Perumpamaan Tiga Jenis Batu dalam Al Quran



Batu ibarat hati, ada yang keras, ada memancarkan mata air, ada yang terbelah dan ada yang menggelinding jatuh.

Al Quran Al Baqarah 74
Bismillaahi Rahmaani Rahiim

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِّنۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِىَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهٰرُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَآءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Shodaqollahul'adziim

Batu seringkali digunakan sebagai permisalan sebuah hati. Hati yang keras sekeras batu dimiliki mereka yang tidak beriman, ditandai dengan sifat dan perilaku yang buruk.

Sedangkan air digunakan untuk membuat permisalan akan iman. Air adalah lambang kesucian atau mensucikan. Air juga dijadikan permisalan akan wahyu. Wahyu Allahﷻ yang diturunkan kepada manusia ibarat air hujan dari langit yang menjadi sumber kehidupan di bumi. Wahyu yang diturunkan Allahﷻ dalam Al Quran adalah sumber kehidupan bagi hati.

Penjelasan ini pernah diungkapkan Nouman Ali Khan. Ia mengambil batu sebagai perumpamaan hati dan air sebagai perumpamaan iman seseorang dalam rangka memahami Al Quran Al Baqarah 74.

Sungguh disayangkan jika manusia memiliki hati sekeras batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal sebagaimana Allahﷻ gambarkan dalam ayat tersebut, batu saja ada yang bisa hancur dan tidak selamanya keras. Tiga jenis batu tersebut yaitu:

1. Memancarkan air

وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهٰرُ
"Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya"

Iman dalam hati orang ini begitu besar sehingga ibarat mata air yang memancar dari sela-sela batu. Imannya menjadi keberkahan bagi dirinya dan orang lain karena begitu mudahnya ia menerima agama.

Salah satu contoh seorang yang memiliki karakter demikian adalah Abu Bakar Asshiddiqie radhiyallahu. Beliau begitu lembut hatinya, sehingga apabila Al Quran turun langsung mengalir dalam hatinya, bibirnya mengulangi dan air matanya menetes. Ibarat air yang memancar dari sela batu yang terbuka, demikianlah keimanan dalam hati Beliau.

2. Retak atau Terbelah

وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَآءُ
"Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya."

Batu seperti ini baru bisa mengalirkan air manakala retak atau dibelah terlebih dahulu. Ibaratnya, seseorang baru akan tersentuh keimanannya manakala hatinya mengalami keguncangan atau saat seseorang mengalami peristiwa yang dahsyat terlebih dahulu.

Penggambaran hati ibarat batu yang terbelah ini cocok dengan kisah saat Umar bin Khattab memeluk Islam. Beliau adalah seorang yang tidak sesering Abu Bakar dalam merenungkan tentang agama. Kegelisahan hati yang membuatnya terguncang adalah saat adiknya sendiri lebih dahulu memeluk Islam. Ia bahkan pernah ingin menemui dan membunuh Nabi Muhammad karena marahnya. Tapi keguncangan hatinya itu malah menjadikan keimanan tumbuh dalam dirinya sehingga memeluk Islam.

Hati yang ibarat batu dibelah ini perlu dipahami oleh mereka terutama yang aktif berdakwah. Tidak semua hati begitu mudahnya menerima nasehat. Adakalanya diperlukan lebih banyak waktu dan kesabaran untuk membuka hati ini.

3. Meluncur Jatuh

وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
"Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah."

Kita mengenal tiga kata dalam memahami derajat atau keadaan hati mereka yang memeluk agama Islam. Tiga kata itu adalah Ihsan, Iman dan Islam. Batu yang memancarkan air ibarat hati orang yang ihsan. Batu yang terbelah ibarat hati orang beriman. Sedangkan batu yang meluncur jatuh ibarat hati mereka yang telah mengakui dirinya Islam namun keimanan belum bertumbuh dalam hatinya.

Orang yang telah mengaku beragama Islam belum tentu serta merta terisi keimanan dalam hatinya. Hal ini berkaitan pula dengan firman Allah:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ ءَامَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلٰكِنْ قُولُوٓا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمٰنُ فِى قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ أَعْمٰلِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Orang-orang Arab Badui berkata, Kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka), Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk (Islam), karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Quran Al-Hujurat 14

Batu yang meluncur jatuh dan takut kepada Allah ibarat hati mereka yang telah mengakui dirinya memeluk Islam namun keimanan belum bertumbuh dalam hatinya. Namun, bagi orang-orang yang mengakui Allah dan Rasul-Nya, maka mereka tetap memperoleh rahmat Allah karena tidak ada kesyirikan dalam hatinya.

Demikianlah perumpaan tiga jenis batu dalam Al Quran. Ada pula yang menafsirkan air dan batu ini sebagai hati yang banyak menangis. Menangis karena ingat dan takut kepada Allahﷻ.

Adapun orang yang hatinya sekeras bahkan lebih keras dari batu adalah mereka yang kafir atau ahli kitab yang mengubah isi kitab Allah agar mereka tidak dituntut di hari pembalasan. Hati mereka ibarat batu, bahkan lebih keras lagi. Kedustaan mereka membuat Allahﷻ menghilangkan keimanan dalam hati mereka.

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةُ الْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي".
Janganlah kalian banyak bicara selain dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara selain dzikir kepada Allah mengakibatkan hati menjadi keras. Sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah orang yang berhati keras." (HR Tirmidzi)

Semoga Allah yang Maha pembolak-balik hati mengarahkan hati kita kepada-Nya agar hati kita tidak sekeras batu.

Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan