Tujuh Tingkat Kepribadian Manusia

Abdul Fattah Rashid Hamid, Ph.D., psikolog muslim lulusan St Louis University  dalam bukunya Pengenalan Diri dan Dambaan Spiritual menyebutkan, perjalanan manusia menuju kesempurnaan kepribadian melewati tahapan berikut:

Tingkat 1: An Nafs Al Amarah

Pada tingkat ini manusia condong pada hasrat dan kenikmatan dunia. Minatnya tertuju pada pemeliharaan tubuh, kenikmatan selera-selera jasmani dan pemanjaan ego. Serakah, sombong, nafsu seksual, pamer, fitnah, dusta, marah dan sejenisnya, menjadi yang paling dominan.

Tingkat 2: An Nafs al Lawwamah

Pada tingkat ini manusia sudah mulai melawan nafsu jahat yang timbul, meskipun ia masih bingung tentang tujuan hidupnya. Jiwanya sudah melawan hasrat-hasrat rendah yang muncul. Diri masih menjadi subjek yang dikendalikan hasrat-hasrat yang bersifat fisik, ia masih sering tertipu oleh muslihat dunia yang sementara ini.

Tingkat 3: An Nafs al Mulhima

Pada tingkat ini manusia sudah menyadari cahaya hati sejati tidak lain adalah petunjuk Allah. Semangat taqwa dan mencari ridho Allah adalah semboyannya. Ia tidak lagi mencari kesalahan-kesalahan orang lain tetapi selalu introspeksi untuk menjadi hamba Allah yang lurus, ia selalu berzikir dan mengikuti sunah nabi Muhammad SAW.

Tingkat 4: An Nafs al Qana’ah

Hati manusia pada tingkat ini sudah mantap, merasa cukup dengan apa yang dimilikinya dan tidak tertarik dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Ia sudah tidak ingin berlomba untuk menyamai orang lain. Ketinggian status baginya bukan berarti keterbelakangan dan kebodohan. Ia menyadari bahwa ketidakpuasan atas segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah menunjukkan keserakahan dan ketidakmatangan pribadi. Pada tingkat ini, manusia mengetahui bahwa seseorang tidak dapat memperoleh kebaikan apapun kecuali dengan kehendak Allah. Hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik dalam situasi apapun.

Tingkat 5: An Nafs al Mut’mainah

Manusia telah menemukan kebahagiaan dalam mencintai Allah SWT. Ia tidak ingin memperoleh pengakuan dari masyarakat atau pun tentang tujuannya. Jiwanya telah tenang, terbebas dari ketegangan, karena pengetahuannya telah mantap bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Allah. Ia benar-benar telah memperoleh  kualitas yang sangat baik dalam ketenangan dan keheningan.

Tingkat 6: An Nafs al Radiyah

Ini adalah ciri tambahan bagi jiwa yang puas dan tenang. Ia merasa bahagia karena Allah ridho padanya. Ia selalu waspada akan tumbuhnya keengganan yang paling sepele terhadap kodratnya sebagai abdi Tuhan. Ia menyadari bahwa Islam adalah fitrah insan dan ia pun haqqul yaqin pada firman Allah: …Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu…” ia patuh pada Allah semata-mata hanya sebagai perwujudan rasa terima kasihnya.

Tingkat 7: An Nafs al Kamilah


Ini adalah tingkat manusia yang telah sempuarna (al insan al Kamil). Kesempurnaannya adalah kesempurnaan moral yang telah bersih dari semua hasrat kejasmanian sebagai hasil kesadaran murni akan pengetahuan yang sempurna tentang Allah. “Selubung diri” nya telah terbuka hanya mengikuti kesadaran ilahi. Nabi Muhammad SAW adalah contoh manusia yang telah sampai pada tingkat ini. Kepribadiannya mengungkapkan segala hal yang mulia dalam kodrat manusia. 

*Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan