pertama yang akan terjadi setelah Rasulullah SAW wafat adalah rasa kenyang. Sesungguhnya jika suatu kaum makan hingga perut mereka kenyang, nidcaya nafsu mereka akan menenggelamkan mereka ke dalam kesenangan duniawi.

Keenam, mencegah rasa ingin tidur dan membiasakan tidak tidur di malam hari. Orang yang perutnya kenyangan akan minum banyak dan orang yang banyak minum tidurnya akan banyak pula. Usia adalah permata paling berharga dan menjadi modal bagi seorang hamba dalam berniaga, tidur laksana kematian. Banyak tidur berarti menghabiskan umur.

Ketujuh, mempermudah ketekunan dalam menjalankan ibadah. Seseorang memerlukan waktu untuk makan, dan tentu saja membutuhkan waktu untuk membeli dan memasaknya. Belum lagi kalau sering makan, perlu waktu untuk mencuci tangan, membersihkan gigi dan sering ke kamar kecil karena banyak minum. Orang yang banyak makan, lebih sulit mempertahankan wudhunya untuk beritikaf di masjid.

Abu Sulaiman Al Darani mengemukakan enam macam perkara yang diakibatkan rasa kenyang. Hilangnya rasa manis bermunajat kepada Allah SWT, terhalangnya daya ingat terhadap hikmah Ilahi, kurang menaruh belas kasihan kepada orang lain, enggan beribadah menguatnya hawa nafsu dan lebih sering mengellilingi tempat membuang hajat daripda berada di masjid.

Kedelapan, banyak makan mengurangi kesehatan dan penyakit tubuh. Faktor utama penyebab penyakit adalah banyaknya makanan yang masuk dalam tubuh. Penyakit akan menghalangi pelaksanaan ibadah. Belum lagi diperlukan uang untuk berobat jika sakit. Obat utama yang tidak mengandung efek samping adalah, tidak makan kecuali telah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Perut dibagi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas.

Kesembilan, sedikit makan meringankan biaya hidup. Sahl ra berkata, orang rakus dicela dalam tiga perkara, jika dia termasuk ahli ibadah dia akan menjadi malas, jika seorang pengusaha akan selalu didera oleh kerugian, dan jika punya penghasilan sendiri dia tidak akan menyerahkan hak Allah. Mereka yang biasa hidup dan makan sederhana disebutkan Allah, “Orang yang tidak dibuat lalai oleh perniagaan duniawi dari mengingat Allah.” QS Nur 37

Kesepuluh, tumbuhnya kebiasaan mendahulukan kepentingan orang lain dan bersedekah kepada anak-anak yatim, miskin dan yang membutuhkan. Firmah Allah dalam surat Al Ahzab 72:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Salah satu amanat yang dipikul manusia dalam ayat tadi termasuk menyedekahkan kelebihan makanan kepada kaum miskin agar orang itu dapat menabung pahala. Al Hasan, seorang sholeh generasi muslim abad kedua, pernah berkata,” Demi Allah, dulu aku pernah mengenal orang-orang yang melewati malam dengan makanan ang cukup jika mereka ingin memakan semuanya. Tetapi salah seorang di antara mereka berkata, demi Allah aku tidak akan memasukkan semua ini ke dalam perutku sebelum aku menyerahkan sebagiannya kepada Allah.”

Demikian. Disarikan dari buku Imam Al Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa.
Alhamdulillah

Rasa Lapar di atas Rasa Kenyang

Assalamu’alaikum Saudara saya yang dirahmati Allah SWT. Saat Ramadan tak ada hidangan di atas piring kita pada siang hari. Namun, bagi sebagian kita, bisa jadi orang yang kita kenal, atau tidak. Setiap hari adalah Ramadan. Tak pernah cukup hidangan tersaji di piring setiap harinya.

Rasulullah SAW dan keluarganya.

Sedikit makan
Sedikit tertawa
Ridho dengan kesederhaan pakaian

Demikian diajarkan Nabi kita. Banyak riwayat disebutkan Imam Bukhari dalam hadist-hadistnya mengenai kesahajaan hidup Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Beliau terbiasa menahan lapar, demikian pula keluarganya. Saat menahan lapar di bulan Ramadan, bisakah kita bayangkan kesederhanaan kehidupan Rasulullah SAW itu?

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Keluarga Nabi Muhammad SAW tidak pernah kenyang dengan makanan selama tiga hari sejak tiba di Madinah, hingga beliau wafat.”

Telah bercerita Qatadah ia berkata, “Suatu hari kami berada di sisi Anas dan saat it ia mempunyai pembuat roti, maka ia pun berkata, Nabi SAW tidak pernah makan roti yang empuk dan tidak pula kambing yang dipanggang.”

Orang mukmin adalah mereka yang biasa menahan lapar.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin itu hanya makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.”

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sekalipun. Bila ia berselera maka beliau memakannya dan bila tidak suka maka beliau meninggalkannya.”
Pada riwayat Ibnu Majah, Beliau Nabi  SAW bersabda, “Tidaklah pernah seorang anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Oleh karena itu, cukuplah bagi anak Adam beberapa suap kecil yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika dia tidak mampu dengan ini, hendaklah diisinya dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan hendaklah sepertiga lagi untuk nafasnya.”

Mereka yang Menegakkan Negeri-Negeri

Dalam sebuah hadist yang panjang diriwayatkan Usamah ibn Zaid dan Abu Hurairah disebutkan tentang keutamaan rasa lapar, ketika Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya manusia yang paling dekat kepada Allah SWT pada hari kiamat adalah orang yang sering merasa lapar, haus dan sedih di dunia ini, orang yang penuh kasih sayang dan bertaqwa kepada Allah, yang ketika hadir mereka tidak dikenal, dan ketika pergi mereka tidak dicari orang. Akan tetapi, bumi mengenal mereka dan para malaikat surga menolong mereka.

Orang lain merasa bahagia dengan dunia, sedangkan mereka merasa bahagia dengan ketaatan kepada Allah SWT. Orang-orang lain tidur dengan kasur empuk, mereka tidur dengan menopang kening dan lututnya. Orang lain menyia-nyiakan amal dan akhlaq para nabi, sedangkan mereka melestarikannya. Bumi menangisi kepergian mereka, dan Allah memurkai setiap negeri yang tidak seorang pun dari mereka menetap di sana.

Mereka tidak tergiur kepada dunia laksana anjing tergiur melihat bangkai. Mereka hanya makan seperlunya, sekadar dapat menyambung nyawa, mengenakan pakaian bertambal, kusut dan kepala berdebu. Orang-orang yang melihatnya mengira bahwa mereka sakit. Namun, sesungguhnya tidak ada penyakit pada diri mereka. Dikatakan bahwa mereka ‘gila’, mereka tidaklah gila. Namun, orang-orang melihat dari mereka tertambat ketentuan Allah, yang telah membuat mereka mengenyahkan dunia.

Di kalangan penduduk dunia, mereka dianggap berjalan tanpa akal. Tetapi justru merekalah yang berakal ketika akal manusia lainnya hilang. Bagi mereka kemuliaan di akhirat.

Hai Usamah, jika engkau melihat mereka di sebuah negeri, ketahuilah olehmu bahwa mereka adalah pelindung penduduk negeri itu, sebab Allah tidak akan menurunkan azab atas suatu kaum selama mereka ada di tengah-tengah kaum itu. Bumi mencintai mereka dan Yang Maha Perkasa meridhoi mereka. Oleh karena itu, jadikanlah mereka saudaramu, agar melalui mereka engkau beroleh keselamatan. Dan jika engkau ingin agar kematian menjemputmu saat perutmu kosong dan hatimu haus. Lakukanlah karena dengan demikian sesungguhnya engkau telah mencapai derajat yang mulia, bersama para nabi. Para malaikat pun bergembira menyambut kedatangan ruhmu, sedangkan Dia yang Maha Perkasa bershalawat kepadamu.” (Ibn Handal, Zuhd, Zabidi VII, 388)

Firman Allah: Bismillahi Rahmaani Rahiim

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” QS Al Baqarah 155-156



Alhamdulillah

Tanda-Tanda Kekuasaan Allah SWT


Innaloha ala kuli syai'in qodiir. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Untuk menjelaskan kekuasaanNya Allah mencantumkannya dalam Al Quran. Salah satunya dalam surat  ke 30 Ar Ruum 21-26.  Berikut adalah ayatNya tentang  tanda-tanda kekuasaan Allah itu.

Bismillahi Rahmani Rahiim

Wa min aayaatihii… tentang diri kita

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (20)

Wa min aayaatihii…tentang pasangan kita

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (21)

Wa min aayaatihii…tentang keturunan kita

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (22)

Wa min aayaatihii…tentang usaha kita

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (23)

Wa min aayaatihii…tentang harapan kita

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.” (24)

Wa min aayaatihii…tentang kematian kita

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” (25)

Kelima ayat tersebut diawali dengan kata-kata yang sama…wa min aayaatihii…dan di antara tanda-tanda kekuasannya.

Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaanNya sepanjang hidup kita. Semenjak kita lahir (20), lalu manusia itu berpasangan dan beranak-pinak (21) sehingga muncullah berbagai macam suku, bangsa dan bahasa manusia yang berada di bumi (22). Sepanjang waktu hidup kita itu, kita bekerja untuk menghidupi keberadaan kita (23) dan kita diberinya rezeki yang banyak (24). Sampai akhirnya, tanda-tanda kekuasaan Allah SWT menaungi kematian kita dan kebangkitan dari kubur di hari kiamat (25).

Sesungguhnya Allah SWT ada dalam seluruh perjalanan hidup setiap manusia di bumi. Semenjak lahirnya, matinya dan dibangkitkan kembali. Allah Maha Indah dan dengan begitu indah serta teraturnya menggambarkan alur hidup manusia dalam urutan kelima ayat tersebut. Mengingatkan kita saat lupa akan keberadaan diri kita sendiri.

Sesungguhnya tanda-tanda keberadaan Allah itu ada di sekitar kita. Saat melihat diri kita sendiri, keluarga atau anak-anak. Saat sedang sempit atau lapang mengais rezeki, saat hujan dan buah-buahan tumbuh, saat ditinggal mati orang yang kita kasihi,  saat kita sakit dan suatu hari In sya Allah saat kita akan pergi meninggalkan dunia.

Dan Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.QS An Nahl 16:17

Sungguh kita bukanlah apa-apa di hadapan sang Pencipta. Pada akhir kelima ayat surat Ar Rum itu, Allah melanjutkan firmanNya sebagai penjelas akan semua tanda-tanda kekuasanNya itu. Bahwa kita bukanlah siapa-siapa, tidaklah memiliki apa-apa, tapi semua adalah milik Allah SWT.

“Kepunyaan-Nya-lah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.” QS Ar Ruum 26

Maka…

“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata:

“Ya Rabbi, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Qs Ali Imran 2:191


Yaa Allah, ya Khaliq…
Tidaklah Kau ciptakan semua ini dengan sia-sia…


Alhamdulillah

Empat Kunci Sukses


Sukses bukanlah kaya materi. Sukses berarti bisa menjalankan hidup di dunia dengan benar sehingga masuk ke akhirat dan mendapat tempat yang diridhoi Allah. Hidup manusia di dunia hanya sebentar dan sebatas tempat persinggahan.

Allah bertanya, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu benar-benar mengetahui.” QS Al Mu’minun 112-114

Kunci sukses adalah keyakinan. Rasulullah SAW bersabda, sebaik-baiknya  yang tertanam di dalam hati adalah keyakinan. Islam mengenal rukun iman sebagai pedoman keyakinan yang harus kita amalkan sehari-harinya. In sya Allah, ada lagi empat kunci sukses berupa keyakinan agar kita bisa hidup di dunia sesuai aturan Allah SWT:

Satu, Keyakinan akan adanya akhirat.

Sudah banyak dikisahkan Al Quran, orang-orang yang diazab jaman pada zaman dahulu, selalu meminta bukti akan kebenaran yang dibawa para Rasul Allah. Tetapi hati mereka tetap saja tidak yakin. Mereka diingatkan bahwa akan ada kehidupan akhirat semata untuk kebaikan mereka sendiri, tetapi mereka tetap saja tidak yakin. Bukan berarti orang-orang yang diazab Allah itu tidak berakal atau bodoh. Tetapi ketidakyakinan merekalah serta godaan setan yang telah membuat mereka seperti itu. Maka apabila kita telah memiliki keyakinan seyakin-yakinnya akan adanya akhirat, berarti Allah telah menaungi hati kita dengan petunjuk iman dan kita patut bersyukur sebesar-besarnya.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. QS Asy Syams 9-10

“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk.” QS An Nahl 60

Maka sudahkah kita yakin akan kehidupan akhirat itu? Apa yang kita lakukan untuk memasuki kehidupan itu? Perbuatan yang menghalangi kita memasuki akhirat yang baik (surga) pastilah akan ditinggalkan. Sombong, riya, takabur, oportunis atau menilai segala sesuatu keberhasilan hanya sebatas materi atau uang, kikir, zalim adalah beberapa diantara perbuatan yang harus ditinggalkan.

“Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri.” QS Al Israa 7

“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakan untuk (kemudharatan) dirinya sendiri.” Qs An Nisaa 111

Maka banyak kita lihat orang-orang yang tak meyakini akan adanya akhirat mengisi hidupnya di dunia seenak dirinya sendiri tanpa mengindahkan aturan yang Allah SWT berikan bahkan memain-mainkan aturan itu.

“Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari azab kami?” Qs Al Ankabut 4

Dua, Keyakinan akan mati

Semua orang sudah tahu bahwa suatu waktu akan mati. Tapi banyak yang yakin bahwa kematian itu pasti masih akan lama terjadinya. Siapa yang tahu kalau kita akan mati besok? Atau dua jam lagi? Atau beberapa menit lagi? Semua orang tahu akan mati, tapi malah mencintai dunia melebihi kematian itu.

“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu.” QS Lukman 33

Tengoklah Khalifah Umar bin Khatab yang sedang menambal baju saat seorang bertanya padanya, “Wahai Umar, tambalan apa yang begitu tidaklah akan tahan lama.” Maka Umar menjawab, “Apakah umurku akan lebih panjang daripada umurnya (umur baju itu)?”

Ketiga, Keyakinan akan adanya setan.

Setan membuat kita merasa apa yang kita perbuat itu bagus. Padahal perbuatan itu salah. Seseorang harus yakin bahwa ia telah membentengi dirinya dari gangguan setan. Caranya adalah mengikuti petunjuk dalam Al Quran dan meneladani Rasulullah SAW melalui sunnahnya.  Selalu introspeksi diri, bercermin akan perbuatannya sendiri, dan menanyakan apakah yang diperbuat sudah benar sebenar-benarnya sesuai kehendak Allah SWT.  

Untuk sukses menjalani aturan Allah SWT, harus memiliki keyakinan bahwa setan selalu menggoda, baik itu dengan cara mengiming-imingi dengan hal yang lebih bagus dari aturan Allah SWT atau godaan dengan rasa takut dan was-was. Semata-mata tujuannya agar manusia tergelincir dan berbuat salah.

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu.” QS Faathir 6.

Keempat, Keyakinan bahwa kehidupan di dunia adalah ujian untuk menentukan tempat tinggal di akhirat.

Orang-orang yang mengetahui bahwa hidup adalah ujian, tentu akan mempersiapkan ujian itu. Seperti layaknya murid sekolah akan menghadapi ujian. Mereka yang lebih siap, akan tahu apa yang akan dikerjakannya dengan beragam soal ujian yang berbeda. Seringkali kita sedang diuji, tapi kita tidak sadar.

“Maha Suci Allah, yang ditanganNya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” QS Al Mulk 1-2

“Dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. QS Al Ankabut 64
Demikianlah empat kunci sukses. Wallahu’alam.

Alhamdulillah

Kisah Pemuda yang Membuntuti Seorang Wanita


Suatu kala di masa kekhalifahan Umar bin Khatab ra ada seorang pemuda yang senantiasa datang ke masjid. Yahya bin Ayyub menceritakan, bahwa di Madinah seorang pemuda  yang menarik perhatian Amirul Mukminin Umar bin Khatab karena kerajinannya beribadah di masjid.

Suatu malam pulang sholat Isya, dia berpapasan dengan seorang wanita yang menghadang jalannya. Seketika itu juga hatinya tertambat pada wanita itu. Dia pun mengikutinya, hingga tiba di depan rumah wanita tadi. Ketika mengetahui dirinya dibuntuti, wanita itu membaca ayat Al Quran:

“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS Al a’raf 201).
Setelah mendengar kata-kata sang wanita, pemuda tadi langsung jatuh pingsan. Sang wanita memandangi keadaan pemuda yang pingsan itu.  Seperti orang yang meninggal saja karena pingsannya. Bersama pembantunya, dia akhirnya membawa pulang pemuda ke rumahnya dan mendapati ayah sang pemuda. Wanita tadi pulang dan sang ayah membawa anaknya masuk untuk merawatnya sampai sadar kembali.

“Apa yang menimpamu wahai anakku?” tanya ayahnya.

Si pemuda tak mau bicara. Setelah didesak beberapa kali akhirnya ia mengakui perbuatannya membuntuti si wanita sampai dibacakan ayat tadi. Tak lama usai bercerita, sang pemuda menghela nafas terakhirnya.  Ia langsung meninggal dunia.

Kejadian ini tentu saja terdengar oleh khalifah Umar bin Khatab. Beliau bertanya, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kematiannya kepadaku?” Beliau pun pergi ke kuburan si pemuda. Khalifah  Umar menghampiri dan berdiri di samping kuburan seraya berkata, “Hai Fulan, dan bagi orang yang takut saat menghadap RabbNya, maka ada dua surga baginya.”

Lalu seolah-olah terdengar oleh Khalifah Umar bin Khatab suara dari dalam kubur pemuda itu, “Rabbku telah memberikannya kepadaku wahai Umar.”

Pada versi lain kisah ini disebutkan Al Hasan,  dari Umar ra  dia berkata, “Ada seorang pemuda pada zaman Umar bin Al Khatab ra, yang senantiasa datang ke masjid dan melakukan ibadah. Suatu kali hatinya tertambat kepada seorang gadis. Lalu dia menyatakan isi hatinya kepada gadis itu. Namun demikian, ia sadar dan ingat akan dirinya, lalu dia menghela nafas yang dalam dan pingsan. Pamannya mengetahui keadaannya, membawanya pulang ke rumahnya. Setelah sadar kembali, dia berkata, “Wahai paman, temuilah Umar dan sampaikanlah salamku padanya. Juga tanyakan kepadanya, apakah balasan orang yang takut akan bertemu dengan RabbNya…” Maka Umar berkata, “Kamu mendapat dua surga.”

Abu Hurairah dan Ibnu Abbas ra berkata, Rasulullah SAW berkhutbah sebelum wafatnya, yang di antaranya beliau bersabda,

“Barangsiapa mampu bersetubuh dengan wanita atau gadis secara haram, lalu Dia meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah menjaganya pada hari yang penuh ketakutan yang besar (kiamat), diharamkannya masuk neraka dan memasukkannya ke dalam surga.”

Malik bin Dinar berkata, “Surga An Naim berada di antara surga Firdaus dan surga Adn. Di dalamnya terdapat bidadari-bidadari yang diciptakan dari bunga-bunga surga. Surga itu ditempati orang-orang yang hendak melakukan kedurhakaan, lalu tatkala mengingat Allah, mereka meninggalkannya karena takut kepada Allah.”

Qatadah berkata, pernah disebutkan kepada kami bahwa Nabi SAW pernah bersabda,
“Tidaklah seseorang sanggup melakukan yang haram, kemudian dia meninggalkannya karena hanya takut kepada Allah, melainkan Dia akan mengganti yang haram itu di dunia sebelum akhirat dengan sesuatu yang lebih baik darinya.”


Alhamdulillah

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 4: Hamzah bin Abdul Mutthalib

Saat orang belum lagi mengenal Islam, Hamzah bin Abdul Mutthalib termasuk orang yang pertama dipanggil dalam iman. Hamzah adalah paman dan saudara sesusuan Rasulullah SAW. Hamzah dan Rasulullah SAW besar bersama-sama.  Ia gemar dan mahir dalam berburu. Sebagai keturunan Quraisy, Hamzah juga suka duduk dan berkumpul bersama keluarga dan pembesar-pembesar suku itu.
Suatu hari saat pulang berburu, ia mampir ke Kabah untuk thawaf. Seorang pelayan wanita Abdullah bin Jud’an segera menghampirinya. “Wahai Abu Umarah (panggilan Hamzah), seandainya anda melihat apa yang dialami oleh keponakan anda Muhammad SAW baru-baru ini! Abul Hakam bin Hisyam ketika mendapati Muhammad sedang duduk disakitinya dan dimakinya, hingga mengalami hal-hal yang tak diinginkan!”

Hamzah naik darah. Membawa busur panahnya, ia hendak pergi mencari Abu Jahal. Belum lagi beranjak dari Kabah ia telah mendapati Abu Jahal di sana. Sambil memegang busur panahnya, ia memukul kepala Abu Jahal hingga lecet.

“Kenapa kamu cela dan kamu maki Muhammad SAW padahal aku telah menganut agamanya dan mengatakan apa yang dikatakannya? Nah, cobalah ulangi kembali makianmu itu kepadaku jika kamu berani!”

Orang-orang yang berada di sekitar mereka terkejut. Benarkan Hamzah telah menjadi Islam?

Hamzah pulang ke rumah setelah kejadian itu. Ia merenung tak habis pikir tentang apa yang baru saja ia ucapkan. Rasa marah karena keponakannya telah disakiti membuatnya begitu saja mengatakan keislaman karena tak rela Rasulullah SAW terluka. Mungkinkah ia menerima agama baru begitu saja padahal saat itu ia sedang marah.

Tatkala dirasakan bahwa akal pikirannya tak berdaya, maka dengan ikhlas dan tulus hati ia pun pergi berlindung kepada yang ghaib. Di sisi Kabah, sambil wajahnya menengadah ke langit, dan dengan minta pertolongan kepada segala kudratdan nur yang terdapat di alam wujud ia memohon dan berdoa agar memperoleh petunjuk.

Kemudian timbullah sesal dalam hatiku karena meninggalkan agama nenek moyang dan kaumku… dan aku pun diliputi kebingungan hingga mata tak pernah tidur… Lalu pergilah aku ke Kabah dan memohon petunjuk Allah agar membukakan hatiku untuk menerima kebenaran dan melenyapkan segala keraguan. Maka Allah pun mengabulkan permohonanku itu dan memenuhi hatiku dengan keyakinan.
Aku pun segera menemui Rasulullah dan memaparkan keadaanku padanya, maka didoakannya kepada Allah agar ditetapkanNya hatiku dalam agamaNYa.”

Allah menguatkan agama Islam dengan Hamzah dan sebagai batu karang yang kukuh menjulang ia membela Rasulullah SAW dan sahabatnya yang lemah. Melihat Hamzah berada di pihak Rasulullah, Abu Jahal semakin gencar melancarkan serangan kepada muslimin dan bersiap melakukan perang saudara. Apalagi juga setelah Umar bin Khatab masuk Islam.

Ketegaran Hamzah memimpin sariyah, pasukan tentara Islam telah membuktikan kekokohan hatinya. Panji-panji Islam pertama yang diserahkan Rasululah SAW adalah kepada Hamzah, sehingga ia dijuluki Singa Padang Pasir, Singanya Allah dan Rasulullah.

Perang pertama kali terhadap kaum kafir Quraisy, Perang Badar  yang terjadi pada Ramadan 2 Hijriah, Hamzah diutus Rasulullah duel satu orang satu dengan pasukan kafir. Waktu itu ada tiga utusan adu duel yaitu Ubaidah ibn al Harits, Hamzah dan Ali.  Sementara di pasukan kafir ada Utbah, Syaibah dan Al Wali. Ia dengan gagah mengalahkan lawan duelnya, demikian pula Ali. Mereka berdua kemudian membantu Ubaidah melawan Utbah.

Syahid di Perang Uhud


Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan merupakan perempuan yang memiliki dendam terbesar pada Hamzah. Pada perang Badar, ia kehilangan bapak, paman, saudara dan putanya. Orang menyampaikan kepadanya bahwa Hamzahlah yang membunuh mereka. Wanita ini paling keras menghasut kaum Quraisy untuk berperang. Tujuannya untuk mendapatkan kepala Hamzah.

Sebelum terjadinya perang Uhud, Hindun telah lama menghasut Wahsyi, seorang budak untuk membenci Hamzah. Ia menjanjikan pada Wahsyi jika berhasil membunuh Hamzah, akan diberi kekayaan dan perhiasan paling berharga, semua perhiasan emas permata yang ada padanya. Ia pun dijanjikan tak menjadi seorang budak lagi.

Perang Uhud pecah. Pasukan pemanah tak mengindahkan seruan Rasulullah agar tak meninggalkan bukit untuk mengambil rampasan perang. Pasukan muslimin diserang dari belakang dari arah bukit sehingga kucar-kacir. Saat itulah, Hamzah berjuang mati-matian. Pada saat itu juga, mata Wahsyi selalu jeli mengarahkan pandangan pada sasaran target tombaknya, Hamzah bin Abdul Muttalib.
Wahsyi berkisah…

Saya seorang Habsyi dan mahir melemparkan tombak dengan teknik Habsyi hingga jarang sekali lemparanku meleset. Tatkala orang-orang telah mulai berperang, saya pun keluar dan mencari-cari Hamzah. Sehingga akhirnya tampak di antara manusia tak ubahnya bagai unta  kelabu mengancam orang-orang dengan pedangnya hingga tak seorang pun yang dapat bertahan di depannya.
Maka demi Allah, ketika saya bersiap-siap untuk membunuhnya, saya bersembunyi di balik pohon agar dapat menerkamnya atau menunggunya supaya dekat, tiba-tiba saya didahului oleh Siba bin Abdul Uzza yang tampil  ke depannya. Tatkala ia tampak oleh Hamzah, maka serunya, “Marilah ke sini hai anak tukang sunat wanita!” Lalu ditebasnya hingga tepat mengenai kepalanya.
Ketika itu saya pun menggerakkan tombak mengambil ancang-ancang hingga setelah terasa tepat, saya lontarkan hingga mengenai pinggang bagian bawah dan tembus ke bagian muka di antara kedua pahanya. Dicobanya bangkit ke arahku, tetapi ia tak berdaya lalu rubuh dan meninggal.
Saya datang mendekatinya dan mencabut tombakku lalu kembali ke perkemahan dan duduk-duduk di sana karena tak ada lagi tugas dan keperluanku. Saya telah membunuhnya semata-mata demi kebebasan dari perbudakan yang memilikiku.”

Washyi melanjutkan kisahnya…

“Sesampainya di Mekah, saya pun dibebaskan. Saya tetap bermukim di sana sampai kota itu dimasuki Rasulullah SAW di hari pembebasan. Maka saya lari ke Thaif. Tatkala perutusan Thaif menghadap Rasulullah untuk menyatakan keislamannya, timbul berbagai rencana dalam pikiranku. Kataku dalam hati, biarlah saya pergi ke Syria, atau Yaman atau ke tempat lain. Demi Allah, ketika saya berada dalam kebingungan itu, datanglah seseorang mengatakan kepadaku, “Hai tolol, Rasulullah tak hendak membunuh seseorang yang masuk Islam!

Maka pergilah saya mendapatkan Rasulullah SAW di Madinah. Saya baru tampak olehnya ketika tiba-tiba telah berdiri di depannya mengucapkan dua kalimat syahadat. Tatkala saya dilihatnya, Beliau bertanya, “Apakah kamu ini Wahsyi?”

“Benar ya Rasulullah,” ujarku. Lalu sabdanya, “”Ceritakanlah kepadaku bagaimana kamu membunuh Hamzah!” Maka saya ceritakan. Setelah saya selesai, sabdanya pula, “Sangat menyesal.  Sebaiknya engkau menghindarkan perjumpaan denganku.”

Maka selalulah saya menghindarkan diri dari hadapan dan jalan yang akan ditempuh oleh Rasulullah SAW agat tidak kelihatan oleh beliau sampai saat beliau diwafatkan Allah. Tatkala kaum muslimin pergi memadamkan pemberontakan (nabi palsu) Musailamatul Kadzdzan penguasa Yamamah, saya pun ikut bersama mereka dan membawa tombak yang saya gunakan untuk membunuh Hamzah dahulu.

Ketika orang-orang mulai bertempur saya lihat Musailamatul Kadzhzab sedang berdiri dengan pedang di tangan. Maka saya pun bersiap-siaplah dan menggerakkan tombak membuat ancang-ancang. Hingga setelah terasa tepat saya lemparlah dan menemui sasarannya.

Maka sekiranya saya dengan tombak itu telah membunuh sebaik-baik manusia yaitu Hamzah, saya berharap kiranya Allah mengampuni saya karena dengan tombak itu pula saya telah membunuh sejahat-jahat manusia Musailamah!”

Rasulullah SAW Diperintah untuk Bersabar


Perang Uhud usai dan syahidlah Hamzah terkena tombakan Wahsyi. Penombak itu kembali kepada Hindun mendapatkan perhiasan dan kebebasan dirinya dari budak dengan membawa hati Hamzah. Kebiadaban pasukan kafir pada muslimin kala itu memang menyayat hati. Apalagi saat melihat paman tercintanya Hamzah meninggal dunia, Rasulullah SAW tak tahan menitikkan air matanya. Beliau bersabda,

“Tak pernah aku menderita musibah seperti ini yang kuderita dengan peristiwa Anda (Hamzah) sekarang ini…dan tidak satu suasana pun yang lebih menyakitkan hatiku seperti suasana sekarang ini.”

Sambil menoleh ke arah para sahabat Rasulullah SAW bersabda,

“Sekiranya Shafiah, saudara perempuan Hamzah- takkan berduka dan tidak adak menjadi sunnah sepeninggalku nanti, akan kubiarkan ia mengisi perut binatang buas dan tembolok burung nasar! Tetapi sekiranya aku diberi kemenangan oleh Allah di salah satu medan pertempuran dengan orang Quraisy, akan kuperbuat sebagai yang mereka perbuat, terhadap tiga puluh orang laki-laki di antara mereka.”

Para sahabat berseru,

“Demi Allah, sekiranya pada waktu nanti kita diberi kemenangan oleh Allah terhadap mereka, akan tiba cincang mayat-mayat mereka seperti yang belum pernah dilakukan oleh seorang Arab pun.”

Belum beranjak Rasulullah dari tempatnya, turunlah wahyu dari Allah SWY untuk tetap bersabar.

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan nasihat yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang utama. Sesungguhnya Rabb kalian lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan ia lebih mengetahui siapa-siapa yang beroleh petunjuk… Jika kalian hendak membalas, balaslah seperti yang telah dilakukan mereka kepada kalian dan jika kalian bersabar, maka itu memang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar.
Dan bersabarlah kamu, dan kesabaranmu itu takkan tercapai kecuali dengan pertolongan Allah, serta jangan kamu berduka cita atas mereka, serta janganlah sesak nafas karena tipu daya yang mereka lakukan. ..
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang taqwa serta orang-orang yang berbuat baik.” QS An Nahl 125-128

Tangisan Para Wanita


Saat pulang dari medan perang, wanita-wanita Bani Abdil Asyhal menangisi syuhada yang gugur. Dengan amat santun dan sayang, Rasulullah SAW bersabda,

“Tetapi Hamzah tak ada wanita yang menangisinya…”

Hal ini terdengar oleh Sa’ad bin Mu’adz. Ia menyangka Rasulullah akan senang jika ada wanita yang menangisi pamannya. Ia mendatangi wanita Bani Asyhal dan meminta mereka menangisi Hamzah. Mereka pun menangislah. Rasulullah SAW mendengar tangisan mereka dan sabdanya,

“Bukan ini yang saya maksudkan, pulanglah kalian semoga Allah memberi kalian rahmat dan tak boleh menangis lagi setelah hari ini!”

Selain wanita yang menangis, para sahabat juga membuat syair kesedihan untuk Hamzah. Hasan bin Tsabit menuliskan,

“Tinggalkan masa lalu yang penuh berhala
Ikuti jejak Hamzah yang bergelimang pahala
Penunggang kuda di medan laga
Bagaikan singa yang terluka di hutan belantara
Seorang warga Hasyim mencapai yang cemerlang
Tampil ke medan laga membela kebenaran
Gugur sebagai syahid di medan pertempuran
Di tangan Wahsyi pembunuh bayaran”

Abdullah bin Rawahah menuliskan,

“Air mata mengalir tak ada hentinya
Walau ratap dan tangis tak ada artinya
Bagimu wahai Singa Allah kami tafakur
Sambil bertanya Hamzahkah yang gugur
Ujian telah menimpa kami hamba Allah
Begitu pula Muhammad Rasulullah
Dengan kepergianmu benteng musuh berantakan
Dengan kepergianmu tercapailah tujuan.”

Dan berkatalah pula Shafiyah binti Abdul Mutthalib yaitu bibi Rasulullah SAW dan saudara Hamzah,

“Ilahi rabbi pemilik Arsy telah memanggil datang
Ke dalam surga tempat hidup bersenang-senang
Memang itulah yang kita tunggu dan selalu harapkan
Hingga di yaumul mahsyar Hamzah beroleh tempat yang lapang
Demi Allah selama angin Barat berhembus daku takkan lupa
Baik di waktu bermukim maupun bepergian ke mana saja
Selalu berkabung dan menangisi Singa Allah Sang Pemuka
Pembela Islam terhadap setiap kafir orang angkara
Sementara daku mengucapkan syair keluargaku sama berdoa
Semoga Allah memberimu balasan wahai saudara, wahai pembela.

Tetapi ratapan terbaik yang mengharumkan kenangan terhadap dirinya ialah kata-kata Rasulullah SAW saat berdiri di depan jasad Hamzah sewaktu dilihatnya berada di antara para syuhada pertempuran.

“Melimpahlah atasmu Rahmat ar Rahim
Akulah saksi bagimu di hadapan Al Hakim
Engkaulah pendekar penyambung silaturahim
Berbuat kebaikan pembela yang zalim”

Salam atasmu Hamzah bin Abdul Mutthalib. Salam atasmu para syuhada.

Kisah Sahabat Rasulullah SAW 6: Salman Al Farisi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 7:Zubair bin Awwam
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 8: Abu Dzar Al Ghifari
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 9: Hudzaifah ibnul Yaman

50 Cara Bebas dari Hawa Nafsu Part 5 Selesai


Musuh terbesar bagi seorang adalah setan dan hawa nafsunya. Sedangkan rekan yang paling dipercaya adalah akalnya dan kekuasannya yang memberikan nasihat kepadanya. Nafsu merupakan budak di hati, belenggu di leher dan tali di kaki. Orang yang mengikuti nafsu menjadi tawanan dari penguasa yang buruk, dan siapa yang menentang nafsu bisa bebas dari perbudakan dan menjadi orang merdeka, Bagian akhir 50 cara membebaskan diri dari hawa nafsu.

41.Menentang nafsu bisa melenyapkan penyakit dari hati dan badan, sedangkan mengikuti nafsu bisa mendatangkan penyakit hati dan badan. Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika engkau menyelidiki berbagai penyakit badan, tentu engkau akan mendapatkan bahwa mayoritasnya berasal dari mementingkan nafsu ketimbang meninggalkannya.

42.Dasar permusuhan, kejahatan dan kedengkian yang muncul di kalangan manusia ialah karena mengikuti nafsu. Siapa yang menentang nafsunya, berarti dia membuat hati dan badannya menjadi tentram dan sehat.


Abu Bakar Al Warraq berkata, “Jika nafsu yang menang, maka hati menjadi gelap. Jika hati menjadi maka dada terasa sesak. Jika dada menjadi sesak, maka akhlak menjadi buruk. Jika akhlak menjadi buruk,m maka dia membenci orang lain dan orang lain pun membencinya. Maka perhatikanlah apa yang diakibatkan nafsu, seperti kebencian, kejahatan permusuhan, mengabaikan hak orang lain dsb.

43.Allah menciptakan nafsu dan akal di dalam diri manusia. Mana yang menang di antara keduanya, maka yang lain akan menyingkir, sebagaimana yang dikatakan Abu Ali Ats Tsaqfy, “Barangsiapa nafsunya lebih dominan, maka akalnya akan menyingkir. Lihatlah akibat orang yang akalnya dikalahkan rivalnya.”

Ali bin Sahl berkata, “Akal dan nafsu saling bermusuhan. Taufik merupakan kesudahan akal dan penyesalan merupakan kesudahan nafsu. Jiwa berada di antara keduanya. Mana yang tampil sebagai pemenang maka jiwa akan mengikutinya.”

44.Allah menjadikan hati sebagai raja bagi anggota badan, tambang pengetahuan, cinta dan ibadahnya, lalu Dia mengujinya dengan dua kekuasaan, dua pasukan dan dua pendukung. Kebenaran, zuhud dan petunjuk merupakan satu kekuasaan. Pendukungnya para malaikat, pasukannya kejujuran, ikhlas dan menjauhi nafsu. Sedangkan kebatilan merupakan kekuasaan satunya lagi. Para pendukungnya adalah setan, pasukannya adalah mengikuti hawa nafsu. Sementara jiwa berada di antara dua pasukan ini. Pasukan kebatilan tidak berarti maju mendekati hati kecuali melewati jiwa. 

45.Musuh terbesar bagi seorang adalah setan dan hawa nafsunya. Sedangkan rekan yang paling dipercaya adalah akalnya dan kekuasannya yang memberikan nasihat kepadanya. Jika dia mengikuti nafsunya, maka tangannya diserahkan kepada musuhnya, lalu dia ditawan. Inilah yang disebut bencana, penderitaan, ketetapan yang buruk dan kemenangan musuh.

46.Setiap manusia mempunyai permulaan dan kesudahan. Barangsiapa permulaannya ditandai dengan mengikuti hawa nafsu, maka kesudahannya adalah kehinaan, kemerosotan dan bencana, tergantung seberapa jauh dia mengikuti nafsunya. Bahkan puncak kesudahannya adalah siksaan yang dia rasakan di dalam hatinya. Dikatakan dalam sebuah syair:

“Siksaan karena penyimpangan di masa muda disusul dengan siksaan di masa tua.”
Andaikata engkau memperhatikan setiap keadaan yang buruk, tentu engkau akan mendapatkan bahwa permulaannya ialah karena mengikuti hawa nafsu dan mementingkannya daripada mementingkan akalnay. Barangsiapa yang permulaannya menentang nafsu, dan menataati petunjuk yang lurus, maka kesudahannya adalah kemuliaan dan kehormatan di sisi Allah serta manusia.

Abu Ali Ad Daqqaq berkata, “Barangsiapa dapat menguasai syahwat pada masa mudanya, niscaya Allah akan memuliakannya di masa tuanya.”

Al Muhallab bin Abu Shafrah pernah ditanya, “Dengan cara apa engkau bisa mendapatkan apa yang telah engkau dapatkan?” Dia menjawab, “Dengan menuruti hasrat namun menentang nafsu. Ini mencakup permulaan dan kesudahan di dunia. Sedangkan di akhirat, maka Allah menjadikan surga sebagai kesudahan orang yang menentang nafsunya, dan neraka sebagai kesudahan orang yang mengikuti nafsunya.”

47.Nafsu merupakan budak di hati, belenggu di leher dan tali di kaki. Orang yang mengikuti nafsu menjadi tawanan dari penguasa yang buruk, dan siapa yang menentang nafsu bisa bebas dari perbudakan dan menjadi orang merdeka, melepaskan belenggu dan leher dari kaki. Dikatakan dalam sebuah syair:

“Orang yang mengikuti syahwat adalah hamba sahaya namun jikasyahwat ditaklukkan dia menjadi raja.”

48.Menentang nafsu bisa menempatkan hamba pada suatu kedudukan yang jika dia memohon kepada Allah pasti akan dikabulkan sehingga Dia memenuhi segala kebutuhannya sekian kali lipat dari nafsu yang ditinggalkannya. Dia itu bisa diibaratkan orang yang tidak menyukai kotoran hewan, lalu diganti dengan mutiara. Orang yang mengikuti nafsunya akan kehilangan sekian banyak kemaslahatan di dunia dan akhirat serta kehidupan yang tentram, sama sekali tidak sebanding dengan nafsu yang diperolehnya. Perhatikan bagaimana kebebasan tangan, lidah dan jiwa Yusuf alaihissalam setelah keluar dari penjara, karena beliau menahan dirinya dari hal yang diharamkan.

Abdurahman bin Mahdy berkata, “Saya bermimpi bertemu Sufyan Ats Tsaury, lalu bertanya padanya, “Apa yang dilakukan Allah terhadap dirimu?”
Dia menjawab, “Tidak ada yang Dia perbuat melainkan aku hanya merasa diletakkan di dalam liang kuburku barang sejenak. Lalu tiba-tiba aku sudah berada di hadapan Allah. Dia menghisabku dengan hisab yang mudah, kemudian memerintahkan aku masuk surga. Tatkala aku sedang berkeliling di antara pepohonan dan sungai-sungainya, yang saat itu tidak terdengar satu gerakan pun, tiba-tiba aku mendengar perkataan, “Sufyan Ats Tsaury?” Saya menjawab, “Benar, Sufyan Ats Tsaury.” 

“Apakah kamu masih ingat bahwa pada suatu hari kamu lebih mementingkan Allah daripada mementingkan nafsumu?” “Begitulah,”jawabku. Tiba-tiba ada hidangan makanan ringan yang disodorkan kepadaku dari segala arah.

Abdurrazzaq berkata, “Abu Jafar mengirim utusan tatkala pergi ke Mekkah dengan mengatakan, “Jika kalian bisa menangkap Sufyan, maka saliblah dia.”
Maka para utusan Abu Jafar memancangkan papan untuk menyalib dan mereka pun mencarinya yang ternyata sedang bersembunyi di rumah Al Fudhail. Rekan-rekan Abu Jafar berkata kepadanya, “Bertaqwalah kepada Allah dan janganlah memancing permusuhan dengan kami.”
Sufyan memasang kain penutup, lalu berkata, “Sekarang aku bebas jika Abu Jafar benar-benar memasuki Mekkah.” Ternyata Abu Jafar meninggal sebelum tiba di Mekkah.

49.Menentang nafsu pasti mendatangkan kemuliaan di dunia dan kemuliaan di akhirat. Keperkasaan lahir batin. Sedangkan mengikuti nafsu  akan menghinakan manusia di dunia dan di akhirat lahir dan batin . Jika Allah sudah mengumpulkan manusia di satu tempat maka ada penyeru yang berseru,

“Pada hari ini agar diketahui orang-orang yang mulia di antara orang kebanyakan. Hendaklah orang-orang yang bertaqwa berdiri. Maka mereka berdiri di tempat yang mulia. Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu hanya bisa tertunduk diam di tempat yang panas dan menyiksa. Orang-orang yang bertaqwa itu berada di bawah lingkungan Arsy-Nya.

50.Jika engkau memperhatikan tujuh golongan orang-orang yang mendapat perlindungan Arsy Allah pada hari yang tiada perlindungan selain perlindunganNya, maka engkau akan mendapatkan bahwa mereka mendapatkan perlindungan itu karena menentang nafsunya. Pemimpin yang memegang tumpuk kekuasaan tidak akan mungkin bisa berbuat adil kecuali dengan menentang nafsunya. Orang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, bisa mengerti itu karena dia menentang nafsu yang hendak menyeretnya kepada berbagai macam kenikmatan.

Orang yang mengeluarkan sadaqah dengan menyembunyikannya, andaikata dia tidak menentang nafsunya tentu tidak akan mampu berbuat seperti itu.  Orang yang diajak wanita dan terpandang, lalu dia takut kepada Allah dalam keadaan sendirian, hingga kedua matanya meneteskan air mata karena takut kepadaNya, tidak akan mampu berbuat seperti kecuali dia menentang nafsunya. Mereka ini tidak mengenal panas, siksaan dan kesulitan pada hari kiamat, berbeda dengan orang-orang yang mengikuti nafsunya. Setelah semua itu mereka masih menunggu untuk dimasukkan ke dalam penjara nafsu.

Allah lah yang layak dimintai agar melindungi kita dari nafsu yang menyuruh kepada bisikan kejahatan dan menjadikan nafsu (kehendak) kami mengikuti apa yang diridhaiNya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Selesai
Sumber: Buku "Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu" karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.


50 Cara Bebas dari Hawa Nafsu Part 4


Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya tidak akan bisa selamat dari siksaanNya. Di antara orang-orang yang jatuh dan tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsunya. Barangsiapa mengikuti nafsu dan menuruti syahwat, maka terputuslah tali taufik darinya. Allah memberi balasan kepada orang yang bersabar karena nafsunya dengan surga dan pakaian sutra. 
Selanjutnya dalam 50 cara membebaskan diri dari hawa nafsu...


31.Nafsu itu merupakan penyakit dan obat penawarnya adalah menentangnya. Sebagian orang arif bijaksana berkata, “Jika engkau mau kuberitahukan apa penyakitmu, dan jika engkau mau akan kuberitahukan apa obatnya. Penyakitmu adalah nafsumu dan obat penawarnya adalah meninggalkan nafsu dan menentangnya.”

Bisyr Al Hafy berkata, ”Semua bencana terletak pada nafsumu dan obat penawarnya adalah penentanganmu terhadap nafsu.”

32.Memerangi nafsu lebih hebat dan lebih besar daripada memerangi orang-orang kafir. Seseorang bertanya kepada Al Hasan Al Bashry, “Wahai Abu Said, apakah jihad yang paling utama?”
Dia menjawab, “Jihadmu memerangi nafsumu. Saya juga pernah mendengar Syaikh kami berkata, “Jihad memerangi nafsu adalah dasar jihad memerangi orang-orang kafir dan munafik. Seseorang belum disebut mampu memerangi mereka sehingga dia sendiri memerangi nafsunya terlebih dahulu, baru kemudian pergi memerangi mereka.”

33.Nafsu itu merupakan keguncangan dan kebingungan, sedangkan memerangi nafsu merupakan pertahanan diri. Orang yang terlalu dicekam kebingungan dan menghindari penjagaan, dikhawatirkan akan dikalahkan penyakit yang mendekam di dalam dirinya sendiri. 

Abdul Malik bin Quraib berkata, “saya melewati seorang Araby yang sedang termenung sendu. Air matanya mengalir di kedua pipinya. Saya bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menghapus air matamu?”
Dia menjawab, “Tabib melarangku menghapusnya. Tidak baik jika dilarang tidak memperhatikan, jika diperintah tidak menurut.”
“Apakah engkau ingin sesuatu?”
“Sebenarnya ingin. Tetapi saya berusaha menahan diri. Sesungguhnya syahwat para penghuni neraka itu mengalahkan pertahanan dirinya, sehingga mereka menjadi rusak.”

34.Mengikuti hawa nafsu bisa menutup pintu taufik bagi manusia dan membukakan pintu penyesalan. Dia suka jika Allah memberi taufik andaikata dia berbuat begini dan begitu. Padahal Allah telah menutup pintu taufik karena dia mengikuti nafsunya.

Al Fudhail bin Iyadh berkata, “Barangsiapa mengikuti nafsu dan menuruti syahwat, maka terputuslah tali taufik darinya.

