5 Pelajaran Bagi Umat Muslim dari Muhammad Ali


Siapa yang tak mengenal petinju Muhammad Ali?  Kisah hidupnya menginspirasi hingga kini,,  bahkan melewati jamannya.  Apa saja pelajaran yang bisa kita petik dari kisah hidup petinju legendaris ini? 

Pelajaran 1 : Memiliki Visi
Muhammad Ali sudah tahu persis apa yang ingin diraihnya semenjak kecil. Teman kecilnya mengenangnya sebagai seorang anak lawan tanding yang kurus dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan menjadi seorang juara tinju dunia. Meskipun seperti mimpi yang sulit diraih, Ali telah menetapkan langkah pertama untuk mencapai tujuannya .

Tanpa sebuah visi, sulit untuk membangun harapan mencapai sebuah impian. Akibatnya, kita kebanyakan hanya memberi reaksi pada sesuatu tapi tidak beraksi. Dunia muslim sangat membutuhkan sebuah visi positif untuk dicapai, untuk mempersenjatai kemampuan kita dan menginspirasi kita.

Pelajaran 2 : Bekerja Keras

Semua orang tahu bahwa dibutuhkan kerja keras untuk menjadi seorang juara dunia. Namun, untuk menjadi juara dunia tinju sebanyak tiga kali mengalahkan batas kemampuan fisik, Muhammad Ali memiliki etika kerja pengecualian.

Waktu kerja kerasnya berlatih melebihi petinju yang lain. Ia memakai beberapa lapis pakaian dan pemberat di kakinya saat latihan. Ia melewati batasan dari kemampuan fisiknya dan tetap berjalan.

Dunia muslim adalah dunia pekerja keras. Meluangkan banyak waktu untuk melakukan penemuan, membangun struktur hebat dan mengangkat peradaban. Hari ini, kaum muslim menjadi masyarakat yang kurang produktif. Kita perlu untuk mengembalikan kecintaan untuk berusaha dan berkeringat untuk memenuhi kebutuhan kita.

Pelajaran 3 : Inspirasi diri sendiri dan orang lain

Banyak pribadi-pribadi hebat kita temui beberapa abad ini, namun hanya sedikit yang tekun membagikan rahasia kesuksesannya dengan orang lain. Muhammad Ali adalah seorang yang sangat terbuka dan sering memberikan inspirasi dan motivasi bagi semua orang.

Ia menginspirasi orang yang kurang suka mengenai tinju, orang yang tidak sepaham dengannya dan mereka yang tidak seagama dengannya. “In eloquence there is magic…” Kefasihan kata-katanya adalah ‘magic’.

Kaum muslim saat ini sedang dilanda krisis komunikasi. Kita tak mampu mengartikulasikan diri sendiri dan keimanan kita kepada yang lain dan kepada dunia. Kita kurang mampu memperlihatkan kepada dunia keindahan Islam dan kebijaksaan yang ada didalamnya. Kita memerlukan yang seperti Ali dalam hal kefasihan berbicara, dan kata-katanya yang menginspirasi.

Pelajaran 4 : Mengakui Kesalahan

Sulit untuk mendapatkan sebuah figure yang ‘iconic’, penuh kata-kata dan lebih logis selain Muhammad Ali. Kecuali Malcolm X yang menjadi mentornya. Pada periode awal persahabatan mereka, Malcolm adalah seperti kakak bagi Ali. Namun, persahabatan mereka terputus saat Malcolm sempat bergabung dengan Nation of Islam dan Ali menjauhinya.

Suatu hari mereka berpapasan di luar hotel Ghana. Malcolm berusaha memberi teman lamanya itu salam, namun Ali tak mengacuhkannya. Bertahun kemudian, saat Malcolm terbunuh, Ali sangat menyesali kejadian ketika ia tak mempedulikan sahabatnya itu.

“Meninggalkan Malcolm adalah satu kesalahan yang saya paling sesali dalam hidup. Saya berharap saya bisa mengatakan pada Malcolm penyesalan saya, bahwa ia benar dalam berbagai hal. Namun dia telah terbunuh sebelum saya sempat. Ia adalah seorang yang penuh visi di atas kita semua.”

Muhammad Ali adalah seorang besar yang mau mengakui kesalahan. Banyak kejadian di dunia saat kaum muslim menjadi mereka yang menerima perlakuan tidak adil dan mengalami tekanan, tapi dunia muslim harus tetap terbuka dan jujur mengenai kekurangan diri sendiri.

Pelajaran 5 : Memiliki Martabat dan Kehormatan, untuk diri sendiri dan agama

Saat mengganti namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali, banyak yang tidak suka dengan nuansa Islam pada namanya. Tapi Ali tetap bersikeras dan tak mau menyerah hanya karena persangkaan orang. Saat bertarung dengan seorang petinju yang tak mau memanggil namanya Muhammad Ali, ia melancarkan ayunan tangannya dalam bertinju sambil terus berkata, “Siapa nama saya?” sampai lawannya menyerah.

Penghormatan yang ada pada namanya juga dilakukan saat ia diberi bintang di Hollywood walk of fame. Ia meminta agar bintang yang bertuliskan namanya Muhammad Ali tidak dipasang di lantai tetapi di tembok. Ia tidak ingin nama Muhammad diinjak-injak orang yang lalu lalang.

Martabat dan kehormatan adalah sesuatu yang hilang dari dunia muslim saat ini. Ali tidak pernah malu lahir sebagai seorang berkulit hitam, tidak malu mengakui dirinya muslim, berkeyakinan diri dan merasa bangga sebagai seorang beragama Islam, dan menunjukkan bahwa kita tidak harus mengurangi nilai dalam aturan agama hanya sekadar mencari penghormatan.

Ali sering menyebut dirinya seorang ‘the greatest”. Saat menderita parkinsons, Ali berkata, “Mungkin ini adalah cara Tuhan memperlihatkan bahwa Dia-lah The Greatest, bukan saya.”

Muhammad Ali adalah seorang yang spesial dan bagi kaum muslim ia adalah figur yang sangat menginspirasi. Saat ini kita sangat kekurangan figur seorang muslim yang baik. Ali berdiri sebagai seorang tidak pernah malu menjadi seorang berkulit hitam dan bangga menjadi seorang muslim.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Selamat jalan Muhammad Ali, semoga Allah menghadiahimu surga. Allahuma firlahu, warhamhu, waafihi, wafuanhu...

Semoga kita selalu diberi petunjuk dan hidayah Allah untuk menjadi orang yang selalu istiqomah seperi Muhammad Ali. Aamiin.

Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan