Kisah Sahabat Rasulullah SAW 29: Shuhaib bin Sinan



Shuhaib bin Sinan kecil dilahirkan dalam lingkungan kesenangan dan kemewahan.  Anak dari seorang ayah bernama Ubullah yang hakim dan walikota di Kisra,  Persia. Anak yang bahagia dan berkecukupan di rumah indahnya di pinggiran sungai Efrat dari keluarga Arab yang pindah ke Irak sebelum masa Islam.

Sampai pada suatu waktu saat orang Romawi datang,  menyerang dan menawan penduduk,  termasuk Shuhaib bin Sinan.  Ia diperjual-belikan sebagaj budak ke sana dan ke sini sehingga masa remajanya. Saat menjadi budak  bicaranya begitu kental dengan dialek Romawi. Sampai pada akhirnya oleh takdir Allah,  Shuhaib menginjakkan kakinya di Mekah. Ia dibebaskan majikannya dari perbudakan karena dinilai cerdas,  rajin dan jujur.

Setelah pembebasan dirinya dari perbudakan,  salah seorang sahabat Shuhaib,  Ammar bin Yasir, berkisah:

"Saya berjumpa dengan Shuhaib bin Sinan di muka pintu rumah Arqam saat Rasulullah berada di dalamnya.  


"Hendak kemana kamu?" tanya saya kepadanya.

"Dan kamu hendak kemana?" jawabnya balik bertanya.
"Saya hendak menjumpai Muhammad untuk mendengarkan ucapannya," kata saya.
"Saya juga hendak menjumpainya," ujarnya. 


Demikianlah kami masuk ke dalam dan Rasulullah menjelaskan akidah tentang Islam kepada kami.  Setelah kami meresapi apa yang dikemukakannya kami pun nenjadi pemeluknya.  Kami tinggal di sana sampai petang hari.  Lalu dengan sembunyi-sembunyi kami keluar meninggalkannya."

Maka masuklah Shuhaib ke dalam agama Islam bersama kaum muslimin yang paling awal saat mereka mempelajari Islam secara sembunyi-sembunyi,  dan terus berjuang dalam perkembangan agama inj selanjutnya.

Shuhaib berkata:


"Tiada suatu perjuangan bersenjata yang diterjuni Rasulullah kecuali pastilah aku menyertainya. 
Dan tiada suatu baiat yanh dijalaninya kecuali tentulah aku menghadirinya. 
Dan tiada suatu pasukan bersenjata yang dikirimkan kecuali aku termasuk sebagai anggota rombongannya. 
Dan tidak pernah Beliau bertempur baik di masa-masa pertama Islam atau di masa-masa akhir kecuali aku berada di sebelah kanan atau sebelah kirinya. 
Dan kalau ada sesuatu yang dikhawatirkan kaum muslimin di hadapan mereka pasti aku akan menyerbu paling depan,  demikian pula kalau ada yang dicemaskan di belakang mereka pasti aku akan mundur ke belakang. Serta aku tidak akan sudi sama sekali membiarkan Rasulullah berada dalam jangkauan musuh sampai ia kembali menemui Allah."

Shuhaib setelah menyatakan keislamannya berada dalam barisan kaum muslimin,  tak pernah absen dari peperangan.  Ia juga orang yang suka menyedekahkan hartanya di jalan Allah.



Harta Shuhaib dan Pengharapan Ridho Allah



Shuhaib merupakan orang yang ketiga mengetahui perihal akan hijrahnya Nabi ke Madinah,  selain Rasulullah dan Abu Bakr.  Sayangnya,  orang Quraisy segera mengetahui rencana tersebut. Shuhaib pun ikut terjebak dan tak bisa  turut berhijrah bersama Rasulullah .

Shuhaib tertahan oleh kaum Quraisy, berusaha berkelit untuk melarikan diri dari mereka.   Ia mencoba bersilat lidah.  Lalu tatkala mereka lengah,  Shuhaib cepat-cepat naik ke punggung onta dan memacunya kencang.

Shuhaib pun dikejar.  Usaha melarikan dirinya kurang berhasil tatkala ia menemukan ide yang lain untuk menahan kejaran mereka.

Saat kaum Quraisy yang mengejarnya telah dekat,  Shuhaib berseru:


"Hai orang-orang Quraisy! 

Kalian sama mengetahui bahwa saya adalah ahli panah yang paling mahir.  Demi Alllah,  kalian tak akan berhasil mendekati diriku sebelum saya lepaskan semua anak panah yang berada dalam kantong ini dan setelah itu akan menggunakan pedang untuk menebas kalian,  sampai senjata di tanganku habis semua. 
Nah,  majulah ke sini kalau kalian berani.
Tetapi kalau kalian setuju,  saya akan tunjukkan tempat penyimpanan harta bendaku,  asal kalian membiarkan aku pergi!! "

Ternyata dugaan Shuhaib benar.  Kaum Quraisy menyetujui tawarannya karena mereka bersifat rakus. Mereka berkata:
"Memang dahulu waktu kamu datang kepada kami,  kamu adalah seorang miskin lagi papa.  Sekarang hartamu menjadi banyak di tengah-tengah kami sehingga melimoah ruah.  Kami hendak membawa pergi semua hartamu bersama kami."

Shuhaib menunjukkan tempat ia menyimpan hartanya kepada kaum Quraisy.  Ia lalu pergi menyusul Rasulullah . Berhijrah ke Madinah seorang diri.

Shuhaib berhasil menyusul Rasulullah di Quba.  Waktu itu Nabi tengah duduk dikelilingi oleh beberapa sahabat. Tiba-tiba datanglah Shuhaib mengucapkan salam. Rasulullah menyambut Shuhaib yang lebih sering dipanggil dengan nama Abu Yahya.

"Beruntung perdaganganmu hai Abu Yahya. Beruntung perdaganganmu hai Abu Yahya!"

Setelah itu turunlah ayat:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِى نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ  ۗ  وَاللَّهُ رَءُوفٌۢ بِالْعِبَادِ
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 207)



Seorang Dermawan


Shuhaib sangat disayangi oleh Rasulullah . Suatu kali ia sedang memakan kurma dan sebelah matanya bengkak.  Rasulullah yang melihatnya berkata seraya bergurau, "Mengapa kamu makan kurma padahal sebelah matamu bengkak?"
Shuhaib menjawab dengan jenaka, "Saya memakan kurma dengan mata yang sebelahnya lagi."

Shuhaib dikenal pemurah dan dermawan.  Tunjangannya dari baitul mal diberikan semuanya di jalan Allah.  Semuanya demi membantu orang miskin dan membutuhkan.  Shuhaib melakukannya karena firman Allah ﷻ:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan,"
(QS. Al-Insan 76: Ayat 8)

Suatu kali khalifah Umar bin Khattab berkata kepadanya,  "Saya lihat kamu banyak sekali mendermakan makanan sehingga melewati batas."


Shuhaib menjawab, "Sebab  saya mendengar Rasulullah bersabda: sebaik-baik kalian ialah yang suka memberi makan."

Saat  diserang saat sholat Subuh sehingga mengorbankan nyawanya, Amirul mukminin Umar bin Khattab sempat berpesan agar Shuhaiblah yang menggantikannya memimpin sholat kala itu.

Shuhaib bin Sinan adalah salah seorang imam yang memimpin sholat selama masa vakum kepemimpinan.  Ialah pemegang amanah kaum muslimin di masa peralihan itu atas takdir Allahﷻ.

Salam untukmu Shuhaib bin Sinan,  semoga Allah meridhoimu.

Alhamdulillah
Baca lebih banyak lagi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan