Kisah Sahabat Rasulullah SAW 28: Ubay bin Ka'ab


Pada suatu hari,  Rasulullah ﷺ bertanya kepada seorang sahabat,  "Hai Abul Munzir,  ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Orang yang ditanya menjawab,  "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Nabi ﷺ mengulangi pertanyaannya,  "Abul Munzir,  ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?" Maka jawabnya:

اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, lagi Maha Pengatur... " QS Al Baqarah 255.

Rasulullah ﷺ pun menepuk dadanya dan dengan rasa bangga mengatakan,  "Hai Abul Munzir,  selamat bagimu atas ilmu yang anda capai."

Itulah Abul Munzir,  ia tidak lain adalah Ubay bin Ka'ab, seorang yang dikaruniai ilmu dan pengertian.  Ia berasal dari suku Anshar yang masuk Islam dalam pada perjanjian Aqabah.  Ia turut berjuang dalam perang Badar  dan perang-perang penting lainnya.

Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah menyatakan, "Ubay adalah pemimpin kaum muslimin."

Ubay bin Ka'ab adalah seorang perintis penulisan Al Quran, penghafal dan orang yang memahami kandungannya. 

Suatu hari Rasulullah ﷺ mengatakan kepadanya, "Hai Ubay bin Ka'ab, saya dititahkan untuk menyampaikan Al Quran kepadamu."
Ubay bertanya, "Wahai Rasulullah, ibu bapakku menjadi tebusan anda, apakah kepada anda disebut namaku?"
Rasulullah ﷺ menjawab, "Benar,  namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi." Mendengar ini,  Ubay tak kuasa menahan tangisnya. 

Dari Abdullah bin Amr,  Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Pelajarilah pembacaan Al Quran dari empat orang,  Ibnu Mas`ud, Salim, budak merdeka dari Abu Hudhaifa, Ubay and Mu`adz bin Jabal." (HR Bukhari) 

Setelah Rasulullah ﷺ wafat,  Ubay menjadi   anggota kelompok penasihat (mushawarah) yang dibentuk oleh Abu Bakr sebagai tempat bertanya atas berbagai permasalahan. Dewan tersebut terdiri dari  Umar bin Khattab,  Utsman bin Affan,  Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf,  Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab.  Setelah menjadi khalifah, Umar bin Khattab kemudian juga meminta nasihat dari kelompok yang sama. Ia meminta fatwa dari Utsman,  Ubay dan Zaid bin Tsabit. 

Ubay juga suka dimintai pendapat oleh sahabat-sahabat yang lain.  Suatu kali Ibnu ‘Abbas dan Al Hurru bin Qais bin Hishin Al Fazari tengah berdebat tentang sahabat Musa ‘Alaihis salam.  Ibnu ‘Abbas berkata bahwa dia adalah Khidlir ‘Alaihissalam. 

Tiba-tiba lewat Ubay bin Ka’ab di depan keduanya, maka Ibnu ‘Abbas memanggilnya dan berkata: “Aku dan temanku ini berdebat tentang sahabat Musa ‘Alaihissalam, yang ditanya tentang jalan yang akhirnya mempertemukannya, apakah kamu pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan masalah ini?”

Ubay bin Ka’ab menjawab: Ya, benar, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika Musa di tengah pembesar Bani Israil, datang seseorang yang bertanya: apakah kamu mengetahui ada orang yang lebih pandai darimu?” Berkata Musa ‘Alaihissalam: “Tidak”. Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa ‘Alaihis alam: “Ada, yaitu hamba Kami bernama Khidlir.” Maka Musa ‘Alaihissalam meminta jalan untuk bertemu dengannya. Allah menjadikan ikan bagi Musa sebagai tanda dan dikatakan kepadanya; “jika kamu kehilangan ikan tersebut kembalilah, nanti kamu akan berjumpa dengannya”. Maka Musa ‘Alaihissalam mengikuti jejak ikan di lautan. Berkatalah murid Musa ‘Alaihissalam: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan”. Maka Musa ‘Alaihissalam berkata:.”Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Maka akhirnya keduanya bertemu dengan Khiidlir ‘Alaihissalam.” Begitulah kisah keduanya sebagaimana Allah ceritakan dalam Kitab-Nya.”
Demikianlah penjelasan Ubay kepada Ibnu Abbas.  Imam Bukhari memasukkan ini dalam salah satu riwayatnya. 

Pandangan Ubay

Ubay dikenal sebagai seorang yang zuhud. Kemewahan dunia pada ujungnya akan sirna dan menjadi debu.  Akan halnya dunia,  Ubay bin Ka'ab berkata, "Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri dapat diambil perumpamaan bagi dunia.  Biarpun makanan itu enak atau tidak,  tetapi yang penting menjadi apa nantinya. "

Saat kekuasaan Islam mulai meluas,  disaksikannya umat Islam mulai ada yang gemar pada kekuasaan,  menjilat pada para pembesar.  Ubay berkata, "Celaka mereka.  Demi Allah, mereka celaka dan mencelakakan,  tetapi saya tidak menyesal melihat nasib mereka. Hanya saya sayangkan ialah kaum muslimin yang celaka disebabkan mereka. "

Ayat yang Membuat Ubay Menangis

Ubai sangat mudah menangis jika mengingat ayat Al Quran mengenai hari akhir.  Ayat yang membuatnya meneteskan airmata ialah:

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلٰىٓ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ  ۗ  انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْأَايٰتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

"Katakanlah (Muhammad), Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahaminya." QS. Al-An'am 6: 65

Apa yang dikhawatirkan Ubay adalah suatu waktu datangnya masa, saat suatu generasi umat saling bercakar-cakaran sesama mereka.  

Salam untukmu Ubay bin Ka'ab. Semoga ridho Allah atasmu. 

Alhamdulillah

Kisah lainnya:
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 7:Zubair bin Awwam
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 8: Abu Dzar Al Ghifari
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 9: Hudzaifah ibnul Yaman
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 10: Miqdad Bin Amr
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 11: Bilal bin Rabah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 12: Zaid bin Haritsah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 13: Khubaib bin Adi
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 14: Abbas bin Abdul Muttalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 15: Abdullah bin Umar
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 16: Jafar bin Abi Thalib
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 17: Khalid bin Walid
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 18: Ammar bin Yasir
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 19: Abu Hurairah
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 20: Utbah bin Ghazwan
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 21: Saad bin Abi Waqqash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 22: Khalid bin Said bin Ash
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 23: Ubadah bin Shamit
Kisah Sahabat Rasulullah SAW 24: Abdullah bin Amr bin Haram


Orang Beriman Paling Berhak Ditolong Allah ﷻ



Allah ﷻ adalah yang paling berhak menolong. Dia yang Maha kuasa akan menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya. Namun, Allah ﷻ menegaskan dalam Al Quran, bahwa adalah  kewajiban Allah ﷻ untuk menolong  orang-orang yang beriman.

Al Quran surat Ar Rum 47
Bismillahi Rahmaani Rahiim
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا إِلٰى قَوْمِهِمْ فَجَآءُوهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا  ۖ  وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus sebelum kamu (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan  Kami  berkewajiban  menolong orang-orang yang beriman."
(QS. Ar-Rum 30: 47)
Shodaqollahul 'adziim

Mengenai bagian ayat  وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ (...  Dan  Kami  berkewajiban  menolong orang-orang yang beriman), Ibnu Katsir mengungkapkan ayat ini bermaksud  bahwa menolong orang-orang mukmin merupakan suatu keharusan yang Allah ﷻ  wajibkan atas diri-Nya sendiri yang Maha Mulia sebagai anugerah dan karunia dari-Nya. 

Dari Abu Darda ra ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

"ما مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَرُدُّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ، إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَرُدَّ عَنْهُ نَارَ جَهَنَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ". ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ

"Tiada seorang muslim pun yang membela kehormatan saudaranya melainkan sudah menjadi kewajiban bagi Allah menghindarkannya dari api neraka kelak di hari kiamat."

Kemudian Nabi Muhammad ﷺ membaca firman-Nya: Dan Kami  berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (Ar-Rum: 47)

Alhamdulillah

Asmaul Husna: Al Muntaqim



Al Muntaqim - Sang Pembalas Dendam

  إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa.
(QS. As-Sajdah 32: 22)

Allah ﷻ  adalah Sang Pembalas Dendam. Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Penyabar dan memberi kesempatan hambanya untuk selalu bertobat memohon ampun. Tapi, tak sedikit hamba yang melalui kesempatan bertobat itu begitu saja, malah semakin menjadi dengan kesombongannya. Sampai tibalah pada suatu waktu disaat Allah ﷻ memberi balasan  atas kejahatan-kejahatan manusia.

فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنٰهُمْ أَجْمَعِينَ
"Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),"
(QS. Az-Zukhruf 43:55)

Banyak pelajaran bisa dipetik dari musnahnya peradaban kaum manusia. Kaum Tsamud, kaum Ad, dan lain-lain. Inilah pelajaran betapa Allah ﷻ akan membalaskan semua kemungkaran itu.

فَجَعَلْنٰهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِّلْأَاخِرِينَ
"maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian."
(QS. Az-Zukhruf 43: 56)

Hukuman Allah ﷻ tidaklah datang begitu saja, kecuali diprovokasi oleh manusia dalam bentuk penentangan. Larangan Allah ﷻ tak digubris, bahkan manusia menantang sekiranya Allah ﷻ berani menurunkan azab kepada mereka.

Allah ﷻ telah menetapkan aturan-Nya, yakni apa-apa saja yang dilarang dan apa yang diperintah-Mya.  Menjauhi larangan Allah ﷻ adalah sebuah perlindungan untuk menghindari hukuman sebagai pembalasan-Nya.

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ، عَنْ عَامِرٍ، قَالَ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ، يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ "‏ الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيِنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ‏.‏ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ‏.‏ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ ‏"‏‏.‏

Nu'man bin Basyir ra berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perkara yang halal telah jelas dan yang haram jelas pula. Antara keduanya ada beberapa perkara yang diragukan, yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan orang. Barangsiapa menjauhi perkara-perkara yang diragukan itu, berarti dia memelihara agama dan kesopanannya. Barangsiapa mengerjakan perkara yang diragukan, sama dengan gembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang, dikhawatirkan dia jatuh kedalamnya.
Ketahuilah, semua raja mempunyai larangan. Ketahuilah pula, larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik maka baik pulalah tubuh itu semuanya. Dan apabila daging itu rusak, maka binasa pulalah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah, daging itu hati (kalbu)." Hadist Bukhari

Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan oleh Allah ﷻ

Alhamdulillah

Empat Arah



Allah ﷻ yang kita sembah di bulan Ramadhan adalah Rabb semesta alam yang sama yang acap kali kita lupakan di bulan yang lain. Itu semua, karena bisikan dan godaan setan untuk melupakan-Nya, setan yang sama yaitu yang dibelenggu di bulan Ramadhan, namun akan terus menggoda dan menjerumuskan manusia ke neraka sampai ke akhir jaman.

Al Quran surat Al Araf 16 dan 17
Bismillahi Rahmaani Rahiim

قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرٰطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُمْ مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمٰنِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ  ۖ  وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شٰكِرِينَ
"(Iblis) menjawab, Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
Shofaqollahul'adziim

Setan tak akan berhenti menggoda manusia, bahkan datang dari empat arah. Depan, belakang, kanan dan kiri.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sebagaimana dimuat dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan mengenai keempat arah datangnya setan ini (QS Al Araf 17).

Dari depan, "... kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka mereka...." Artinya, saya akan meragukan mereka terhadap urusan akhirat mereka.

Dari belakang, "... dan dari belakang mereka...."  Yaitu saya akan membuat mereka menyukai duniawi mereka.

Dari kanan, "...dan dari kanan mereka...."  Maksudnya, saya akan mengaburkan mereka terhadap urusan agama mereka.

Dari kiri, "... dan dari kiri mereka...." Yakni saya akan membuat mereka tergiur kepada kemaksiatan.

Namun, setan tak akan mampu menggoda manusia dari atas dan bawah.

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Iblis tidak berani mengatakan dari atas mereka, karena rahmat Allah diturunkan kepada mereka dari atas mereka.

Pada riwayat lain juga disebutkan, setan tak mampu menggoda manusia dari atas karena arah datangnya rahmat Allah, dan dari bawah, karena arah datangnya sujud.

Mengutuk setan tidaklah dicontohkan Rasulullah ﷺ. Namun sebaiknya kita berlindung darinya. Selain berta'awudz, Rasulullah ﷺ juga membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوَرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعاتي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وعن شمالي، ومن فَوْقِي، وأعوذ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي". قَالَ وَكِيعٌ: يَعْنِي الْخَسْفَ

Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada Engkau pemaafan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan harta benda saya. Ya Allah, tutupilah aurat-aurat saya dan amankanlah rasa takut saya. Ya Allah, peliharalah saya dari arah depan, dari arah belakang, dari arah kanan, dari arah kiri, dan dari arah atas saya. Dan saya berlindung kepada Kebesaran-Mu, agar saya tidak diculik dari arah bawah saya. * (Hadist shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)

* Keterangan, dari arah bawah, maksudnya ditelan bumi, bisa juga bermaksud aib.

Demikianlah kehendak setan sampai hari kiamat nanti, menyeret manusia bersamanya ke neraka. Kala Ramadhan usai, semoga kita tetap mendapatkan perlindungan Allah ﷻ dari godaan setan yang terkutuk. Aamiin.

Alhamdulillah

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan