“Ucapan Alhamdulillah mengisi timbangan mizan.”
Neraca Allah
Setiap perbuatan manusia harus memiliki batasan, jangan
sampai melanggar apa yang telah Allah SWT atur. Jika seseorang telah melanggar
apa yang diperintakan Allah SWT, atau banyak kejahatannya, maka ia telah
berbuat tidak adil, sehingga neraca keadilan tidak akan seimbang.
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan
neraca keadilan supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
QS 55 Ar Rahman 7-9
Neraca keadilan Allah bukanlah sebagaimana gambaran
peradilan manusia di dunia. Neraca Allah adalah timbangan yang seadil-adilnya,
menghitung tanpa mengurangi atau menambahkan setiap catatan perhitungan amal
perbuatan manusia di dunia.
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikit pun, dan jika (amalan itu)
hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah
Kami sebagai berbuat perhitungan.” Qs 21 Al Nabiya 47
Manusia saat menghadapi neraca Allah
Menghadapi peradilan Allah di akhirat merupakan salah satu
yang ditakuti khalifah Abu Bakr As Ashidiq. Suatu riwayat dalam hadist Bukhari mengemukakan
bahwa pada suatu hari Abu Bakr as Shidiq sedang menerangkan tentang hari kiamat,
timbangan surga dan neraka. Beliau menambahkan
bahwa dirinya ingin menjadi hijau-hijauan yang dapat dimakan binatang (karena
takutnya) sehingga tidak dijadikan Allah seperti keadaannya.
Allah SWT kepada umat Islam lantaran peristiwa itu dengan
menurunkan Al Quran surat Ar Rahman 46-47:
“Dan bagi orang-orang
yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Allah menggambarkan wajah-wajah manusia yang berat timbangan
amal kebaikannya pada hari pembalasan dengan muka yang indah.
“Banyak muka pada
hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya.” Qs Al Ghashiyyah 8-9
Berbeda halnya dengan manusia yang tidak percaya akan adanya
akhirat. Kehidupan yang ia tahu hanyalah kehidupan di dunia ini saja. Ia tak
mengetahui, atau mengetahui tapi tak percaya, atau percaya tapi tak peduli,
bahwa segala tindak tanduknya di dunia akan dibuat perhitungannya kelak nanti
di akhirat. Akibatnya, tak ada rasa takutnya di dunia saat nanti menghadapi
neraca Allah itu dan ia tak mempersiapkan apa-apa.
Aisyah istri Nabi Allah SWT apabila ia mendengar sabda Nabi,
dan tidak mengerti maksudnya, akan ditanyakannya kembali kepada nabi sampai
mengerti. Pada suatu ketika Nabi bersabda, “Barangsiapa diperiksa, disiksa.”
Kata Aisyah. “Bukankah Allah berfirman bahwa nanti (di peradilan
Allah) akan diperiksa dengan pemeriksaan yang ringan?”
Kata Nabi, “ Itu (pemeriksaan yang ringan) hanya dihadapkan
saja (ke hadapan pengadilan Allah). Tetapi orang yang diperiksa dengan teliti,
akan binasa.” (HR Bukhari)
Orang-orang yang banyak beramal sholeh di hadapan peradilan
Allah akan melewati sebuah peradilan yang mudah saja. Namun, bagi mereka yang berdosa,
melampaui batas, akan diperiksa dengan teliti. Rasulullah SAW menyebut mereka
yang diperiksa dengan teliti akan binasa atau dilemparkan ke neraka jahanam.
“Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras
lagi kepayahan.” QS Al Ghashiyyah 2-3
Beratkan Timbangan Kebaikan
Abdur Rahman bin Ghanm mengatakan Abu Malik Al Ashari mengatakan
padanya bahwa Rasulullah SAW berkata:
“Menyempurnakan wudu adalah separuh iman, Ucapan Alhamdulillah mengisi
timbangan mizan, Tasbih dan Takbir mengisi surga dan dunia, sholat adalah
cahaya, zakat adalah tanda ketulusan (keikhlasan), kesabaran adalah pelita
cahaya, dan Al Quran adalah bukti apakah, hujjah untuk (membela)mu atau tidak
untuk (membela)mu.” Sunnah An Nasai 2437,
shohih.
Begitu besarnya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di
dunia sehingga kita tak dapat menghitungnya, tak pernah cukup kita memuji Allah
SWT dan mensyukurinya. Bahkan, sekadar
mengucapkan “Alhamdulillahi Robbil Alamin”.
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS 16 An
Nahl 18
Maka mengucapkan Alhamdulillah itu sebagai
rasa syukur apa yang telah diberikanNya, termasuk diberikan kesempatan hidup untuk
berbuat baik di dunia. InshaAllah, neraca Allah bagi kita di hari pembalasan
nanti akan berat dengan kebaikan.
Abu Said Ar Rafi bi Al Mualla ra. Mengabarkan,
Rasulullah SAW berkata, “Apakah kalian ingin aku ajarkan surat dalam Al Quran
sebelum kalian meninggalkan masjid?”
Beliau lalu menarik tangan saya (setelah
sholat) dan saat akan meninggalkan masjid, saya mengingatkannya akan janjinya
untuk mengajarkan surat dalam Al Quran.
Belian berkata: “Yaitu
Alhamdulillahi Rabbil Alamin (surat Al Fatihah) yang merupakan As Sab Al
Mathani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Quran yang agung yang diberikan
kepadaku.” HR Bukhari.
Dan jika kamu sekalian menghendaki
(keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka
sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala
yang besar. QS33 Al Ahzab 29
Amin ya Rabbal Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar