Sedikit Tertawa dan Banyak Menangis

Tertawa janganlah melampaui batas. Bismillahi Rahmaani Rahiim. "…dan bahwasanya Dialah (Allah) yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” Qs An Najm 43

Hanya persoalan tertawa pun bisa menjadi perbuatan yang melampaui batas. Cara seseorang tertawa mencerminkan bagaimana dirinya. Apakah berlebihan atau biasa saja. Sekadar menyenangkan orang lain yang mengajak bicara, atau dalam rangka meledek.

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” QS At Taubah 82

“Janganlah banyak tertawa, banyak tertawa mengeraskan hati,”  Sabda Rasulullah SAW seperti diriwayatkan Abu Hurairah ra dalam Sunan Ibnu Majah.

"Kalaulah kalian tahu yang kutahu, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis." Sabda Rasulullah SAW seperti diceritakan Anas radliallahu 'anhu. Sahih al-Bukhari 6486

Rasulullah SAW adalah orang yang sedikit tertawa tetapi banyak senyum. "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau hanya biasa tersenyum." Dari Aisyah radliallahu 'anha. Sahih al-Bukhari 6092



Menertawakan dan Ditertawakan


"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman." QS Al Mutaffifin 29

Orang-orang yang merasa diri dan perbuatannya paling benar, pastinya suka menertawakan orang lain yang dinilainya lebih bodoh atau salah dibanding dirinya sendiri. Seperti kaumnya nabi Nuh yang menertawakan dan mengolok-ngoloknya saat membangun sebuah kapal.

“Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami).” QS Hud 38

Biarlah mereka menertawakan…di akhirat kelak mereka akan ditertawakan. Wallahu'alam.

"Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir." QS Al Mutaffifin 34

Alhamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Taubatnya Sang Pencuri Kain Kafan