Sebagian ulama berkata, “Kufur itu ada dalam empat perkara. Dalam kemarahan, syahwat, kebencian dan kesenangan. Pernah kulihat dua dari empat perkara itu, yaitu seseorang marah lalu membunuh ibunya, dan orang yang jatuh cinta lalu dia masuk agama nashara.”

Ada seorang dari kalangan salaf yang thawaf di sekitar Kabah, lalu dia melihat seorang wanita yang cantik. Dia berjalan mendekati wanita itu dan berkata, “Hasrat agama dan kesenangan membuatku terpesona bagaimana hasratku dengan kesenangan dan agama?” Wanita itu menjawab, “Tinggalkan yang satu, tentu engkau akan mendapatkan yang lain.”

35.Barangsiapa memanjakan nafsunya, maka dia merusak akal dan pikirannya. Sebab dia telah mengkhianati Allah dalam masalah penggunaan akalnya, sehingga Allah merusak akal itu. Begitulah tindakan Allah terhadap siapapun yang mengkhianatinya dalam suatu urusan, lalu Allah merusak urusan yang bersangkutan.

Al Mutashim berkata kepada seorang rekannya, “Hai Fulan, jika nafsu dimanja, maka pikirannya menjadi sirna.”
Seseorang pernah berkata kepada Syaikh kami, “Jika seorang berkhianat dalam pembayaran uang, maka Allah akan mengambil yang dia lalaikan itu.” Lalu Syaikh menimpali, “Begitu pula jika ada orang yang mengkhianati Allah dan RasulNya dalam masalah ilmu.”

36.Barangsiapa melapangkan dirinya untuk mengikuti hawa nafsu, maka dia akan disempitkan di dalam kuburnya dan saat kembalinya. Barangsiapa menyempitkan dirinya dengan cara menentang nafsu, maka akan dilapangkan kuburnya dan tempat kembalinya. Hal ini adalah diisyaratkan Allah dalam firmanNya:

Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka dengan surga dan pakaian sutra.” (QS Ali Imran 12)

Karena bersabar itu sama dengan menahan diri dan nafsu, maka Allah memberikan balasan kepada mereka dengan kenikmatan mengenakan sutra dan kelapangan surga. Sulaiman Ad Darany berkata tentang ayat ini, “Allah memberikan balasan kepada mereka karena kesabaran menahan diri dari syahwat.”

37.Mengikuti nafsu membuat hamba tidak bisa bangkit untuk mencapai surga bersama-sama dengan orang yang berhasil mendapatkannya, sebagaimana dia yang telah menundukkan hatinya untuk mengikuti keduniaan.

Muhammad bin Abdul Warad berkata, “Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya tidak akan bisa selamat dari siksaanNya. Di antara orang-orang yang jatuh dan tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsunya.”

38.Mengikuti hawa nafsu bisa mengendorkan semangat dan menentang nafsu bisa menguatkan semangat. Semangat merupakan tunggangan hamba yang membawanya kepada Allah dan hari akhirat. Jika tunggangannya lemah dan tidak berdaya, saat itu pula perjalanan menjadi terhenti.
Yahya bin Muadz pernah ditanya, “Siapakah orang yang semangatnya paling benar?”
Dia menjawab, “Orang yang dapat menundukkan hawa nafsunya.”

Khalaf bin Khalifah pernah memasuki tempat Sulaiman bin Habib bin Al Mahlab yang di sana ada seorang wanita yang biasa dipanggil Al Badr karena wajahnya yang cantik. Sulaiman bertanya kepada Khalaf, “Bagaimana gadis ini menurut pendapatmu?”
Khalaf menjawab, “Semoga Allah melimpahkan kebaikan kepada Amir, dia adalah gadis tercantik yang pernah kulihat.”
“Peganglah tangannya!”
“Saya tidak ingin menggusarkan hati Amir, karena saya bisa melihat Amir terpesona kepadanya.”
“Celaka engkau Peganglah tangannya justru karena aku terpesona kepadanya agar bisa kuketahui nafsuku dan menguasainya.”
Maka Khalaf memegang tangan gadis itu, dan setelah itu dia keluar seraya melantunkan syair:

Aku disayang diberi anugrah dan kemuliaan
Tanpa ada masalah yang berasal dari Sulaiman
Aku diberi bulan berupa gadis muda yang cantik jelita
Padahal bulan tidak diberikan kepada jin dan manusia
Tiada orang yang pernah mendapatkan kemuliaan
Hingga aku terbujur dalam kafan tidur di kuburan.”

39.Orang yang menunggang hawa nafsu seperti orang yang menunggang kuda besi, sulit keras dan tanpa tali kekang, sehingga terlalu mudah untuk terjerumus atau terseret kepada kerusakan. Seorang arif bijakasana berkata, “Tunggangan yang paling cepat ke surga ialah zuhud di dunia dan tunggangan yang paling cepat ke neraka ialah mencintai syahwat. Siapa yang tetap berada di atas tunggangan hawa nafsunya, maka dia akan dihela kepada kerusakan.”

Sebagian yang lain berkata, “Ulama yang paling mulia ialah yang lari dari dunia sambil membawa agamanya dan tidak kesulitan mengekang nafsunya.”

Atha berkata, “Siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya dan mengguncang kesabarannya, maka dia akan jatuh.”

Bersambung...

50 Cara Bebas dari Hawa Nafsu Part 3



Manusia yang mengikuti hawa nafsunya diperumpakan Allah SWT selayaknya hewan. Mereka tak layak ditaati apalagi dijadikan pemimpin. Itu lantaran hawa nafsu telah menjadi berhala tak berwujud yang menempati hatinya. Selanjutnya dalam membebaskan diri dari hawa nafsu.

21.Allah menyerupakan orang-orang yang mengikut hawa nafsu dengan hewan yang paling buruk, baik rupa maupun pengertiannya. Terkadang Allah menyerupakan mereka dengan anjing, seperti dalam Al Quran:
Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya, dia mengulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga.” QS Al A’raf 176

Perumpamaan orang ini dalam Al Quran juga disamakan seperti kera atau babi.

22.Pengikut hawa nafsu tidak layak ditaati, tidak patut menjadi pemimpin, dan ikutan. Sesungguhnya Allah menghindarkannya dari kepemimpinan darinya dan melarang ketaatan kepadanya. Tentang penghindarannya, Allah berfirman kepada kekasihNya, Ibrahim:

Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata, “Dan keturunanku.” Allah berfirman, “Janjiku tidak mengenai orang yang zalim.” QS Al Baqarah 124.

Artinya, janjiKu  untuk mendapatkan kepemimpinan tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim. Setiap orang yang mengikuti hawa nafsunya adalah orang yang zalim.

Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan.” QS Ar Rum29
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan.” QS Al Kahfi 28

23.Allah menempatkan orang yang mengikuti hawa nafsunya sama dengan kedudukan orang yang menyembah berhala. 

Terangkanlah padaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya.” QS Al Furqon 43

24.Nafsu adalah dinding pagar yang mengitari jahanam. Barangsiapa terseret ke dalam nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka. Dalam Ash-Shahilain, Rasulullah SAW bersabda:

Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai syahwat.”

Riwayat At-Tirmidzy hadist hasan shahih, dari Abu Hurairah ra, dia memarfukannya:

“Tatkala Allah menciptakan surga. Dia menciptakan Jibril seraya berfirman: “Periksalah surga itu dan apa yang telah Ku persiapkan untuk penghuninya di sana!” Maka Jibril datang dan memeriksanya dan apa yang telah dipersiapkan Allah  bagi penghuninya di sana. Lalu dia kembali menemui Allah dan berkata, “Demi kemuliaanMu, tak seorang pun di antara hamba-hambaMu, yang mendengarkannya melainkan ingin memasukinya.”  Lalu Allah memerintahkan hingga surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai, lalu berfirman lagi, “Kembalilah ke sana dan periksalah!” Maka Jibril kembali ke surga dan ternyata surga itu telah dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai. Jibril berkata, “Demi kemuliaanMu saya menjadi khawatir tidak akan ada seorang pun yang memasukinya.” Allah berfirman, “Pergilah ke neraka, periksalah neraka itu dan apa yang telah kupersiapkan bagi penghuninya di sana!” Maka Jibril datang dan memeriksanay serta apa yang dipersiapkan Allah bagi penghuninya di sana. Ternyata sebagian neraka itu menunggangi sebagian yang lain. Lalu Jibril berkata, “Demi kemuliaanMu, seorang pun tidak mendengar neraka itu lalu ingin memasukinya.” Lalu Allah memerintahkan kepada neraka itu hingga ia dikelilingi dengan berbagai nafsu. Maka Jibril kembali menemui Allah dan berkata, “demi kemuliaanMu, saya khawatir tak seorang bisa selamat dari neraka itu.”

25.Orang yang mengikuti hawa nafsu dikkhawatirkan akan lepas dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Telah disebutkan dari Nabi SAW sabdanya:

Seseorang di antara kalian tidak beriman sehingga keinginannya mengikuti apa yang kubawa.”
Ketakutan yang paling kutakutkan atas kalian adalah godaan dalam perut dan kemaluan kalian serta kesesatan hawa nafsu.

26.Mengikuti hawa nafsu termasuk tindakan yang merusak. Nabi SAW bersabda:

Ada tiga perkara yang menyelamatkan dan ada tiga perkara yang merusakkan. Tiga perkara yang menyelamatkan adalah takwa kepada Allah di saat terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, bersikap adil tatkala marah dan ridho, keserderhanaan di saat miskin dan kaya. Tiga perkara yang merusakkan adalah kekikiran yang diikuti, hawa nafsu yang diikuti dan ketaajuban seseorang kepada dirinya sendiri.

27.Menentang hawa nafsu menghasilkan kekuatan tubuh, hati dan lidah manusia. Di antara orang-orang salaf ada yang berkata, “Orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orangyang mampu menaklukkan sebuah kota sendirian.” Di dalam sebuah hadist shahih secara marfu, disebutkan:

Orang yang kuat itu bukan karena dengan bergulat, tetapi orang yang kuat ialah yang dapat menguasai dirinya tatkala sedang marah.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Selagi seseorang membiasakan dirinya untuk menentang hawa nafsunya, berarti dia menambah kekuatan di atas kekuatan yang sudah ada.

28.Orang yang paling ksatria adalah yang paling keras dalam menentang hawa nafsunya. Mu’awiyah pernah berkata, “Sifat ksatria adalah meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu berarti mengurangi sifat ksatria.”

29.Tidak ada satu hari pun yang berlalu melainkan nafsu dan akal saling bergelut pada diri orang yang bersangkutan. Mana yang dapat mengalahkan rivalnya, maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abud Darda berkata, “Jika pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya mengikuti nafsunya maka hari yang dilaluinya itu adalah hari yang baik.”


30.Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan dan mengikuti nafsu sebagai dua hal yang berdampingan, dan menjadikan kebenaran dan menentang nafsu sebagai dua hal yang berdampingan.  Nasihat para salaf mengatakan, “Jika ada masalah yang rumit engkau pecahkan. Engkau tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih dekat dengan nafsumu, karena yang lebih dekat dengan kesalahan ialah yang mengikuti hawa nafsu.”

Bersambung...

50 Cara Bebas dari Hawa Nafsu Part 2


Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang diberikan kelebihan berupa akal. Apakah akal ini dapat menuntunnya? Apakah akal yang kelewatan dapat dituntun oleh hatinya? Apakah setan telah mencampuri keduanya dengan hawa nafsu? Cara selanjutnya membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu yang dicampuri setan.

11.Melibatkan hati dalam mempertimbangkan akibat nafsu, sehingga dia bisa mengetahui seberapa banyak nafsu itu meloloskan ketaatan dan berapa banyak nafsu itu mendatangkan kehinaan. Berapa banyak satu suapan yang menghalangi beberapa suapan. Berapa banyak sedikit kenikmatan yang menghilangkan lebih banyak kenikmatan. Berapa banyak sedikit syahwat yang menghancurkan kehormatan, menundukkan kepala menciptakan kenangan yang buruk, mengakibatkan celaan dan aib yang tidak bisa dicuci dengan air, sementara mata orang yang menuruti nafsu adalah mata yang buta.

12.Orang yang berakal harus menggambarkan tujuan yang terealisasir seperti yang diinginkan nafsunya, kemudian dia harus menggambarkan keadaannya setelah memenuhi kebutuhannya dan apa yang lepas darinya, sehingga dikatakan: Orang mulia yang tidak melakukan sebab sehingga di kemudian hari dia bisa membedakan akibat.

13.Dia harus mempertimbangkan hak orang lain dengan sebenar-benarnya, kemudian harus menggambarkan jika  kedudukannya seperti kedudukan orang lain itu. Sebab hukum sesuatu menurut hukum sepadannya.

14.Harus memikirkan apa yang dituntut jiwanya, lalu bertanya kepada akal dan agamanya, yang nantinya akan mengabarkan bahwa apa yang dituntut itu tidak ada artinya apa-apa.

15. Menghinakan diri sendiri karena dia tunduk kepada nafsu, sebab tidaklah seseorang menuruti nafsunya melainkan pasti akan mendapatkan kehinaan pada dirinya. Jangan tertipu kehebatan dan kesombongan orang-orang yang mengikuti nafsunya, padahal dilihat dari batinnya, mereka adalah orang-orang yang paling hina dina. Jadi memang mereka memadukan antara kesombongan dan kehinaan.

16.Mempertimbangkan keselamatan agama, kehormatan, harta dan kedudukan dengan kenikmatan yang didapatkan. Antara keduanya tidak ada perimbangan sama sekali. Perlu diketahui, dia adalah orang yang paling bodoh, karena menjual yang pertama untuk mendapatkan yang kedua.

17.Menggambarkan kehinaan dirinya andaikata dia berada di bawah kekuasaan musuhnya. Jika setan melihat hasrat dan semangat seorang hamba melemah, lalu condong kepada nafsunya, maka dia tertarik kepadanya dan membelenggunya dengan tali nafsu serta menghelanya kemanapun yang dia kehendaki. Jika dia memiliki kekuatan, semangat dan kemuliaan jiwa, maka setan tidak akan tertarik kepadanya, dan tidak mampu mengganggunya kecuali dengan cara mencuri-curi.

18.Harus mengetahui bahwa nafsu tidak mencampuri sesuatu melainkan ia merusaknya. Jika nafsu mencampuri ilmu, maka ia mengeluarkannya ke bid’ah dan kesesatan. Pelakunya menjadi kelompok orang-orang yang mengikuti nafsu. Jika nafsu mencampuri zuhud, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada riya’ dan menyalahi sunnah.  Jika nafsu mencampuri hukum, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada kezaliman dan menghalangi kebenaran. Jika nafsu mencampuri pembagian, maka ia mengeluarkan pembagian itu kepada ketidakadilan dan kebohongan. Jika nafsu mencampuri ibadah, maka ibadah itu akan keluar dari ketaatan dan taqarub. Jadi, selagi nafsu mencampuri sesuatu, maka ia akan merusaknya.

19.Harus mengetahui bahwa setan itu tidak mempunyai jalan masuk pada diri anak Adam melainkan melalui pintu nafsu. Setan selalu berputar-putar mengelilinginya, dari arah mana dia akan masuk ke dalam dirinya, untuk merusak hati dan amalnya. Setan tidak mendapatkan jalan masuk kecuali dari pintu hawa nafsu, lalu dia mengalir di dalam dirinya layaknya aliran racun di dalam tubuh.

20.Allah menjadikan nafsu sebagai penentang apa yang diturunkan kepada RasulNya dan menjadikan para pengikut nafsu sebagai musuh para pengikut Rasul. Karena itu manusia bisa menjadi dua bagian. Pengikut wahyu dan pengikut nafsu. Al Quran menyebutkan:


Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka.” QS Al Qashash 50

Bersambung...

Alhamdulillah