Pada suatu masa di Irak, hiduplah seorang penguasa yang suka menindas, Al
Hajjaj ibn Yusuf. Al Hajjaj adalah
seorang penguasa yang sangat kuat. Ia seorang gubernur sewenang-wenang sehingga
para penguasa dari Bani Umayyah yang
lain tak berani mengambil tindakan apapun terhadapnya.
Ibn Al Atsir dalam buku sejarahnya Al Kamil menulis, jumlah
orang yang dibunuh oleh Al Hajjaj mencapai 120 ribu orang, belum termasuk 80
ribu orang yang mati dipenjarakan. Ia adalah seorang penguasa yang memaksakan
kehendak supaya pemerintahan dan masyarakat seluruhnya tunduk pada kekuasaan
daulah Umayyah. Sama sekali tak diperkenankan ada pertanyaan, masukan, nasihat
apalagi kritik dari pihak oposisi.
Korban keganasan gubernur ini adalah seorang yang bernama
Abdullah ibn Zubair radiyallahu anhuma, atau lebih dikenal dengan panggilan Said
ibn Zubair. Ia adalah ulama, seorang murid kesayangan Ibnu Abbas rahiyallahu
anhuma, seorang sahabat di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Said ibn
Zubair inilah yang menutup kezhaliman Al Hajjaj.
Said ibn Zubair menjelang akhir hayatnya ditangkap oleh Al
Hajjaj. Ia ditanya oleh sang gubernur, “Siapa namamu?”
Said menjawab, “Said ibn Zubair.” (Orang bahagia anak orang
jaya)
“Tidak!” kata Al Hajjaj. “Namamu Saqi ibn Kusair” (Orang celaka
anak orang hancur)
Mendengar itu Said berkata “Ibuku lebih tahu siapa namaku!”
Al Hajjaj bertanya lagi, kali ini mengenai Rasulullah Shallalahu
Alaihi Wassallam dan Khulafaur Rasyidin. Ia berharap Said menjelek-jelekkan Ali
bin Abu Thalib. Tapi, bagi Said, mereka semua adalah mulia.
Kemudian Al Hajjaj bertanya, “Siapa khalifah Bani Umayyah yang
terbaik?” Said menjawab, “Yang paling diridhoi Rabbnya.”
“Siapa itu?” Tanya Al Hajjaj penasaran. Said menjawab, “Ilmu tentang
itu di sisi Allah!”
“Kalau tentang aku?” Al Hajjaj masih penasaran. “Kau lebih tahu
tentang dirimu!” demikian jawab Said.
Aku ingin tahu pendapatmu!”, desak Al Hajjaj. “Itu akan
menyedihkanmu dan mengusir kegembiraanmu”, tukas Sa’id. “Katakan!”, Al Hajjaj
jadi geram.
“Kau telah menyelisihi Kitabullah. Kau lakukan hal yang kauharap
berwibawa karenanya, tapi ia menghinakan dan menjatuhkanmu ke neraka!” Jawab Said.
“Demi Allah aku akan membunuhmu!”, kata Al Hajjaj. Said berkata,
“Dengan itu kauhancurkan duniaku dan kuhancurkan akhiratmu.”
“Dengan cara apa kau mau dibunuh?” Al Hajjaj bertanya pongah. Said
hanya menjawab, “Pilihlah untukmu; dengan cara yang sama kelak Allah
membalasmu!”
“Apa kau mau kuampuni?”, tanya Al Hajjaj. Said menjawab, “Sesungguhnya
ampunan hanya dari Allah; kau tak punya dan tak berhak atasnya!”
Al Hajjaj yang berang atas jawaban Said memanggil tentaranya, “Prajurit!
Siapkan pedang dan alas!”
Said tersenyum. Al Hajjaj memperhatikan raut muka Said dan
bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa?”
“Aku takjub atas kelancanganmu kepada Allah dan santun-lembutnya
Allah padamu,” jawab Said.
“Prajurit, penggal dia!”, teriak Al Hajjaj.
Said menghadap kiblat lalu membaca Al Quran {QS6:79}:
“Kuhadapkan wajahku pada Yang Mencipta langit & bumi.”
“Palingkan dia!” perintah Al Hajjaj.
Sa’id pun lalu membaca {QS2:115}: “Ke manapun kamu menghadap di
sanalah wajah Allah.”
“Telungkupkan dia ke tanah!” teriak Al Hajjaj.
Maka Said membaca {QS20:55}: “Dari bumi (tanah) itulah Kami
menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu.”
“Sembelih dia!” perintah Al Hajjaj. “Sungguh tak ada orang yang
lebih kuat hafalan Qurannya dari dia!”
Maka Said berdoa terakhir kali, “Ya Allah; jangan kuasakan dia atas seorangpun
sesudah diriku!”
Lalu Said ibn Zubair dibunuh.
Lima belas hari kemudian, Al Hajjaj mulai demam. Sakit itu
mengantarnya pada kematian. Dia terlelap sesaat lalu bangun berulang kali dalam
ketakutan. “Said ibn Zubair mencekikku!”
Punggawanya mengadu pada Hasan Al Bashri, memohonnya mendoakan
sang majikan. Al Hasan berkata, "Sudah kukatakan padanya, jangan mendzhalimi
para 'Ulama!"
Jelang sakaratul maut, doa-harapnya menakjubkan; “Ya Allah,
orang-orang mengira Kau takkan mengampuniku. Sungguh buruk persangkaan mereka
padaMu!”
Al Hajjaj mati setelah 40 hari. ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz dan Hasan Al Bashri sujud syukur berulang kali. Umar
dan beberapa ‘Alim lain bermimpi Al Hajjaj dibunuh Allah sebanyak pembunuhan
yang dia lakukan, kecuali satu, pembunuhan atas Said ibn Jubair. Allah membalasnya 70 kali.
Allahu’alam
Alhamdulillah
Ditulis ulang dari status Salim A Fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar