Kisah Al Muammil Mencari Kebenaran

Tersebutlah nama sorang penuntut ilmu yaitu Al Muammil. Ia pernah bepergian hingga 723 Km hanya untuk membuktikan kebenaran sebuah hadist. Ia berjuang dalam perjalanan panjang demi menemukan keshahihan sebuah hadist,  meskipun  pada akhirnya  ditemukan ternyata hadist tersebut palsu.

Kisah Al Muammil (beliau wafat pada 205 hijriah) dimuat dalam kitab Rihlah fi Tholabil Hadits ditulis oleh Al Khatib Al Baghdadi. 

Al Muammil mendengar sebuah hadist yang mengemukakan tentang keutamaan beberapa surat dalam Al Quran. Demi mengetahui kebenarannya, ia rela berjalan dari kota ke kota yang berjauhan untuk bertanya dari mana hadist itu diriwayatkan.

Al Muammil mengatakan, "Aku diberi kabar oleh seseorang yang tsiqoh dan dia menyebutkan namanya."

Al Muammil melanjutkan, "Aku pergi ke Madain bertemu dengan orang yang meriwayatkan hadits tersebut, dan aku berkata: Sampaikan hadits itu kepadaku, karena aku ingin pergi ke Bashroh."

Lalu orang yang ditanya menjawab, "Orang yg menyampaikan hadits ini ada di Wasith."

Al Muammil berkata, "Aku pun pergi ke Wasith dan berjumpa dengan seorang syekh. Aku berkata kepadanya: Aku dari Madain ditunjukkan kepadamu oleh seorang syekh.  Aku hendak pergi ke Bashroh."

Orang kedua itu menjawab, 'Orang yang menyampaikannya kepadaku ada di Kala.'

Al Muammil berkata lagi, "Maka aku pun pergi ke Bashroh dan pergi ke Kala' menemui syekh yang dimaksud. Aku berkata kepadanya:  Sampaikan hadits ini kepadaku. Aku hendak pergi ke Abadan."

Orang yang ketiga ditemui berkata: "Syekh yg menyampaikan hadits ini kepada kami ada di Abadan."

Al Muammil berkata, "Aku pergi ke Abadan menemui syekh itu, aku berkata kepadanya: Takutlah kepada Allah, bagaimana sebenarnya keadaan hadits ini. Aku dari Madain -aku pun menceritakan kisahku kepadanya-, kemudian ke Wasith, kemudian ke Bashroh, kemudian ditunjukkan kepadamu. Tadinya aku menduga para perawi sudah meninggal semua. Sampaikan kepadaku bagaimana kisah hadits ini."

Orang yang keempat yang ditemuinya itu berkata, "Kami berkumpul di sini dan kami lihat masyarakat tidak menyukai Al Quran serta sedikit sekali mempelajarinya. Mereka lebih banyak belajar hadits-hadits, maka kami pun duduk mengarang hadits tentang keutamaan surat surat Al Quran sehingga mereka kembali mencintai Al Quran."

Demikianlah Al Muammil menemukan kebenaran bahwa hadist tersebut ternyata dikarang-karang saja. Meakipun tujuannya demi membuat masyarakat kembali mencintai Al Quran, namun hadist tersebut palsu.

Perkiraan jarak yang ditempuh Al muammil dalam kilometer yaitu:
Madain, Irak - Wasith, Irak: 168 KM
Wasith, Irak - Bashroh, Irak: 492 KM
Bashroh, Irak - Abadan Iran: 63 KM
Sehingga total perjalanan yang ditempuh utk mengecek kebenaran ilmu sekitar 723 KM.

Bagi manusia jaman sekarang jarak demikian mungkin tidaklah jauh karena sudah ada alat transportasi seperti pesawat terbang. Belum lagi sekarang sudah ada alat komunikasi jarak jauh melalui internet sehingga orang bisa berhubungan satu sama lain dengan cepat. 

Namun, kala itu Al Muammil hanya menggunakan ontanya. Selain perbedaan kemajuan jaman, perbedaan generasi terdahulu dengan generasi kini adalah semangatnya. Semangat dalam menuntut ilmu dan mencari kebenaran.

Allahu'alam
Alhamdulillah
Ditulis ulang dari status Pakar Parenting Nabawiyah, Budi Ashari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan