Satu, harishul waqti, disiplin atau ketat menjaga waktu.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.
QS Al Ashr 1-3
Waktu bagai pedang begitu sabda Rasulullah SAW. Perkara pentingnya waktu disebutkan Allah
dalam Al Quran Surah Al Ashr 1-3. Supaya waktu dipergunakan dengan sempurna,
yang harus dilakukan seperti, membina iman, memperdalam ilmu, memperbanyak amal
sholeh, melaksanakan, memperjuangkan atau mempertahankan kebenaran , dan
membangun kesabaran.
Dua, salimul akidah,
bersih akidahnya.
Akidah adalah perkara yang dibenarkan jiwa, hati merasa tenang, serta menjadikan
orang yakin berbuat tanpa keraguan
sedikit pun. Supaya terwujud akidah sumbernya harus benar, yaitu Al Quran, As
Sunnah dan Ijma. Orang yang bersih akidahnya akan merasa merdeka, lepas dari
penghambaan pada dunia/ thogut, mulia, tenang, aman, optimis, merasa barokah,
berani, mendapatkan kepemimpinan dan tawakal.
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan
hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”
QS Al Mumtahanah 4
Tiga, shohihul ibadah, benar ibadahnya.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta’atan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan
supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah
agama yang lurus, dan yang demikian itulah agama yang lurus.
QS Al Bayyinah 5
Syarat ibadah yaitu menjauhi thogut, ikhlas, memurnikan
ketaatan, tidak musyrik. Dr. Yusuf
Qordhawi dalam Al Iman wal Hayah menyatakan:
Ibadah untuk Allah SWT adalah penaklukan diri terhadap
hukum-hukumNya, disertai kerelaan jiwa dan penyerahan hati tanpa rasa keberatan
ataupun keraguan sedikit pun, karena ia percaya dan yakin bahwa pengaturan
Allah terhadap dirinya lebih baik daripada pengaturan sendiri terhadap dirinya.
Dan sesungguhnya Allah SWT lebih sayang kepadanya daripada ayah ibunya sendiri
dan sesungguhnya Allah SWT tahu tentang apa-apa yang dapat membaikkan dan
mensucikannya.
Empat, mutsaaqotul fikri, cerdas berfikir atau luas
wawasannya.
Perbedaan cara berpikir orang Islam dan kafir, muslim menjadikan Allah SWT sebagai sumber
kebenaran. Kebenaran bersifat axiomatis, berlaku universal dan up to date
sepanjang masa. Sedangkan orang kafir menjadikan manusia sebagai pusat
kebenarannya, makanya bersifat antropocentris, sektoral dan relatif. Lantaran menjadikan Allah SWT sebagai landasan kebenaran, muslim yang sholeh akan
lebih cerdas dan kritis.
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang
yang ragu.
QS Al Baqarah 147
Lima, matiinul khuluqi, mulia akhlaqnya.
Iman sesorang akan melahirkan akhlaqnya. Akhlaq yang baik
ditujukan kepada Allah SWT, diri
sendiri, manusia lain dan pada alam. “… dari Aisyah ra mengatakan, “Akhlaq
Rasulullah SAW adalah Al Quran.” “Sebaik-baik
kamu adalah yang paling baik akhlaqnya” HR Buchari-Muslim.
Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu
rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi
hati.
QS At Taghaabun 4
Selain lima ciri tadi, muslim yang sholeh juga memiliki
ciri:
Enam, qowiyul jismi, kuat fisiknya.
Tujuh, munazomu ‘ala syu’ih, rapi dalam bekerja.
Delapan, mujaahidu linafsih, jihad terhadap diri sendiri.
Sembilan, qodirun ‘alal kasbi, mandiri.
Sepuluh, nafi’un lilghoir, bermanfaat bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar