Kisah Sahabat Rasulullah SAW 3: Abdullah Ibnu Rawahah


Tidak layak bagi seseorang yang mengaku dirinya mencintai Allah dan RasulNya membenci para sahabat Rasulullah SAW. Orang-orang yang paling awal masuk Islam itu adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari diri mereka sendiri.  Limpahan rahmat Allah semoga dicurahkan kepada mereka, salah satunya Abdullah Ibnu Rawahah.

Seorang panglima perang, syuhada, penyair dan pemberi semangat yang ulung. Itulah Abdullah Ibnu Rawahah.

Abdullah Ibnu Rawahah termasuk kaum Anshar yang pertama-tama masuk Islam pada Baiat Aqabah. Beliau adalah orang yang banyak usaha dan kegitannya dalam membela Islam setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ia juga yang mengawasi sepak terjang Abdullah bin Ubay, pemimpin golongan munafik.

Ibnu Rawahah adalah seorang penulis yang tinggal di lingkungan pandai baca tulis. Ia seorang penyair yang lancar. Suatu hari saat sedang duduk-duduk, Nabi SAW bertanya padanya, “Apa yang Anda lakukan bila hendak mengucapkan syair?”

Jawabnya kepada Nabi SAW,  “Kurenungkan dulu, kemudian ku ucapkan.” Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa tangguh:

Wahai putra Hasyim yang baik, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia, dan memberimu keutamaan, dimana orang tak usah iri, dan sungguh aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu, suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya Anda bertanya dan meminta pertolongan mereka dalam memecahkan persoalan, tiadalah mereka hendak menjawab atau membela. Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang Anda bawa sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa.”

Mendengar itu, Rasulullah SAW gembira dan ridho padanya dan berkata, “Dan engkau pun akan diteguhkan Allah.”

Sewaktu Rasullullah sedang tawaf di Mekah pada umrah qadla, Ibnu Rawahah berada di muka beliau seraya membaca syair:

Oh Rabb, kalaulah tidak karena Engkau, niscaya tidaklah kami akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedekah dan sholat.  Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesungguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah akan kami tolak dan kami tentang.”

Ibnu Rawahah sempat berduka saat turun ayat:

“Dan para penyair banyak pengikut mereka adalah orang-orang yang sesat”. QS Asy Syuara 224
Namun, ia menjadi lega, saat Allah meneruskan firmanNya:
“Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak ingat kepada Allah dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya”. QS asy Syuara 227.

Ibnu Rawahah juga dikenang sebagai orang yang suka berpuasa. Dari Abu Darda ra katanya: 
"Kami pergi beserta Nabi SAW dalam sebagian di antara beberapa perjalanan beliau, pada suatu hari yang sangat panas, sehingga ada orang yang meletakkan tangannya di atas kepala karena sangat panasnya, dan tidak ada di antara kami yang puasa selain Nabi SAW dan Ibnu Rawahah." HR Bukhari

Pejuang Perang dan Motivator Ulung


Ibnu Rawahah adalah salah seorang pejuang yang turun ke berbagai perang melawan kaum kafir di pertempuran Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar. Kalau Indonesia punya Bung Tomo, umat Islam dahulu sudah punya Abdullah Ibnu Rawahah. Ia adalah seorang motivator ulung.

"Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!"

Ia meneriakkan semangat tempurnya:

“Menyingkir kalian anak-anak kafir dari jalanNya! Menyingkir kamu, setiap kebaikan akan ditemui pada RasulNya!”

Syahid di Perang Muktah


Sebelum berperang  Muktah di negeri Syam, Ibnu Rawahah melantunkan syairnya:

Yang kuminta kepada Allah Yang Maha Rahman
Keampunan dan kemenangan di medan perang
Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan
Bertekuk luturnya angkatan perang setan
Akhirnya aku tersungkur memenuhi harapan
Mati syahid di medan perang”

Abdullah bin Rawahah adalah panglima ketiga dalam pasukan Islam. Pasukan muslim melihat jumlah pasukan Romawi pimpinan Heraklius kala itu sekitar dua ratus ribu orang seperti tak habis-habis. Seseorang dari pasukan muslim ketakutan dan berkata, “Baiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah memberi tahu jumlah musuh yang besar. Mungkin kita bisa mendapat bantuan tambahan pasukan.”
Ibnu Rawahah langsung berdiri dan berteriak:

Kawan-kawan sekalian! Demi Allah, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan dalam bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah! Kita tidak memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah! Ayolah kita maju, salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenangan atau syahid di jalan Allah!”

Pasukan muslimin langsung tersengat semangatnya. Mereka maju menghadapi pasukan kafir yang jumlah berlipat-lipat.  Sampai akhirnya kedua pasukan bertemu dan pecahlah peperangan.
Pemimpin pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid, disusul Jafar bin Abi Thalib.Melihat keduanya syahid, Ibnu Rawahah berkata:

Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga
Tetapi kulihat, engkau menolak  surga…
Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini
Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah kesatria sejati…!”

Ibnu Rawahah pun menyerbu pasukan Romawi menjemput takdirnya sebagai syahid berikutnya. Pedangnya tak berhenti menebas, sampai tubuhnya tak sanggup lagi menahan tebasan pedang  kepadanya. Allah telah mengangkatnya sebagai syuhada.

Prajurit muslim yang melewati jenazahnya berkata, “Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah, dan benar ia telah terpimpin. Benar Engkau ya Ibnu Rawahah! Anda adalah prajurit yang telah dipimpin oleh Allah!”

Saat terjadi perang Muktah, Rasulullah SAW di Madinah langsung terdiam diliputi berita yang dirahmatkan Allah pada Beliau. Mata Nabi SAW  berkaca-kaca. Beliau berkata pada sahabatnya, “Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Jafar dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula…”
Nabi SAW diam sebentar, “Kemudian panji itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu sampai akhirnya ia pun syahid pula.” 

Rasulullah SAW terdiam lalu wajahnya berubah cerah, “Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke surga…”

Salam atasmu Ibnu Rawahah, salam atasmu Para Syuhada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan