Ucapan Alhamdulillah dan Neraca Allah

Kalimat tahmid, Alhamdulillah merupakan salah satu kalimat baik yang tinggi nilainya. Riwayat
Bukhari, Muslim, Tirmizi dan Nasai menyebutkan bahwa Rasulullah mengatakan kalimat Alhamdulillah dapat mempengaruhi timbangan kita nanti di akhirat.

Ucapan Alhamdulillah mengisi timbangan mizan.

Neraca Allah

Setiap perbuatan manusia harus memiliki batasan, jangan sampai melanggar apa yang telah Allah SWT atur. Jika seseorang telah melanggar apa yang diperintakan Allah SWT, atau banyak kejahatannya, maka ia telah berbuat tidak adil, sehingga neraca keadilan tidak akan seimbang. 

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca keadilan supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” QS 55 Ar Rahman 7-9

Neraca keadilan Allah bukanlah sebagaimana gambaran peradilan manusia di dunia. Neraca Allah adalah timbangan yang seadil-adilnya, menghitung tanpa mengurangi atau menambahkan setiap catatan perhitungan amal perbuatan manusia di dunia.

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikit pun, dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai berbuat perhitungan.” Qs 21 Al Nabiya 47

Manusia saat menghadapi neraca Allah

Menghadapi peradilan Allah di akhirat merupakan salah satu yang ditakuti khalifah Abu Bakr As Ashidiq. Suatu riwayat dalam hadist Bukhari mengemukakan bahwa pada suatu hari Abu Bakr as Shidiq sedang menerangkan tentang hari kiamat, timbangan surga dan neraka.  Beliau menambahkan bahwa dirinya ingin menjadi hijau-hijauan yang dapat dimakan binatang (karena takutnya) sehingga tidak dijadikan Allah seperti keadaannya.

Allah SWT kepada umat Islam lantaran peristiwa itu dengan menurunkan Al Quran surat Ar Rahman  46-47:

“Dan bagi orang-orang  yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Allah menggambarkan wajah-wajah manusia yang berat timbangan amal kebaikannya pada hari pembalasan dengan muka yang indah. 

Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya.” Qs Al  Ghashiyyah 8-9

Berbeda halnya dengan manusia yang tidak percaya akan adanya akhirat. Kehidupan yang ia tahu hanyalah kehidupan di dunia ini saja. Ia tak mengetahui, atau mengetahui tapi tak percaya, atau percaya tapi tak peduli, bahwa segala tindak tanduknya di dunia akan dibuat perhitungannya kelak nanti di akhirat. Akibatnya, tak ada rasa takutnya di dunia saat nanti menghadapi neraca Allah itu dan ia tak mempersiapkan apa-apa.

Aisyah istri Nabi Allah SWT apabila ia mendengar sabda Nabi, dan tidak mengerti maksudnya, akan ditanyakannya kembali kepada nabi sampai mengerti. Pada suatu ketika Nabi bersabda, “Barangsiapa diperiksa, disiksa.”

Kata Aisyah. “Bukankah Allah berfirman bahwa nanti (di peradilan Allah) akan diperiksa dengan pemeriksaan yang ringan?”

Kata Nabi, “ Itu (pemeriksaan yang ringan) hanya dihadapkan saja (ke hadapan pengadilan Allah). Tetapi orang yang diperiksa dengan teliti, akan binasa.” (HR Bukhari)

Orang-orang yang banyak beramal sholeh di hadapan peradilan Allah akan melewati sebuah peradilan yang mudah saja. Namun, bagi mereka yang berdosa, melampaui batas, akan diperiksa dengan teliti. Rasulullah SAW menyebut mereka yang diperiksa dengan teliti akan binasa atau dilemparkan ke neraka jahanam. 

Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan.” QS Al Ghashiyyah 2-3

Beratkan Timbangan Kebaikan


Abdur Rahman bin Ghanm mengatakan Abu Malik Al Ashari mengatakan padanya bahwa Rasulullah SAW berkata:

Menyempurnakan wudu adalah separuh iman, Ucapan Alhamdulillah mengisi timbangan mizan, Tasbih dan Takbir mengisi surga dan dunia, sholat adalah cahaya, zakat adalah tanda ketulusan (keikhlasan), kesabaran adalah pelita cahaya, dan Al Quran adalah bukti apakah, hujjah untuk (membela)mu atau tidak untuk (membela)mu.”  Sunnah An Nasai 2437, shohih.

Begitu besarnya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita di dunia sehingga kita tak dapat menghitungnya, tak pernah cukup kita memuji Allah SWT dan mensyukurinya.  Bahkan, sekadar mengucapkan “Alhamdulillahi Robbil Alamin”.

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS 16 An Nahl 18

Maka mengucapkan Alhamdulillah itu sebagai rasa syukur apa yang telah diberikanNya, termasuk diberikan kesempatan hidup untuk berbuat baik di dunia. InshaAllah, neraca Allah bagi kita di hari pembalasan nanti akan berat dengan kebaikan.

Abu Said Ar Rafi bi Al Mualla ra. Mengabarkan, Rasulullah SAW berkata, “Apakah kalian ingin aku ajarkan surat dalam Al Quran sebelum kalian meninggalkan masjid?”

Beliau lalu menarik tangan saya (setelah sholat) dan saat akan meninggalkan masjid, saya mengingatkannya akan janjinya untuk mengajarkan surat dalam Al Quran.

Belian berkata: “Yaitu Alhamdulillahi Rabbil Alamin (surat Al Fatihah) yang merupakan As Sab Al Mathani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Quran yang agung yang diberikan kepadaku.” HR Bukhari.

Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar. QS33 Al Ahzab 29

Amin ya Rabbal Alamin

Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan