Derajat Manusia dalam Berangan-Angan

Orang yang memikirkan kematian dan kehidupan setelah di dunia ini tak akan memanjangkan angan-angannya. Hidup di dunia hanyalah sementara, tujuan akhir adalah akhirat yang kekal. Imam Al Ghazali dalam bukunya “Metode Menjemput Maut” membagi beberapa derajat manusia dalam hal berpanjang dan berpendek angan-angan.

Orang yang berangan-angan hidup abadi.


Allah SWT berfirman, “Salah seorang di antara mereka ingin agar diberi umur seribu tahun." (QS Al Baqarah 96). Ada pula yang berharap untuk hidup sampai tua, setua umur manusia yang pernah disaksikannya. Inilah orang yang memendam rasa cinta yang sangat kuat pada dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kecintaan mencari kesenangan duniawi, orang tua akan seperti anak muda walaupun tulang lehernya telah bengkok dimakan usia, kecuali orang-orang yang taqwa,namun sesungguhnya jumlah mereka sedikit sekali.” (HR Al Tirmidzi)

Orang yang berangan-angan hidup selama setahun saja.


Orang ini tak terlalu disibukkan oleh aktivitas merenungkan sesuatu yang telah berlalu. Orang seperti ini tidak memperkirakan dirinya masih akan hidup di tahun berikutnya sehingga pada musim kemarau hanya mempersiapkan untuk musim hujan. Ketika ia berhasil mengumpulkan kebutuhannya untuk satu tahun, dia pun segera menyibukkan diri dengan beribadah. Ada juga orang yang hanya berharap dapat hidup selama musim panas atau musim dingin saja, sehingga pada musim panas ia tidak mempersiapkan apa-apa untuk musim dingin atau sebaliknya.

Orang yang berangan-angan hidup selama sehari semalam.


Orang-orang ini hanya melakukan persiapan untuk sehari saja dan tidak untuk hari berikutnya. Isa AS berkata, “Janganlah memikirkan rezekimu untuk esok hari sebab jika esok hari merupakan takdir kematianmu, maka rezekimu akan datang bersamaan dengan ajalmu, sedangkan jika ajalmu belum tiba, maka tak layak bagimu untuk memikirkan umur orang lain.”

Orang yang berangan-angan umurnya hanya sesaat saja.


Rasullullah SAW bersabda, “Wahai Abdullah, pada waktu pagi janganlah engkau berbicara dengan dirimu tentang sore hari nanti, dan pada waktu sore janganlah engkau berbicara dengan dirimu tentang pagi hari nanti.” Rasulullah SAW biasa melakukan tayamum meskipun beliau bisa mendapatkan air tak lama lagi, seraya bersabda, “Boleh jadi aku tak akan pernah mencapainya.”

Orang yang baginya kematian telah berada di depan kedua pelupuk matanya.


Bahkan bagi mereka, maut seolah-olah tengah dirasakannya sehingga dia pun selalu menanti datangnya kematian. Manusia seperti ini selalu melakukan sholat seakan-akan yang terakhir kalinya. Mengenai orang seperti ini terdapat hadist yang diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra. ketika dia ditanya oleh Rasulullah SAW tentang hakikat imannya. Dia pun menjawab, “Tak pernah sekali pun kakiku melangkah kecuali aku yakin bahwa langkah itu tak akan diiringi oleh langkah lainnya.” Dan seperti yang diriwayatkan tentang Al Aswad, hamba sahaya dari Ethiopia bahwa ketika dia sholat pada malam hari, dia biasa berpaling ke kanan dan ke kiri. Dan ketika ditanya apa yang dilakukannya itu, ia menjawab, “Aku menoleh untuk melihat dari arah mana Malaikat Maut akan mendatangiku.”


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. QS Ali Imran 185







Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan