Kisah Penyembelihan Sapi Betina


Surat kedua dalam Al Quran dinamakan surat Al Baqarah karena di dalamnya terdapat kisah tentang penyembelihan sapi betina yang dilakukan pada zaman nabi Musa, yaitu pada ayat 67-74. Allah SWT  menggambarkan bagaimana kaum nabi Musa adalah kaum yang banyak menentang, menyembah sapi, dan memiliki hati yang keras seperti batu.

Perintah penyembelihan sapi dimaksudkan sebagai pertanda bahwa manusia janganlah menyekutukan Allah SWT seperti menyembah sapi. 

QS Al Baqarah 67-74
Bismillahi Rahmaani Rahiim

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". (67)

Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".(68)

Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya".(69)

Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)". (70)

Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya". Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (71)

Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.(72)

Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. (73)

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (74)

Shodaqollahul’adzim

Seperti diuraikan dalam tafsir Ibnu Katsir, perintah penyembelihan sapi betina dilatar belakangi peristiwa pembunuhan yang terjadi pada zaman nabi Musa. Kala itu ada seseorang yang terbunuh. Kaum nabi Musa saling tuduh menuduh mengenai siapa pembunuhnya. Mereka membawa persoalan tersebut kepada nabi Musa.

Sampai akhirnya Allah SWT menurunkan perintah menyembelih sapi betina. Daging sapi betina tersebut (pada ayat 73) dipukulkan kepada mayat dan ia bisa hidup kembali untuk menerangkan siapa yang telah membunuhnya. 

Namun, perintah penyembelihan sapi betina tersebut tak langsung diterima kaum nabi Musa. Mereka menganggap perintah itu sebagai ejekan (ayat 67). Mereka berdebat dan bertanya-tanya perihal seperti apa sapi yang harus disembelih sehingga memberatkan diri mereka sendiri dan hampir saja tak jadi melaksanakannya. 

Perintah penyembelihan sapi selain karena latar belakang pembunuhan adalah juga perintah agar manusia hilang rasa hormatnya pada sapi yang mereka anggap sebagai tuhan.

Namun, setelah sapi berhasil disembelih dan siapa yang melakukan pembunuhan berhasil diungkap, seiring waktu, mereka menjadi lupa dan kembali melakukan kemusyrikan. Allah SWT menggambarkan kembalinya hati kaum nabi Musa itu kepada kemusyrikan sebagai hati yang keras seperti batu (ayat 74).
Waallahu’alam

Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan