Saat terbaring sakit dan menghadapi sakaratul maut, Khalifah
Abu Bakar ra ditemani putrinya tercinta, Aisyah. Putrinya begitu berbakti
merawat dan menjaga sang ayah di akhir hidupnya.
Abu Bakr ra adalah seorang yang lemah tubuhnya, namun kuat
imannya. Begitu halus hatinya, dan sangat mudah menitikkan air mata. Walaupun
segera berhadapan dengan maut, sahabat tercinta Rasulullah SAW itu masih sempat
berpesan pada Umar bin Khatab ra, agar kematiannya jangan sampai mengganggu
kepentingan kaum muslimin.
Menunggui ayah tercinta di sisinya, Asiyah teringat sajak
Hatim dan berkata padanya, “Demi hidupmu, harta kekayaan tiada guna. Bila
sakaratul sudah tiba, nafas sudah sesak di dada.”
Mendengar itu, Abu
Bakr ra berkata, “Bukan begitu
Ummulmukminin, tetapi…, ” beliau lalu mengucapkan ayat Al Quran surah Qaf 19,
“… dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari darinya.”
Terasa semakin berat sakit yang dirasakannya. Kepalanya
telah layu tersandar, Abu Bakr mengucapkan beberapa bait,
“Setiap yang punya unta akan diwariskan dan setiap barang
rampasan akan dirampas. Setiap yang kehilangan akan kembali, tetapi hilang
dengan kematian tak akan kembali.”
Usai berucap itu, pada detik-detik terakhir hidupnya, Abu
Bakr ra mengucapkan,
“Tuhan… ambillah nyawaku sebagai orang yang berserah diri
(Islam) dan tempatkanlah aku bersama orang-orang sholeh.” QS Surat Yusuf 101
Abu Bakr ra wafat
pada hari Senin malam, 21 Jumadil Akhir 13 H, dalam usia 63 tahun. Ia wafat
sore setelah terbenam matahari dan dimakamkan pada malam itu juga. Semoga Allah
menerima doa beliau, semoga Allah memberkatinya.
Rewrite dari buku Abu Bakr As-Siddiq karya Muhammad Husain
Haekal
*Alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar