Ungkapan-Ungkapan yang Keliru



Ada beberapa ungkapan yang suka kita dengar, bahkan kita ucapkan, tanpa kita sadari sebenarnya kurang tepat. 

Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita memahami beberapa ungkapan sehari-hari yang kurang tepat supaya bisa menghindari pemakaiànnya. Tujuannya untuk menjaga dan meluruskan akidah kita.

Beberapa saja dari ungkapan itu antara lain:

1. Anugerah alam
Adakalanya kita mendengar sebuah iklan yang menyebutkan misalnya, "Berkat anugerah alam, obat verbal ini bisa menyembuhkan penyakit."

Alam sendiri adalah benda mati yang diciptakan, dihidupkan dan diatur oleh Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Taala. Jadi akan lebih tepat bila kita mengungkapkannya demikian: "Atas anugerah Allah yang telah menciptakan tanaman yang berkhasiat dst...." Tetapi janganlah lagi mengatakan "Berkat anugerah alam".

2. Hukum alam
Bila terjadi suatu bencana alam atau musibah misalnya, seorang guru bisa saja mengatakan, "Sudah menjadi hukum alam bahwa  terjadi gempa..." 

Pemakaian kata "hukum alam" kuranglah tepat. Hukum alam sendiri merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat barat yang muncul dari orang Yunani penyembah dewa-dewa sejak jamannya Socrates. Menurut aliran hukum alam, segala sesuatu yang terjadi bisa dilihat dari beberapa cara pandang. Ada hukum alam yang berdasarkan religi, hukum alam atas dasar ketuhanan atau hukum alam semata-mata berdasarkan rasio manusia. Berbeda religi tentu akan berbeda pula hukum alamnya. Hukum alam berdasarkan religi kristiani pasti akan berbeda dengan pemahaman seorang muslim.

Sebagai muslim, kita memiliki pemahaman sendiri bagaimana alam ini diatur oleh Allah seperti dijelaskan AlQuran. Maka, bukan lagi memakai istilah "hukum alam", akan lebih tepat jika kita mengatakan, "Inilah hukum Allah yang Maha Mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta." Alam tidaklah berdiri atau mengatur dirinya sendiri, namun Allahlah yang mengaturnya.

3. Ungkapan untuk orang meninggal.
Pada pengumuman tentang kematian seseorang, kita pernah mendengar kata-kata, "Telah berpulang Fulan ke peristirahatan yang terakhir."

Ungkapan ini kurang tepat. Saat seseorang meninggal dunia, menurut pemahaman Islam, rohnya akan pindah ke alam kubur. Seorang muslim mengimanj adanya hari akhir yaitu kiamat. Setelah itu seluruh manusia akan dihisab dan ditempatkan di tempatnya yang terakhir sesuai amalnya di dunia, yaitu surga atau neraka. Jadi, peristirahatan terakhir adalah surga atau neraka. Saat seorang meninggal, ia belum lagi berpulang ke peristirahatan terakhir, tetapi berada di alam kubur. 

Ada juga ungkapan tentang berita kematian seseorang "Telah berpulang ke Rahmatullah Fulan bin Fulan". Kita tidak bisa mengetahui apakah orang yang meninggal itu telah benar-benar dirahmati Allah atau belum. Sehingga kita tidak bisa langsung mengatakan ia telah berpulang ke Rahmatullah. Pengungkapan sederhana "Telah meninggal dunia" akan menjadi lebih tepat. Tapi kita bisa menambahkan doa bagi yang meninggal, "Semoga Allah merahmatinya" atau "Semoga rahmat Allah atasnya".

Ini berkaitan juga dengan penggunaan istilah almarhum. Almarhum yang dimaksud berarti orang yang dirahmati. Tak ada orang yang bena-benar mengetahui apakah orang yang meninggal itu dirahmati Allah atau tidak, apalagi kalau semasa hidupnya ia adalah orang yang banyak melakukan maksiat, sehingga penggunaan kata "almarhum Fulan" sebenarnya kurang tepat. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan penggunaan kata almarhum ini diperbolehkan, sebatas makna penggunaannya sebagai doa agar Allah merahmati orang yang telah meninggal. Lantaran sebagai doa,  penggunaan almarhum hanya diperuntukkan bagi orang muslim, bukan bagi mereka yang jelas-jelas kafir.

Beberapa ungkapan lain yang lebih tepat bisa digunakan, meskipun masih belum terbiasa kita menggunakannya yaitu Allahu yarham dan Rahimahullah. "Fulan bin Fulan Allahu yarham" atau "Fulan bin Fulan rahimahullah".

Demikian beberapa catatan kecil saya. Mohon maaf kalau ada salah. Allahu'alam.
Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan