Pada suatu siang, pada hari yang mampu membuat hati bergejolak, seorang Umar bin Khattab berjalan dengan penuh amarah.
Umar yang kala itu masih jahiliyah mendengar kabar mengenai hijrahnya kaum muslimin ke Madinah. Jiwanya berontak, murka dan marah. Ia hendak pergi ke rumah Al Arqam dan membunuh nabi Muhammad ﷺ. Namun, belum sampai di rumah nabi, ia diberitahu jika adiknya, Fatimah dan suaminya Said bin Zaid juga telah masuk Islam.
Nu’aim bin Abdullah memberitahukan kepadanya perihal islamnya Fatimah dan berkata:
“Demi Allah, engkau menipu dirimu sendiri, wahai Umar ! tidakkah engkau berpikir bahwa bani Abdul Manaf akan membiarkanmu tetap hidup setelah engkau membunuh putra mereka, Muhammad? mengapa engkau tidak segera kembali ke rumahmu dan memperbaiki rumahmu sendiri, saudara perempuanmu, Fatimah, beserta suaminya telah memeluk agama Muhammad?"
Maka tambah panaslah dada Umar bin Khattab. Ia berjalan menuju rumah adiknya yang kala itu sedang membaca Al Quran. Umar yang penuh amarah mendobrak masuk.
Mengetahui Umar mendobrak masuk, Fatimah buru-buru menyembunyikan lembaran Al Quran yang sedang dibacanya bersama suaminya. Ia begitu takut. Waktu itu juga ada Khabab bin Arats yang sampai-sampai bersembunyi di balik pintu saking takutnya.
Umar berkata kepada sang adik untuk memberikan Al Quran yang tengah dibacanya. Namun, Fatimah menolak.
"Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" kata Fatimah.
Maka amarah Umar pun memuncak, dipukulnya adiknya Fatimah dan suaminya sampai bibirnya berdarah.
Kemudian Fatimah berkata penuh keyakinan kepada kakaknya itu, "Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”.
Umar melunak mendengar keteguhan hati adiknya. "Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya," katanya.
Fatimah berkata, "Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu."
Umar menuruti kata-kata adiknya. Ia pun segera mandi. Setelah itu ia membaca lembaran Al Quran yang diserahkan Fatimah dengan perlahan-lahan...
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيم
طه (١) مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ (٢) إِلَّا تَذۡڪِرَةً۬ لِّمَن يَخۡشَىٰ (٣) تَنزِيلاً۬ مِّمَّنۡ خَلَقَ ٱلۡأَرۡضَ وَٱلسَّمَـٰوَٲتِ ٱلۡعُلَى (٤) ٱلرَّحۡمَـٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ (٥) لَهُ ۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَہُمَا وَمَا تَحۡتَ ٱلثَّرَىٰ (٦) وَإِن تَجۡهَرۡ بِٱلۡقَوۡلِ فَإِنَّهُ ۥ يَعۡلَمُ ٱلسِّرَّ وَأَخۡفَى (٧)ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ (٨) وَهَلۡ أَتَٮٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ (٩) إِذۡ رَءَا نَارً۬ا فَقَالَ لِأَهۡلِهِ ٱمۡكُثُوٓاْ إِنِّىٓ ءَانَسۡتُ نَارً۬ا لَّعَلِّىٓ ءَاتِيكُم مِّنۡہَا بِقَبَسٍ أَوۡ أَجِدُ عَلَى ٱلنَّارِ هُدً۬ى (١٠) فَلَمَّآ أَتَٮٰهَا نُودِىَ يَـٰمُوسَىٰٓ (١١) إِنِّىٓ أَنَا۟ رَبُّكَ فَٱخۡلَعۡ نَعۡلَيۡكَۖ إِنَّكَ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوً۬ى (١٢)وَأَنَا ٱخۡتَرۡتُكَ فَٱسۡتَمِعۡ لِمَا يُوحَىٰٓ (١٣) إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدۡنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِڪۡرِىٓ (١٤)
Thaahaa (1)
Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; (2)
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut [kepada Allah], (3)
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (4)
[Yaitu] Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ’Arsy (5)
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.(6)
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (7)
Dialah Allah, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Dia mempunyai asmaul husna [nama-nama yang baik]. (8)
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (9)
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu [di sini], sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu". (10)
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa!
(11) Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. (12)
Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan [kepadamu].
(13) Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan [yang hak] selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (14)
Al Quran surat Thaha 1-14
Maka Umar pun tertunduk. Hatinya telah jatuh kepada agama Muhammad ﷺ, agama yang telah mengabarkan kalam-kalamNya dalam Al Quran yang begitu indah. Begitu indahnya sehingga menggetarkan hatinya yang semula begitu keras.
Maka berjalanlah Umar bin Khattab setelah itu ke Darul Arqam, tempat dimana kaum yang pertama masuk Islam berkumpul secara sembunyi-sembunyi, namun kini tidak lagi. Umar melangkahkan kakinya ke sana bukan lagi untuk membunuh Nabi ﷺ tapi bersyahadat dihadapan beliau.
Alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar