Ketaatan itu hanya dalam kebaikan. Al Quran dan sunnah adalah dua rahmat dari Allah Subhana wa taala. Kembali kepada keduanya adalah keutamaan.
Qs An Nissa 4:59
Bismillahi Rahmaani Rahiim
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya .
Shodaqollahuladzim
Ada dua riwayat yang mengiringi turunnya ayat ini. Pertama mengenai kisah Abdullah bin Hudzaifah bin Qais yang diutus menjadi salah satu pemimpin pasukan, dan kedua, kisah perselisihan antara Khalid bin Walid dengan Ammar bin Yasir. Kedua kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita saat ini.
Riwayat pertama, perihal Abdullah bin Hudzaifah bin Qais, Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari Al A Masy dari Sa’d ibnu Ubaidah dari Abdur Rahman As Sulami, dari Ali menceritakan bahwa Rasulullah SAW mengirimkan suatu pasukan khusus dan mengangkat menjadi panglimanya seorang lelaki dari kalangan Anshar (Abdullah bin Hudzaifah bin Qais).
Manakala mereka berangkat, maka si lelaki Anshar itu menjumpai sesuatu pada diri mereka. Maka ia berkata kepada mereka, “Bukankah Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kalian untuk taat kepadaku?” Mereka menjawab, “Memang benar.”
Lelaki Anshar itu berkata, “Kumpulkanlah kayu bakar buatku.” Setelah itu si lelaki Anshar tersebut meminta api, lalu kayu itu dibakar. Selanjutnya, lelaki Anshar itu berkata, “Aku bermaksud agar kalian benar-benar memasuki api itu.”
Lalu ada seorang pemuda dari kalangan mereka berkata, “Sesungguhnya jalan keluar bagi kalian dari api ini hanyalah kepada Rasulullah. Karena itu, kalian jangan tergesa-gesa sebelum menemui Rasulullah. Jika Rasulullah SAW memerintahkan kepada kalian agar memasuki api itu, maka masukilah.”
Kemudian mereka kembali menghadap Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada mereka: “Seandainya kalian masuk ke dalam api itu, niscaya kalian tidak akan keluar untuk selama-lamanya. Sebenarnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Riwayat ini pernah dikisahkan Ibnu Abbas . Menurut Imam ad Dawudi, riwayat tersebut menyalahgunakan nama Ibnu Abbas karena cerita mengenai Abdullah bin Hudzaifah bin Qais adalah sebagai berikut: Di saat Abdullah marah-marah pada pasukannya ia menyalakan api unggun dan memerintahkan pasukannya untuk terjun ke dalamnya.
Pada waktu itu, sebagian menolak dan sebagian lagi hampir menerjukan diri ke dalam api. Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa Abdullah mengapa hanya dikhususkan untuk Abdullah Hudzaifah saja dan tidak untuk waktu yang lain. Sekiranya ayat ini diturunkan setelah peristiwa ini, maka tidaklah pantas juga mengatakan sepenuhnya bahwa Abdullah bin Hudzaifah bin Qais adalah orang yang tidak taat.
Al Harith ibnu Hajar berpendapat bahwa maksud kisah Abdullah bin Hudzaifah bin Qais adalah menerangkan batasan antara taat pada perintah (pemimpin) dan menolak perintah untuk terjun ke dalam api. Saat itu anggota pasukan merasa perlu mendapat petunjuk apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini memberikan petunjuk kepada mereka apabila berbantahan hendaknya kembali kepada Allah dan RasulNya. (Kitab Asbabun Nuzul Imam Jalaludin As Suyuthi)
Riwayat kedua, menuturkan kisah perselisihan antara Khalid bin Walid dan Ammar ibndu Yasir yang berakhir damai. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari As Saddi sehubungan dengan firmanNya, “Taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di antara kalian, (An Nissa 59). Bahwa Rasulullah SAW pernah mengirimkan suatu pasukan khusus di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid di dalam pasukan itu terdapat Ammar ibnu Yasir.
Mereka berjalan menuju tempat kaum yang dituju oleh mereka, dan ketika berada di dekat tempat tersebut, mereka turun beristirahat karena hari telah malam. Kemudian mereka diketahui oleh mata-mata kaum yang dituju mereka, lalu mata-mata itu memberitahukan kepada kaumnya akan kedatangan mereka. Maka kaumnya pergi melarikan diri meninggalkan tempat mereka kecuali seorang lelaki yang memerintahkan kepada keluarganya agar semua barang mereka dikemasi. Kemudian ia sendiri pergi dengan berjalan kaki di kegelapan malam hari menuju tempat pasukan Khalid ibnul Walid.
Setelah ia sampai di tempat pasukan kaum muslim, maka ia menanyakan tentang Ammar ibnu Yasar, lalu ia datang kepadanya dan mengatakan, “Hai Abul Yaqzan, sesungguhnya sekarang aku masuk Islam dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Sesungguhnya kaumku setelah mendengar kedatangan kalian, mereka semuanya melarikan diri, tetapi aku tetap tinggal di tempat. Maka apakah Islamku ini dapat bermanfaat bagiku besok pagi nanti? Jika tidak, maka aku pun akan ikut lari.”
Ammar menjawab, “Tidak, bahkan Islammu dapat bermanfaat untuk dirimu. Sekarang pulanglah, dan tetaplah di tempat tinggalmu.”
Lalu lelaki itu pulang dan menetap di tempatnya. Pada keesokan harinya Khalid ibnul Walid datang menyerang, dan ternyata ia tidak menemukan seorang pun dari musuhnya selain lelaki tadi, lalu Khalid menawannya dan mengambil semua hartanya.
Ketika sampai berita itu kepada Ammar, maka Ammar datang kepada Khalid dan mengatakan kepadanya, “Lepaskanlah lelaki ini, karena sesungguhnya dia telah masuk Islam, dan sesungguhnya dia telah berada di bawah perlindunganku.” Khalid berkata, “Atas dasar apakah kamu memberikan perlindungan?” Keduanya bertengkar, dan akhirnya keduanya melaporkan peristiwa itu kepada Rasulullah SAW.
Maka Rasulullah SAW memperbolehkan tindakan Ammar, tetapi melarangnya mengulangi perbuatan itu lagi, yakni memberikan perlindungan tanpa seizin pemimpin pasukan. Keduanya masih terus berbalas caci maki di hadapan Rasulullah SAW. Maka Khalid berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau biarkan saja budak hina ini mencaciku?”
Rasulullah SAW menjawab, “Hai Khalid, janganlah engkau mencaci Ammar karena sesungguhnya barangsiapa mencaci Ammar, Allah membalas mencacinya, dan barang siapa yang membenci Ammar, Allah balas membencinya, dan barang siapa yang melaknat Ammar, maka Allah membalas melaknatnya.
Ammar masih dalam keadaan emosi. Ia bangkit dan pergi, lalu diikuti oleh Khalid. Kemudian Khalid menarik jubah bajunya dan meminta maaf kepadannya. Akhirnya Ammar memaafkannya. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya, Taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di antara laian (QS An Nissa 59)
Kedua kisah tadi terjadi saat Rasulullah SAW masih hidup dan orang-orang kala itu selalu taat kepada Allah dan RasulNya. Saat mereka berselisih paham dikembalikannya kepada Al Quran dan sunnah, termasuk saat berselisih dengan pemimpin mereka . Mereka taat kepada pemimpin mereka semata-mata di jalan Allah.
Contoh kisah ketaatan kaum muslimin pada awal Islam tersebut seperti diterangkan dalam ayat adalah perbuatan yang utama bagi orang beriman. Seperti juga akhir kedua kisah tadi, di akhir ayat surat An Niisa 59 menjelaskan, ketaatan akan memberikan akibat yang lebih baik.
Allahu’alam
Alhamdulillah
#quran
Qs An Nissa 4:59
Bismillahi Rahmaani Rahiim
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya .
Shodaqollahuladzim
Ada dua riwayat yang mengiringi turunnya ayat ini. Pertama mengenai kisah Abdullah bin Hudzaifah bin Qais yang diutus menjadi salah satu pemimpin pasukan, dan kedua, kisah perselisihan antara Khalid bin Walid dengan Ammar bin Yasir. Kedua kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita saat ini.
Riwayat pertama, perihal Abdullah bin Hudzaifah bin Qais, Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dari Al A Masy dari Sa’d ibnu Ubaidah dari Abdur Rahman As Sulami, dari Ali menceritakan bahwa Rasulullah SAW mengirimkan suatu pasukan khusus dan mengangkat menjadi panglimanya seorang lelaki dari kalangan Anshar (Abdullah bin Hudzaifah bin Qais).
Manakala mereka berangkat, maka si lelaki Anshar itu menjumpai sesuatu pada diri mereka. Maka ia berkata kepada mereka, “Bukankah Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kalian untuk taat kepadaku?” Mereka menjawab, “Memang benar.”
Lelaki Anshar itu berkata, “Kumpulkanlah kayu bakar buatku.” Setelah itu si lelaki Anshar tersebut meminta api, lalu kayu itu dibakar. Selanjutnya, lelaki Anshar itu berkata, “Aku bermaksud agar kalian benar-benar memasuki api itu.”
Lalu ada seorang pemuda dari kalangan mereka berkata, “Sesungguhnya jalan keluar bagi kalian dari api ini hanyalah kepada Rasulullah. Karena itu, kalian jangan tergesa-gesa sebelum menemui Rasulullah. Jika Rasulullah SAW memerintahkan kepada kalian agar memasuki api itu, maka masukilah.”
Kemudian mereka kembali menghadap Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada mereka: “Seandainya kalian masuk ke dalam api itu, niscaya kalian tidak akan keluar untuk selama-lamanya. Sebenarnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Riwayat ini pernah dikisahkan Ibnu Abbas . Menurut Imam ad Dawudi, riwayat tersebut menyalahgunakan nama Ibnu Abbas karena cerita mengenai Abdullah bin Hudzaifah bin Qais adalah sebagai berikut: Di saat Abdullah marah-marah pada pasukannya ia menyalakan api unggun dan memerintahkan pasukannya untuk terjun ke dalamnya.
Pada waktu itu, sebagian menolak dan sebagian lagi hampir menerjukan diri ke dalam api. Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa Abdullah mengapa hanya dikhususkan untuk Abdullah Hudzaifah saja dan tidak untuk waktu yang lain. Sekiranya ayat ini diturunkan setelah peristiwa ini, maka tidaklah pantas juga mengatakan sepenuhnya bahwa Abdullah bin Hudzaifah bin Qais adalah orang yang tidak taat.
Al Harith ibnu Hajar berpendapat bahwa maksud kisah Abdullah bin Hudzaifah bin Qais adalah menerangkan batasan antara taat pada perintah (pemimpin) dan menolak perintah untuk terjun ke dalam api. Saat itu anggota pasukan merasa perlu mendapat petunjuk apa yang harus mereka lakukan. Ayat ini memberikan petunjuk kepada mereka apabila berbantahan hendaknya kembali kepada Allah dan RasulNya. (Kitab Asbabun Nuzul Imam Jalaludin As Suyuthi)
Riwayat kedua, menuturkan kisah perselisihan antara Khalid bin Walid dan Ammar ibndu Yasir yang berakhir damai. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari As Saddi sehubungan dengan firmanNya, “Taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di antara kalian, (An Nissa 59). Bahwa Rasulullah SAW pernah mengirimkan suatu pasukan khusus di bawah pimpinan Khalid ibnul Walid di dalam pasukan itu terdapat Ammar ibnu Yasir.
Mereka berjalan menuju tempat kaum yang dituju oleh mereka, dan ketika berada di dekat tempat tersebut, mereka turun beristirahat karena hari telah malam. Kemudian mereka diketahui oleh mata-mata kaum yang dituju mereka, lalu mata-mata itu memberitahukan kepada kaumnya akan kedatangan mereka. Maka kaumnya pergi melarikan diri meninggalkan tempat mereka kecuali seorang lelaki yang memerintahkan kepada keluarganya agar semua barang mereka dikemasi. Kemudian ia sendiri pergi dengan berjalan kaki di kegelapan malam hari menuju tempat pasukan Khalid ibnul Walid.
Setelah ia sampai di tempat pasukan kaum muslim, maka ia menanyakan tentang Ammar ibnu Yasar, lalu ia datang kepadanya dan mengatakan, “Hai Abul Yaqzan, sesungguhnya sekarang aku masuk Islam dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Sesungguhnya kaumku setelah mendengar kedatangan kalian, mereka semuanya melarikan diri, tetapi aku tetap tinggal di tempat. Maka apakah Islamku ini dapat bermanfaat bagiku besok pagi nanti? Jika tidak, maka aku pun akan ikut lari.”
Ammar menjawab, “Tidak, bahkan Islammu dapat bermanfaat untuk dirimu. Sekarang pulanglah, dan tetaplah di tempat tinggalmu.”
Lalu lelaki itu pulang dan menetap di tempatnya. Pada keesokan harinya Khalid ibnul Walid datang menyerang, dan ternyata ia tidak menemukan seorang pun dari musuhnya selain lelaki tadi, lalu Khalid menawannya dan mengambil semua hartanya.
Ketika sampai berita itu kepada Ammar, maka Ammar datang kepada Khalid dan mengatakan kepadanya, “Lepaskanlah lelaki ini, karena sesungguhnya dia telah masuk Islam, dan sesungguhnya dia telah berada di bawah perlindunganku.” Khalid berkata, “Atas dasar apakah kamu memberikan perlindungan?” Keduanya bertengkar, dan akhirnya keduanya melaporkan peristiwa itu kepada Rasulullah SAW.
Maka Rasulullah SAW memperbolehkan tindakan Ammar, tetapi melarangnya mengulangi perbuatan itu lagi, yakni memberikan perlindungan tanpa seizin pemimpin pasukan. Keduanya masih terus berbalas caci maki di hadapan Rasulullah SAW. Maka Khalid berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau biarkan saja budak hina ini mencaciku?”
Rasulullah SAW menjawab, “Hai Khalid, janganlah engkau mencaci Ammar karena sesungguhnya barangsiapa mencaci Ammar, Allah membalas mencacinya, dan barang siapa yang membenci Ammar, Allah balas membencinya, dan barang siapa yang melaknat Ammar, maka Allah membalas melaknatnya.
Ammar masih dalam keadaan emosi. Ia bangkit dan pergi, lalu diikuti oleh Khalid. Kemudian Khalid menarik jubah bajunya dan meminta maaf kepadannya. Akhirnya Ammar memaafkannya. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya, Taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di antara laian (QS An Nissa 59)
Kedua kisah tadi terjadi saat Rasulullah SAW masih hidup dan orang-orang kala itu selalu taat kepada Allah dan RasulNya. Saat mereka berselisih paham dikembalikannya kepada Al Quran dan sunnah, termasuk saat berselisih dengan pemimpin mereka . Mereka taat kepada pemimpin mereka semata-mata di jalan Allah.
Contoh kisah ketaatan kaum muslimin pada awal Islam tersebut seperti diterangkan dalam ayat adalah perbuatan yang utama bagi orang beriman. Seperti juga akhir kedua kisah tadi, di akhir ayat surat An Niisa 59 menjelaskan, ketaatan akan memberikan akibat yang lebih baik.
Allahu’alam
Alhamdulillah
#quran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar