Al Bara bin Malik adalah saudara dari Anas bin Malik. Mengenai Anas, ibu mereka, Ummu Sulaim, pernah menyerahkan Anas kepada Rasulullah ﷺ untuk dijadikan sebagai khadam, orang yang membantu di sisi Rasulullah ﷺ.
"Ya, Rasulullah ini Anas, pelayan Anda yang akan melayani Anda, doakanlah ia kepada Allah."
Maka, Rasulullah ﷺ mencium keningnya dan mendoakannya, "Ya, Allah banyakkanlah harta dan anaknya, berkatilah ia dan masukkanlah ia ke surga." Anas kemudian hidup sampai usia 99 tahun, dengan banyak anak, cucu serta memiliki kebun luas dan subur dengan panen buah-buahan dua kali setahun.
Bagaimana halnya dengan Al Barra bin Malik? Ia adalah golongan terkemuka yang memiliki semboyan hidup, 'Allah dan surga'.
Al Barra bin Malik tak pernah melewatkan perang di jalan Allah. Mati syahid adalah tujuan hidupnya.
Suatu kali ia sakit dan dikunjungi teman-temannya. Al Barra berkata, "Mungkin kalian takut aku mati di atas tempat tidurku, tetapi tidak. Demi Allah, Rabb tidak akan menghalangiku mati syahid."
Barra memang dikenal berani menghadang maut dalam peperangan. Sampai-sampai dalam perang Yamamah, lantaran begitu beraninya Barra, khalifah Umar bin Khattab mewasiatkan agar tidak menjadikannya komandan pasukan karena bisa membahayakan anak buahnya.
Perang Yamamah adalah perang melawan nabi palsu Musailamah. Ibarat binatang pemburu, Al Barra menunggu detik-detik saat pemimpin pasukan kala itu, Khalid bin Walid, meneriakkan perintah maju. Ia tak sabar menunggu momentum penyerbuannya kepada pasukan musuh.
Barra berdiri di medan perang Yamamah. Ia berdiri dan merasakan detik-detik itu, yakni sebelum panglimanya memerintahkan untuk maju, terasa baginya begitu lama.
Khalid mengumandangkan takbir, "Allahu Akbar! " Maka majulah pasukan muslim, demikian pula Barra bin Malik. Jumlah pasukan muslim lebih sedikit dibanding pasukan kafir.
Barra menyerbu dengan beraninya, menyerang pasukan Musailamah yang juga sengit dan keras. Pasukan musuh ini begitu keras sehingga hampir mengambil alih pertempuran karena selalu bisa menyerang balik. Situasi ini membuat pasukan muslim sulit dan terpojok.
Allah dan Surga
Kala pasukan muslim mendapati suasana genting di perang Yamamah, pemimpin pasukan, Khalid bin Walid, memerintahkan Barra untuk berteriak menyemangati seluruh pasukan.
Barra berteriak, "Wahai penduduk Madinah, tidak ada Madinah bagi kalian sekarang, yang ada hanya Allah dan surga!"
Seruan ini seketika membakar semangat pasukan muslim, menyala berkobar-kobar. Tidak ada lagi yang mereka khawatirkan, tidak lagi keluarga, Madinah, dunia, semuanya menjadi tidak berarti dibandingkan bertempur sampai mati dan mendapatkan kenikmatan surga yang dijanjikan Allah. Inilah seruan yang tak lekang menempel dalam citra diri Al Barra bin Malik.
Pasukan musuh pun mulai mundur. Mereka mundur dengan cepat dan masuk ke sebuah perkebunan yang dijadikan sebuah benteng yang terkunci.
Pasukan muslim kala itu tidak dapat menyerbu ke dalam benteng. Sampai akhirnya terbitlah sebuah ide dari Barra agar dirinya melompat ke dalam benteng dan segera membuka kunci pintu dari dalam.
"Wahai kaum muslimin, bawalah aku dan lemparkan ke tengah-tengah mereka ke dalam kebun itu! " Demikian Barra berkata kepada anggota pasukan, seolah tak mempedulikan dirinya yang pasti bakal ditebas pedang oleh pasukan musyrik di dalam benteng jika dirinya berusaha membuka pintu.
Namun, tanpa menunggu dilemparkan, Barra sudah memanjat dan meloncat ke dalamdala Benteng. Benarlah, pedang-pedang berseliweran menebas tubuhnya. Tapi memang itulah tujuannya sejak semula, mencari mati syahid. Tidak kurang dari 80 lubang menembus tubuhnya, luka yang parah dan menganga agar ia berhasil membuka pintu.
Usaha Barra tak sia-sia. Pintu berhasil dibuka. Pasukan muslim berhasil menyerbu masuk dan kekalahan menimpa pasukan Musailamah. Tapi, Barra tidaklah gugur lantaran luka itu. Sungguh takdir Allah berkata lain, bahkan pemimpin pasukan Khakid turut merawat lukanya sehingga Barra bisa sembuh dan di kemudian hari terus ikut berperang.
Pengait Besi yang Panas
Barra turut berperang melawan orang Persia di Iraq bersama saudaranya Anas bin Malik. Orang-orang Persia lebih sadis dan biasab dalam berperang. Mereka memakai rantai-rantai yang ujungnya dipasangkan pengait yang panas membara. Mereka melempar rantai-rantai ini keluar benteng sehingga jika mengenai pasukan muslimin akan sulit dilepaskan.
Barra dan Anas mendapat tugas untuk merebut benteng ini. Namun, sayang, Anas terkena pengait berantai besi yang sungguh panas di kulit. Tubuhnya tersangkut dan tertarik ke arah dinding benteng. Anas kesulitan melepaskan diri karena panasnya besi pengait. Barra yang menyaksikan saudaranya lantas berlari dan tanpa mau merasakan panasnya bara itu, dilepaskannya sehingga saudaranya terbebas.
Setelah saudaranya terlepas dari rantai, Barra baru menyadari kedua telapak tangannya sudah tak berbentuk karena hangus. Butuh waktu lama setelah peristiwa itu bagi Barra untuk memulihkan lukanya.
Perang Tutsur
Penduduk Ahwaz dan Persi telah berhimpun dalam suatu pasukan tentara yang amat besar hendak menyerang kaum muslimin. Amirul mukminin, Umar bin Khattab, menulis surat kepada Saad bin Abi Waqqash di Kuffah agar mengirimkan pasukan ke Ahwaz. Begitu pula surat kepada Abu Musa Al Asyari di Basrah agar mengirim pasukan ke Ahwaz.
"Angkatlah sebagai komandan pasukan Suhail bin Adi dan hendaklah ia didampingi Al Barra bin Malik." Demikian pesan Khalifah.
Saudara Barra, Anas bin Malik juga turut berperang kali ini. Pertempuran dimulai dengan perang tanding satu lawan satu. Barra sanggup menjatuhkan 100 penantang dari Persia.
Penyerbuan tak terhindari sehingga perang besar yang berkecamuk terjadi setelah adanya perang tanding ini. Sebagian sahabat mendekati Barra dan berkata kepadanya:
"Masih ingatkah engkau hai Barra akan sabda Rasulullah tentang dirimu: Berapa banyak orang yang berambut kusut Masai dan berdebu dan punya hanya dua pakaian lapuk sehingga tidak diperhatikan orang sama sekali padahal seandainya ia memohon kutukan kepada Allah bagi mereka pastilah akan diluluskannya!. Dan diantara orang-orang itu adalah Barra bin Malik. Wahai Barra, bersumpahlah kamu kepada Tuhanmu agar Dia mengalahkan musuh dan menolong kita! "
Barra mengangkat kedua tangannya ke arah langit kemudian membuat permohonan kepada Allah Subhanahu wa Taala.
"Ya Allah, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami atas mereka dan pertemukanlah daku hari ini dengan nabi-Mu."
Sejenak dilayangkannya pandangan kepada saudaranya, Anas, seolah ingin mengucapkan selamat tinggal. Kemudian berkecamuklah perang dahsyat yang besar dan korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
Demikianlah Barra bin Malik. Pada perang inilah ia mendapati impiannya selama ini, gugur sebagai syuhada. Di tengah-tengah para syuhada yang gugur di medan perang, wajahnya tersenyum dan bercahaya dengan pedang yang masih tergeletak di samping jasadnya. Pedangnya yang telah digunakan untuk menebas musuh terlihat tetap kuat tanpa goresan ataupun rusak sedikitpun.
Barra menemui impiannya dengan memenuhi panggilan Allah.
وَنُودُوٓا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Diserukan kepada mereka, Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan."
Quran Al Araf 43
Salam untukmu Al Barra bin Malik. Salam untukmu para syuhada.
Alhamdulillah
Kisah Sahabat lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW